BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di dalam menjalani rutinitas kehidupan, manusia sebaiknya tidak hanya memenuhi kebutuhan jasmaninya saja, namun juga perlu memenuhi kebutuhan
rohaninya, salah satunya dengan beragama. Agama merupakan pegangan hidup manusia, karena mereka merasa bahwa dalam jiwanya ada suatu perasaan yang
mengakui adanya Yang Maha Kuasa tempat mereka berlindung dan memohon pertolongan. Hal semacam ini terjadi pada seluruh lapisan masyarakat, baik
masyarakat modern, pramodern, maupun masyarakat primitif. Mereka akan merasakan ketenangan dan ketentraman di kala mereka mendekatkan diri dan
mengabdi kepada Yang Maha Kuasa. Perasaan ini lebih lanjut akan menjadi pendorong bagi manusia dalam berbuat dan agama dalam kehidupan manusia
selain menjadi motivasi dan nilai etik juga merupakan harapan. Agama berpengruh sebagai motivasi dalam mendorong manusia untuk
melakukan suatu aktivitas, karena perbuatan yang dilakukan dengan latar belakang keyakinan agama dinilai mempunyai unsur kesucian serta ketaatan. Dengan
motivasi seseorang terdorong untuk berkreasi, berbuat kebajikan maupun berkorban. Keterkaitan ini akan memberi pengaruh diri seseorang untuk berbuat
sesuatu. Sedangkan agama sebagai nilai etik karena dalam melakukan sesuatu tindakan seseorang akan terikat kepada ketentuan antara mana yang boleh dan
mana yang tidak boleh menurut ajaran agama yang dianutnya, sehinggga dapat
1
mendorong seseorang untuk berlaku jujur, menepati janji, menjaga amanat dan sebagainya.
Agama juga dapat menjadi harapan bagi pelakunya karena seseorang yang melaksanakan perintah agama umumnya karena adanya suatu harapan terhadap
pengampunan atau kasih sayang dari sesuatu yang gaib supranatural dan harapan dapat mendorong seseorang untuk bersikap ikhlas, menerima cobaan yang berat
ataupun berdoa. Menurut Prof. Dr. H. Jalaluddin bahwa “ajaran agama yang sudah menjadi
keyakinan mendalam akan mendorong seseorang atau kelompok untuk mengejar tingkat kehidupan yang lebih baik. Pengamalan ajaran agama tercermin dari
pribadi yang berprestasi dalam peningkatan mutu kehidupan tanpa mengharapkan imbalan yang berlebihan. Keyakinan akan balasan Tuhan terhadap perbuatan baik
telah mampu memberikan ganjaran batin yang akan mempengaruhi seseorang untuk berbuat tanpa imbalan material. Balasan dari Tuhan berupa pahala bagi
kehidupan di hari Akhirat lebih didambakan oleh penganut agama yang taat. Melalui motivasi keagamaan seseorang terdorong untuk berkorban baik dalam
bentuk materi maupun tenaga atau pemikiran. Pengorbanan seperti ini merupakan aset yang potensial dalam pembangunan.”
1
Melihat betapa pentingnya kehidupan agama dalam kehidupan individu, maka dalam sebuah asosiasi seperti perusahaan, lembaga dan sebagainya, berusaha
untuk memberikan fasilitas-fasilitas keagamaan individu. Selain sebagai tempat bekerja atau mencari rizki, perusahaan juga dapat
menjadi lapangan dalam membentuk ketahanan spiritual dan akhlak mulia. Karena
1
Jalaluddin, Psikologi Agama, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007, h. 288-289.
menurut Musa Asyari “terbentuknya kepribadian yang baik tidak hanya ditentukan oleh kualitas pendidikan dan prestasi yang berhubungan dengan propesi dan dunia
kerja, akan tetapi ditentukan juga oleh faktor-faktor yang berhubungan erat dengan inner life
-nya, suasana batin dan semangat hidup yang bersumber kepada iman. Oleh karena itu, salah satu hal yang dicari sebagai sumber untuk menumbuhkan
etos kerja adalah agama.”
2
Kepedulian perusahaan terhadap agama salah satunya dibuktikan dengan dibentuknya pembinaan rohani yang diharapkan dapat membina para pegawai di
bidang keagamaan sehinggga memiliki ketahanan spiritual dan akhlak mulia yang dapat diwujudkan dalam penyelenggaraan pembangunan, pemberdayaan dan
pelayanan masyarakat serta pelaksanaan tugas dan kewajiban seorang pegawai. Pembinaan rohani ini diberikan untuk semua pegawai baik yang beragama
Islam maupun agama selain Islam, seperti Protestan, Katolik, Hindu dan Budha. Dan untuk memenuhi kebutuhan rohani pegawai, maka pembinaan rohani
mengadakan berbagai kegiatan, seperti mengadakan pengajian, menyediakan fasilitas ibadah untuk para pegawai dan kegiatan lainnya.
Pembentukan pembinaan rohani ini juga dilakukan oleh Perusahaan Daerah Air Minum Jakarta Raya PDAM Jaya dengan menaruh harapan yang tidak jauh
berbeda dengan perusahaan-perusahaan lain, yaitu mempunyai pegawai yang memiliki ketahanan spiritual dan akhlak mulia sehingga dapat membantu dalam
pembangunan dan perkembangan perusahaan. Berdasarkan latar belakang dan pokok pikiran di atas, maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian secara mendalam dan sekaligus dijadikan pembahasan
2
Musa Asyari, Etos Kerja dan Pemberdayaan Ekonomi Umat, Yogyakarta: Lesfi, 1997, cet. ke- 1, h. 35.
skripsi dengan judul “Pembinaan Rohani Islam dalam Meningkatkan Motivasi Keagamaan Pegawai di Kantor Perusahaan Daerah Air Minum Jakarta Raya
PDAM Jaya.”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah