Perumusan Masalah Tujuan dan Manfaat Tinjauan Umum Atas Audit

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian kali ini adalah: Apakah ukuran perusahaan size, umur perusahaan age, ukuran KAP UK, struktur kepemilikan perusahaan SKP dan opini audit OA mempengaruhi audit delay?

C. Tujuan dan Manfaat

1. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan: Pengaruh ukuran perusahaan size, umur perusahaan age, ukuran KAP UK, struktur kepemilikan perusahaan SKP dan opini audit OA terhadap audit delay. 2. Manfaat Penelitian a. Peneliti Hasil penelitian ini semoga dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya, dalam menambah pengetahuan dan memberikan keyakinan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay. b. Akademisi Hasil Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para akademisi umumnya, yaitu semoga hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk menambah pengetahuan para akademisi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay. 9 c. Auditor Hasil penelitian ini semoga dapat bermanfaat bagi auditor, sebagai bahan masukan dan pertimbamgan dalam memahami faktor- faktor yang mempengaruhi audit delay. d. Pembaca Hasil penelitian ini semoga dapat digunakan sebagai bahan referensi dalam pengembangan penelitian yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay. 10 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Atas Audit

1. Pengertian Audit a. Menurut Boynton 2003:5 Report of the Committee on Basic Concepts of the American Accounting Association Accounting Review, vol.47 mendefinisikan auditing sebagai berikut: ”Auditing adalah suatu proses sistematis untuk memperoleh serta mengevaluasi bukti secara objektif mengenai asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapikan sebelumnya serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.” Beberapa ciri penting yang ada dalam definisi tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: 1 Suatu proses sistematis berupa serangkaian langkah atau prosedur yang logis, terstruktur, dan terorganisir. ASB Dewan Standar Auditing menerbitkan GAAS Standar Auditing yang Berlaku Umum yang digunakan sebagai pedoman profesional berkaitan dengan proses audit. 2 Memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif berarti memeriksa daftar asersi serta mengevaluasi hasil pemeriksan tersebut tanpa memihak dan berprasangka, baik untuk atau terhadap perorangan atau entitas yang membuat asersi tersebut. 11 3 Asersi tentang kegiatan dan peristiwa ekonomi merupakan representasi yang dibuat oleh perorangan atau entitas. Asersi ini merupakan subjek pokok auditing. 4 Derajat kesesuaian menunjuk pada kedekatan dimana asersi dapat diidentifikasi dan dibandingkan dengan kriteria yang telah ditetapkan. 5 Kriteria yang telah ditetapkan adalah standar-standar yang digunakan sebagai dasar untuk menilai asersi atau pernyataan . Misalnya GAAP. 6 Penyampaian hasil diperoleh melalui laporan tertulis yang menunjukan derajat kesesuaian antara asersi dan kriteria yang telah ditetapkan. 7 Pihak-pihak yang berkepentingan adalah mereka yang menggunakan temuan-temuan auditor. Dalam lingkungan bisnis, mereka adalah para pemegang saham, investor, manajemen, kireditor, kantor pemerintah, dan masyarakat luas. b. Menurut Abdul 2001 definisi audit yang sangat terkenal adalah definisi yang berasal dari ASOBAC A Statement of Basic Auditing Concepts yang mendefinisikan sebagai berikut: “Auditing adalah suatu proses sistematik untuk menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti secara obyektif mengenai asersi-asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuain antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditentukan dan menyampaikan hasilnya kepada para pemakai yang berkepentingan.” 12 Dari definisi tersebut dapat diuraikan 7 elemen yang harus diperhatikan dalam melaksanakan audit, yaitu: 1 Proses yang sistematik Auditing merupakan rangkaian proses dan prosedur yang bersifat logis, terstruktur dan terorganisir. 2 Menghimpun dan mengevaluasi bukti secara obyektif Proses sistematik yang dilakukan tersebut, merupakan proses untuk menghimpun bukti yang mendasari asersi yang dibuat oleh individu maupun entitas. 3 Asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi Asersi merupakan suatu pernyataan, atau suatu rangkaian pernyataan secara keseluruhan, oleh pihak yang bertanggungjawab atas pernyataan tersebut. 4 Menentukan tingkat kesesuaian Degree of correspondence Hal ini berarti menghimpun dan mengevaluasi bukti dimaksudkan untuk menentukan dekat tidaknya atau sesuai tidaknya asersi dengan kriteria yang telah ditetapkan. 