b. Keterlambatan pelaporan Reporting yaitu interval jumlah hari antara tanggal laporan auditor ditandatangani sampai tanggal pelaporan oleh
KAP. c. Keterlambatan total Total yaitu interval jumlah hari antara tanggal
periode laporan keuangan sampai tanggal laporan dipublikasikan oleh perusahaan.
Luciana dan Lucas 2006:3 Menurut Budi 2007:20
pada dasarnya rentang
waktu penyelesaian audit audit delay diukur dari tanggal penutupan tahun buku
hingga tanggal diterbitkannya laporan audit. Pada umummya laporan audit yang dipublikasikan mencerminkan kinerja perusahaan yang diaudit,
semakin cepat diterbitkan maka semakin berguna informasi bagi pemakai informasi, dengan adanya laporan audit, pihak luar dapat menilai
pertanggungjawaban laporan keuangan tersebut.
D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay
1. Ukuran Perusahaan size Ashton, dkk 1989 dan Owusu-Ansah 2000 dalam Titik dan
Maria 2005 menyatakan bahwa perusahaan besar melaporkan lebih cepat dibandingkan dengan perusahaan kecil. Dengan demikian terlihat bahwa
ukuran perusahaan sebagai fungsi dari ketepatwaktuan penyampaian laporan keuangan. Wirakusuma 2004 mengutip pernyataan Dyer dan
Hugh 1975 dalam Jeane dan Rustiana 2004 yang menyatakan bahwa 38
manajemen perusahaan besar, memiliki dorongan untuk mengurangi masalah audit delay dan penundaan laporan keuangan. Ini disebabkan
karena perusahaan besar senantiasa diawasi secara ketat oleh para investor, asosiasi perdagangan dan oleh agen regulator. Disamping itu perusahaan
besar menghadapi tekanan yang kuat untuk menyampaikan laporan keuangan lebih cepat dibandingkan dengan perusahaan kecil.
Menurut Rachmaf Saleh 2004 dalam Luciana dan Lucas 2006:4 ukuran perusahaan dapat menunjukkan seberapa besar informasi yang
terdapat di dalamnya, sekaligus mencerminkan kesadaran dari pihak manajemen mengenai pentingnya informasi, baik bagi pihak eksternal
perusahaan maupun
pihak internal
perusahaan. Perusahaan
besar cenderung untuk menyajikan laporan keuangan lebih tepat waktu daripada perusahaan
kecil. Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa ukuran perusahaan
tidak memiliki pengaruh yang signifikan, tetapi memiliki hubungan positif terhadap ketepatan waktu penyajian laporan keuangan, dengan
kata lain, ukuran perusahaan memiliki hubungan negatif terhadap keterlambatan penyelesaian penyajian laporan keuangan.
Semakin besar ukuran perusahaan, maka semakin banyak pula informasi yang terkandung di dalamnya dan makin besar pula tekanan
untuk mengolah informasi tersebut. sehingga pihak manajemen perusahaan akan memiliki kesadaran yang lebih tinggi megenai
pentingnya informasi, dalam mempertahankan eksistensi perusahaan. Pihak manajemen harus mengolah informasi tersebut dengan baik untuk
39
dilaporkan pada pihak yang berkepentingan. Semakin tinggi kesadaran manajemen mengenai pentingnya informasi bagi pihak–pihak yang
berkepentingan, akan membuat penyajian laporan keuangan menjadi lebih tepat waktu. Jika pihak manajemen tidak bersedia mengolah informasi
tersebut dengan baik , maka laporan keuangan yang dihasilkan tidak akan bisa mencerminkan keadaan dari kondisi perusahaan. Bahkan bisa saja
laporan keuangan tersebut akan terlihat dibuat secara sembarangan asal jadi. Dengan demikian, pihak–pihak yang berkepentingan yang
menggunakan laporan keuangan akan memandang bahwa kinerja perusahaan tersebut buruk. Jika hal itu terjadi, maka eksistensi perusahaan
tidak akan bisa bertahan lama Luciana dan Lucas 2006:5. Pada penelitian Ashton dan Elliot 1987 dalam Jeane dan Rustiana
2004 ukuran perusahaan diukur dengan menggunakan total revenue yang hasilnya menunjukan bahwa perusahaan tidak memiliki hubungan yang
signifikan dengan audit delay. Sedangakan pada penelitian Luciana dan Lucas 2006:12 ukuran perusahaan diukur dengan menggunakan total
aktiva, baik aktiva lancar maupun aktiva tidak lancar yang dimiliki oleh perusahaan yang hasilnya ukuran perusahaan size mempengaruhi
penyelesaian laporan keuangan audit delay. Dan pada penelitian titik dan Maria 2005 Ukuran perusahaan diukur dengan total aktiva yang dimiliki
perusahaan sampel yang hasilnya signifikan mempengaruhi audit delay.
40
2. Umur Perusahaan Age Kieso 2002:50 menyatakan bahwa pada dasarnya perusahaan
didirikan untuk jangka waktu yang tidak terbataspanjang, tidak didirikan hanya untuk beberapa tahun saja. Owusu–Ansah, dalam penelitian
Rachmaf Saleh, mengungkapkan bahwa perusahaan yang memiliki umur lebih tua cenderung untuk lebih terampil dalam pengumpulan, pemrosesan
dan menghasilkan informasi ketika diperlukan, karena perusahaan telah memperoleh pengalaman yang cukup. Dengan demikian laporan keuangan
akan dapat disajikan lebih tepat waktu Luciana dan Lucas 2006:8. Menurut Luciana dan Lucas 2006:24 Umur perusahaan diukur
sejak perusahaan melakukan first issue ke Bursa Efek Indonesia BEI yang hasilnya variabel umur perusahaan Age berpengaruh signifikan
pada tingkat _=5 persen, jenis pengaruhnya sesuai dengan logika teorinya, yaitu negatif, yang berarti semakin besar umur perusahaan, makin kecil
keterlambatan penyelesaian. Kedua hasil ini tidak mendukung hasil penelitian Rachmaf Saleh 2004.
Hasil penelitian oleh Rachmaf Saleh 2004 dalam Luciana dan Lucas 2006:9 menunjukkan bahwa umur perusahaan tidak memiliki
pengaruh yang signifikan, dan memiliki hubungan negatif terhadap ketepatan waktu penyajian laporan keuangan, dengan kata lain, memiliki
hubungan positif terhadap keterlambatan penyelesaian penyajian laporan keuangan. Perusahaan dengan umur yang makin tua, cenderung untuk
lebih terampil dalam pengumpulan, pemrosesan dan menghasilkan 41
informasi ketika diperlukan, karena perusahaan telah memperoleh pengalaman yang cukup. Selain itu perusahaan telah memiliki banyak
pengalaman mengenai berbagai masalah yang berkaitan dengan pengolahan informasi dan cara mengatasinya. Perusahaan juga telah
merasakan perubahan–perubahan yang terjadi selama kegiatan operasinya, sehingga perusahaan cenderung memiliki fleksibilitas dalam menangani
perubahan yang akan terjadi. Hal tersebut membuat perusahaan mampu menyajikan laporan keuangan lebih tepat waktu.
Dengan demikian umur perusahaan dapat dikatakan memiliki hubungan negatif terhadap keterlambatan penyelesaian penyajian laporan
keuangan. 3. Ukuran Kantor Akuntan Publik UK
Menurut Giling 1977 dalam Luciana dan Lucas 2006:275 menunjukan bahwa kantor akuntan publik internasional atau yang lebih
dikenal di Indonesia sebagai the Big Four membutuhkan waktu yang lebih singkat dalam menyelesaikan audit, karena KAP tersebut dianggap dapat
melaksanakan audit secara lebih efisien dan memiliki tingkat fleksibilitas jadwal waktu yang lebih tinggi untuk menyelesaikan audit tepat pada
waktunya. Disamping itu KAP besar memperoleh insentif yang lebih tinggi untuk menyelesaikan pekerjaan auditnya lebih cepat dibanding KAP
lainnya. Waktu audit yang lebih cepat juga merupakan cara KAP besar untuk mempertahankan reputasi mereka.
42
Ukuran KAP diukur dengan menggunakan dummy variable dengan cara mebagi KAP dalam dua kelompok yaitu KAP “Big Four” dan KAP
non ”Big Four”. Dalam penelitian Luciana dan Lucas 2006:284 ukuran
KAP merupakan dummy variable dengan kode 0 untuk perusahaan yang bermitra dengan KAP “Big Four” dan kode 1 untuk perusahaan yang
tidak bermitra dengan KAP “big four”, yang hasilnya ukuran KAP tidak berpengaruh terhadap audit delay.
Tabel 2.1 Nama KAP di Indonesia yang bermitra kerja
dengan KAP “Big Four”
Tahun KAP Internasional
KAP Indonesia
2004 Price water house Coopers PWHC
Ernest Young EY Delloitte Touche Tohmatsu DTT
Klynveldt Pield Marwick KPMG 2005
Price water house Coopers PWHC Ernest Young EY
Delloitte Touche Tohmatsu DTT Klynveldt Pield Marwick KPMG
2006 Price water house Coopers PWHC
Ernest Young EY Delloitte Touche Tohmatsu DTT
Klynveldt Pield Marwick KPMG 2007
Price water house Coopers PWHC Ernest Young EY
Delloitte Touche Tohmatsu DTT Klynveldt Pield Marwick KPMG
Sumber: Bursa Efek Indonesia
Drs. Hadi Sutanto Rekan Prasetio, Sarwoko
Sandjadja Hans, Tuanakota, Mustofa
Siddharta, Siddharta Harsono
Haryanto, Sahari Rekan Prasetio, Sarwoko
Sandjadja Osman, Ramli Rekan
Siddharta, Siddharta Harsono
Haryanto, Sahari Rekan Purwantono, Sarwoko
Sandjadja Osman, Ramli Rekan
Siddharta, Siddharta Harsono
Drs. Hadi Sutanto Rekan Prasetio, Sarwoko
Sandjadja Hans, Tuanakota, Mustofa
Siddharta, Siddharta Harsono
43
4. Struktur Kapemilikan Perusahaan SKP Struktur Kepemilikan Ownership Structure adalah komposisi
kepemilikan dalam perusahaan yang mempengaruhi kinerja perusahaan. Struktur kepemilikan terdiri dari:
a. Kepemilikan publik, merupakan porsi saham beredar outstanding share
yang dimiliki masyarakat atau publik domestik degree of public ownership.
b. Kepemilikan asing, merupakan porsi outstanding share yang dimiliki oleh investor atau pemodal asing foreign investors.
Menurut Isnanta 2008:13 Perbedaan struktur kepemilikan antara lain karena karakteristik kepemilikan dalam perusahaan, seperti:
a. Kepemilikan menyebar dispersed ownership. Ditemukan bahwa perusahaan yang kepemilikannya lebih menyebar memberikan imbalan
yang lebih besar kepada pihak manajemen daripada perusahaan yang kepemilikannya lebih terkonsentrasi Gilberg dan Idson 1995.
b. Kepemilikan terkonsentrasi closely held. Dalam tipe kepemilikan seperti ini timbul dua kelompok pemegang saham, yaitu controlling
interest dan minority interest shareholders.
Menurut Short dan Keasey 1999 dalam Journal of Corporate Finance
melakukan penelitian terhadap 225 perusahaan di Inggris tepatnya di London Stock Exchange periode 1988-1992. Variabel kepemilikan yang
digunakan :
44
b. saham yang dimiliki direktur. c. saham yang dimiliki lembaga yang lebih dari 5 kepemilikan
d. kepemilikan eksternal. Struktur
Kepemilikan akan
mempengaruhi perilaku
dan performansi perusahaan Pierce 2003. Menurut Villalonga dan Amit
2004, kepemilikan keluarga akan menciptakan nilai serta memperbaiki kinerja perusahaannya jika disertai beberapa bentuk kontrol dan
manajemen keluarga tersebut. Struktur Kepemilikan ini juga akan mempengaruhi
perilaku perusahaan
karena adanya pergantian kepemimpinan sehingga akan merubah performansi perusahaan. Selain itu
Lemmon dan Lins 2003 meneliti 800 perusahaan di negara-negara asia timur. Mereka meneliti pengaruh struktur kepemilikan terhadap
performansi perusahaan. Kesimpulannya ialah bahwa perusahaan yang melakukan pemisahan antara pemilik dan manager lalu melakukan kontrol
yang kuat cenderung memiliki performansi perusahaan yang lebih jelek Setiawan, dkk 2006:17.
Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu mengenai struktur kepemilikian perusahaan dapat disimpulkan bahwa struktur kepemilikan
dapat mempengaruhi perfomansi perilaku dan perusahaan, kaitannya dengan audit delay adalah perusahaan yang melakukan pemisahan antara
pemilik dan manager lalu melakukan kontrol yang kuat cenderung memiliki performansi perusahaan yang lebih jelek akan memperpanjang
audit delay. 45
6. Opini Audit OA Hasil penelitian Jeane dan Rustiana 2007 mengenai beberapa
faktor yang berdampak pada perbedaan audit delay membuktikan bahwa faktor opini audit tidak berpengaruh terhadap audit delay. Menurut Budi
2008 dalam penelitiannya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay
membuktikan bahwa opini audit memiliki pengaruh yang negatif terhadap rentang waktu penyelesaian audit audit delay.
Sedangkan dalam penelitian yang dilakuakan oleh Whittred 1980 membuktikan bahwa audit delay yang lebih panjang dialami oleh
perusahaan yang menerima pendapat qualified. Adapun jenis atau tipe pendapat audit yang akan dinyatakan atas
laporan keuangan auditan yaitu: a. Wajar tanpa pengecualian unqualified, auditor menyatakan bahwa
laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha dan arus kas entitas tertentu
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. b. Wajar dengan pengecualian qualified, auditor menyatakan bahwa
laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha dan arus kas entitas tertentu
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, kecuali untuk dampak hal-hal yang berhubungan dengan yang dikecualikan.
46
c. Tidak wajar adverse, auditor menyatakan bahwa laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar, posisi keuangan, hasil usaha dan arus
kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
d. Tidak memberikan pendapat disclaimer auditor menyatakan bahwa ia tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan.
E. Kerangka Berfikir