5 Kriteria yang ditentukan Kriteria yang ditentukan merupakan standar pengukur untuk mempertimbangkan judgment} asersi atau representasi. 13 6 Menyampaikan hasil-hasilnya Hal ini berarti hasil audit dikomunikasikan melalui laporan tertulis yang mengindikasikan tingkat kesesuaian antara asersi dan kriteria yang telah ditentukan. 7 Para pemakai yang berkepentingan Para pemakai yang berkepentingan merupakan para pengambil keputusan yang menggunakan dan mengandalkan temuan yang diinformasikan melalui laporan audit, dan laporan lainnya. Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa ada tiga elemen fundamental dalam auditing, yaitu: 1 Seorang auditor harus independen. 2 Auditor bekerja mengumpulkan bukti evidence untuk mendukung pendapatnya. 3 Hasil pekerjaan auditor adalah laporan report. c. Menurut Arens 2008:4 definisi auditing adalah sebagai berikut: “Auditing adalah suatu proses pengumpulan dan evaluasi bukti tentang informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi itu dan criteria yang telah ditetapkan. Auditing harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen.” d. Menurut Susan 2008 definisi auditing adalah sebagai berikut: “Audit adalah suatu proses yang sistematis dalam mengumpulkan dan mengevaluasi bukti-bukti audit mengenai kegiatan ekonomi yang mencerminkan dari informasi keuangan suatu perusahaan tertentu. Tujuannya adalah untuk memberikan laporan mengenai adanya tingkat perbedaan antara informasi kuantitatif dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya dan pernah dilakukan oleh orang-orang independen dan kompeten.” 14 e. Menurut Agoes 1999:1 definisi auditing adalah sebagai berikut: “Auditing adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sislematis oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.” 2. Jenis Audit Boynton, dkk 2003:5 menyatakan tiga jenis audit yang ada umumnya menunjukan karakteristik kunci yang tercakup dalam definisi auditing. Jenis-jenis audit tersebut adalah audit laporan keuangan, audit kepatuhan dan audit operasional. a. Audit laporan keuangan Audit laporan keuangan financial statment audit berkaitan dengan memperoleh dan mengevaluasi bukti tentang laporan-laporan entitas dengan maksud agar dapat memberikan pendapat apakah laporan-laporan tersebut telah disajikan secara wajar sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan, yaitu Prinsip-Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum GAAP. Audit laporan keuangan dari perusahaan-perusahaan besar sangat diperlukan untuk untuk memfungsikan pasar sekuritas nasional. Secara signifikan, audit laporan keuangan dapat menurunkan risiko investor dan kreditor dalam membuat berbagai keputusan investasi dengan tidak menggunakan informasi bermutu rendah. Selain itu, logika audit yang dikembangkan untuk audit laporan keuangan 15 merupakan dasar dsimana auditor dapat mengembangkan lebih lanjut audit kepatuhan, audit operasional, serta sejumlah jasa atestasi dan assurance service. b. Audit kapatuhan Audit Kepatuhan compliance audit berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan memeriksa bukti-bukti untuk menetapkan apakah kegiatan keuangan atau operasi suatu entitas telah sesuai dengan persyaratan, ketentuan, dan peraturan tertentu. Kriteria yang ditetapkan dalam audit jenis ini dapat berasal dari berbagai sumber. Sebagai contoh, manajemen dapat mengeluarkan kebijakan atau ketentuan yang berkenaan dengan kondisi kerja, partisipasi dan program pensiun, serta pertentangan kepentingan. Laporan audit kepatuhan umumnya ditujukan kepada otoritas yang menerbitkan kriteria tersebut dan dapat terdiri dari ringkasan temuan atau pernyataan keyakinan mengenai derajat kepatuhan dengan kriteria tersebut. c. Audit Operasional Amin widjaja 2008:13 mendefinisikan audit operasional sebagai berikut: “Audit operasional adalah suatu proses yang sistematis seperti dalam audit laporan keuangan, audit operasional harus mencakup langkah- langkah atau prosedur yang terstruktur dan diorganisasi. Aspek ini mencakup perencanaan yang tepat dan juga mendapatkan dan secara objektif menilai bukti yang berkaitan dengan aktivitas yang diaudit.” 16 Audit Operasional operational audit berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan mengevaluasi bukti-bukti tentang efisiensi dan efektivitas kegiatan operasi entitas dalam hubungannya dengan pencapaian tujuan tertentu. Kadang-kadang audit jenis ini disebut juga sebagai audit kinerja atau audit manajemen. Dalam suatu perusahaan bisnis, lingkup audit ini dapat meliputi seluruh kegiatan dari suatu departemen, cabang atau divisi, suatu fungsi yang merupakan fungsi lintas unit usaha, seperti pemasaran atau pengolahan data. Audit operasional pada pemerintah federal dapat dilakukan pada seluruh kegiatan dari suatu lembaga atau suatu program tertentu. Kriteria atau tujuan yang digunakan untuk mengukur efisiensi dan efektivitas dapat ditentukan oleh manajemen atau lembaga yang berwenang. Pada sisi lain auditor operasional dapat juga membantu menyusun kriteria yang akan digunakan. Secara khas, laporan untuk audit operasional tidak hanya memuat pengukuran efisiensi dan efektivitas saja, namun juga memuat rekomendasi untuk peningkatan kinerja. Apabila audit dilaksanakan oleh kantor CPA, biasanya audit itu akan melibatkan peusahaan. Oleh karena itu penggunaan informasi akuntansi berpengaruh terhadap perencanaan dan pengendalian perusahaan. 3. Jenis Auditor a. Auditor independen akuntan publik Auditor independen adalah para praktisi individual atau anggota kantor akuntan publik yang memberikan jasa auditing 17 profesional kepada klien, dapat berupa perusahaan bisnis yang berorientasi laba, organisasi nirlaba, badan pemerintah, maupun individu perseorangan. Disamping itu, auditor juga menjual jasa- jasa lain berupa konsultasi pajak, konsultasi manajemen, penyusunan sistem akuntansi, penyusunan laporan keuangan, dan jasa lainnya. Selain ketiga jenis auditor tersebut, sering dikenal juga istilah akuntan pendidik. Akuntan pendidik adalah ahli akuntansi yang menjadi pengajar akuntansi terutama di suatu fakultas ekonomi jurusan akuntansi. Menurut Halim 2001:11 mendefinisikan auditor independen sebagai berikut: “Auditor independen adalah para praktisi individual atau anggota kantor akuntan publik yang memberikan jasa auditing profesional kepada klien. Klien dapat berupa perusahaan bisnis yang berorientasi laba, organisasi nirlaba, badan-badan pemerintah, maupun individual perseorangan. Disamping itu, auditor juga menjual jasa lain yang berupa konsultasi pajak, konsultasi manajemen, penyusunan sistem akutansi, penyusunan laporan keuangan, serta jasa-jasa lainnya.” Auditor independen bekerja dan memperoleh penghasilan yang dapat berupa fee per jam kerja. Hal ini sama seperti pengacara yang memperoleh penghasilan konsultasi hukum berupa fee per jam konsultasi. Meskipun demikian ada perbedaan penting di antara keduanya. Auditor independen, sesuai sebutannya, harus independen terhadap klien pada saat melaksanakan audit maupun saat pelaporan 18 hasil audit, dan menjalankan pekerjaanya di bawah suatu kantor akuntan publik. b. Auditor Internal AI Audit internal telah berkembang dari sekedar profesi jasa-jasa yang mencakup pemeriksaan dan penilaian atas kontrol, kinerja, resiko, dan tata kelola governance perusahaan publik maupun privat. Audit internal adalah sebuah penilaian yang sistematis dan objektif yang dilakukan auditor internal terhadap operasi dan kontrol yang berbeda-beda dalam organisasi untuk menentukan apakah 1 Informasi keuangan dan operasi telah akurat dan dapat diandalkan. 2 Risiko yang dihadapi perusahaan telah diidentifikasi dan diminimalisasi. 3 Peraturan eksternal serta kebijakan dan prosedur internal yang bisa diterima telah diikuti. 4 Kriteria operasi yang memuaskan telah dipenuhi. 5 Sumber daya telah digunakan secara efisiendan ekonomis. 6 Tujuan organisasi telah dicapai secara efektif. Semua tujuan dilakukan dengan tujuan untuk dikonsultasikan dengan manajemen dan membantu anggota organisasi dalam menjalankan tanggungjawabnya secara efektif Sawyer 2005:10. 19 Abdul 2001:11 mendefinisikan auditor internal sebagai berikut: “Auditor internal merupakan karyawan suatu perusahaan tempat mereka melakukan audit. Tujuan auditing adalah untuk membantu manajemen dalam melaksanakan tanggung jawabnya secara efektif. Auditor internal terutama berhubungan dengan audit operasional dan audit kepatuhan. Meskipun demikian, pekerjaan auditor internal dapat mendukung audit atas laporan keuangan yang dilakukan auditor independen.” Mulyadi 2008:29 mendefinisikan auditor internal sebagai berikut: “Auditor internal adalah auditor yang bekerja dalam perusahaan perusahaan negara maupun perusahaan swasta yang tugas pokoknya adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang diterapkan oleh manajemen puncak telah dipenuhi, menentukan baik atau tidaknya penjagaan terhadap kekayaan organisasi, menentukan efisiensi dan efektivitas prosedur kegiatan organisasi, serta menetukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh bagian berbagai organisasi.” Pada perusahaan yang memiliki pengendalian yang kuat maka auditor memerlukan waktu yang relatif singkat dalam melakukan pengujian ketaatan dan pengujian substantif, sehingga mempercepat proses pengauditan laporan keuangan dan meminimalisasi penundaan pengumuman laporan keuangan tahunan yang telah diaudit kepada publik. 20

B. Audit Laporan Keuangan