Kepemimpinan dalam Kamus Para Tokoh
Tabel 1. Definisi Kepemimpinan Menurut Yukl
Konsep yang Luas Konsep yang Terbatas
1. Seseorang yang memengaruhi anggota kelompok.
2. Seseorang yang memengaruhi anggota kelompok dalam segala
hal. 3. Seseorang yang memengaruhi
anggota-anggota kelompok agar menaati kehendaknya, baik secara
sukarela maupun tidak. 1. Seseorang yang pengaruhnya
kuat terhadap anggota kelompok lain kepemimpinan
terarah.
2. Seseorang yang secara sistematis memengaruhi
perilaku anggota ke arah pencapaian tujuan kelompok.
3. Seseorang yang mendapatkan komitmen yang antusias dari
anggota kelompok untuk melaksanakan kehendaknya.
Sedangkan kepemimpinan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah suatu bentuk dari cara memimpin.
5
Bisa diartikan dengan keseluruhan tindakan atau kemampuan untuk memengaruhi atau mengajak orang lain sebagai pengikut
dalam usaha bersama mencapai tujuan. Menurut Ordway Tead 1973 M kepemimpinan adalah aktivitas memengaruhi orang-orang untuk bekerja sama
menuju kepada kesesuaian tujuan yang mereka inginkan. Tidak jauh berbeda dengan H. Goidhamer dan E.A. Shils, mereka mengatakan bahwa kepemimpinan
adalah tindakan perilaku yang dapat memengaruhi tingkah laku orang-orang lain yang dipimpinnya.
6
Pada pengertian kepemimpinan di atas disebutkan istilah pengaruh. Pengertian pengaruh di sini adalah daya yang ada atau yang timbul dari seseorang
yang ikut membentuk watak dan kepercayaan orang lain atas perbuatan seseorang tersebut. Kemudian ada pula pengaruh yang bersifat karismatik, yaitu daya pikat
5
Tim Penyusun Kamus Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta: Pusat Bahasa, 2008, h. 612.
6
Abu Ahmadi, Psikologi Sosial Jakarta: Rineka Cipta, 2009, h. 114.
atau pesona yang diilhami oleh Ilahi yang terekspresi pada pola pikir, keyakinan, sikap, perilaku, tindakan, gerak-gerik, karya, dan penampilan diri.
Hal ini terlihat dalam kepemimpinan Nabi Saw. yang berhasil memberi pengaruh kepada umatnya sehingga meningkatkan kualitas hubungan di antara
umat dan membangun rasa persaudaraan di dalamnya. Selain itu, Nabi Saw. membuktikan bahwa seorang pemimpin yang baik adalah yang mendorong para
pengikutnya agar melayani orang lain untuk bisa unggul dalam kehidupan. Seperti terlihat dalam hadis:
ي لا لاق ﷺ
: «
ْمِهِتَلَخَو ،ْمِهِتَجاَح َنوُد َبَجَتْحاَف َ ِمِلْسُمْلا ِرْمَأ ْنِم اًئْيَش َلَجَو َزَع َُللا ُ َاَو ْنَم ِِرْقَِفَو ،ِِتَلَخَو ِِتَجاَح َنوُد َُْع َُللا َبَجَتْحا ،ْمِِرْقَِفَو
.» دواد ِأ اور
.
7
Artinya: “Nabi Saw. bersabda: Barangsiapa yang Allah Swt. serahkan kepadanya
sebagian urusan orang muslim kemudian ia menutup diri dari melayani kebutuhan mereka dan keperluan mereka, maka Allah menutup diri darinya dan
tidak melayani kebutuhannya, serta keperluannya.” HR. Abū Dāwud. Untuk memahami definisi kepemimpinan secara lebih dalam, ada beberapa
definisi kepemimpinan yang dikemukakan oleh para ahli, yaitu: a.
Stephen P. Robbins mengatakan, kepemimpinan adalah kemampuan untuk memengaruhi suatu kelompok ke arah tercapainya tujuan.
8
b. Richard L. Daft mengatakan, kepemimpinan adalah kemampuan
memengaruhi orang yang mengarah kepada pencapaian tujuan.
9
c. G. R. Terry memberikan definisi: Kepemimpinan adalah usaha
memengaruhi seseorang untuk mencapai tujuan bersama.
10
7
Abū Dāwud Sulaymān ibn al-Asyʻats ibn Isḥāq ibn Basyīr ibn Syaddād ibn ʻAmr al-Azdī al-
Sijistānī, Sunan Abī Dāwud, Muḥaqqiq: Muḥammad Muḥyi al-Dīn ʻAbd al- amīd, vol. III Beirut: al-Maktabah al-
ʻAṣriyah, t.t, h. 135.
8
Stephen P. Robbins, Perilaku Organisasi. Penerjemah Tim Indeks Jakarta: Indeks, 2003, h. 50.
9
Richard L. Daft, Manajemen. Penerjemah Emil Salim dan Iman Karmawan Jakarta: Erlangga, 2003, h. 50.
d. Ricky W. Griffin mengatakan, pemimpin adalah individu yang mampu
memengaruhi orang lain tanpa harus mengandalkan kekerasan; pemimpin adalah individu yang diterima oleh orang lain sebagai pemimpin.
11
Dalam surveinya mengenai teori dan penelitian kepemimpinan, Ralph M. Stogdill mengemukakan bahwa terdapat definisi mengenai kepemimpinan yang
berbeda hampir sebanyak orang berusaha mendefinisikan konsep tersebut.
12
James A.F
Stoner mendefinisikan
kepemimpinan manajerial
sebagai proses
mengarahkan dan memengaruhi aktivitas yang berkaitan dengan tugas dari anggota kelompok.
13
Ada empat implikasi penting dalam definisi ini. Pertama, kepemimpinan melibatkan orang lain
–karyawan atau pengikut. Dengan kemauan mereka menerima pengarahan dari pemimpin, angggota kelompok membantu
mendefinisikan status pemimpin dan membuat proses kepemimpinan menjadi mungkin; tanpa orang yang dipimpin, semua mutu kepemimpinan dari seorang
manajer menjadi tidak relevan. Kedua, kepemimpinan melibatkan distribusi kekuasaan yang tidak merata
antara pemimpin dan anggota kelompok. Anggota kelompok bukannya tanpa kekuasaan; mereka dapat dan membentuk aktivitas kelompok dengan berbagai
cara. Sekalipun demikian, pemimpin biasanya mempunyai kekuasaan yang lebih besar.
10
Brantas, Dasar-dasar Manajemen Bandung: Alfabeta, 2009, h. 125.
11
Ricky W. Griffin, Manajemen. Penerjemah Gina Gania Jakarta: Erlangga, 2003, h. 68.
12
Ralph M. Stogdill, Bass Stogdill‟s Handbook of Leadership: Theory, Research
Managerial Application Binghamton: Free Press, 1990, h. 37.
13
James A.F Stoner, Manajemen. Penerjemah Alexander Sindoro Jakarta: PT. Prenhallindo, 1996, h. 161.
Jadi, aspek ketiga dari kepemimpinan adalah kemampuan menggunakan berbagai bentuk kekuasaan untuk memengaruhi tingkah laku pengikut dengan
berbagai cara. Sebenarnya, pemimpin telah memengaruhi karyawan untuk melakukan pengorbanan pribadi demi kebaikan perusahaan. Kekuasaan ini
membawa kita ke aspek keempat dari kepemimpinan. Aspek keempat dari kepemimpinan menggabungkan tiga aspek pertama dan
mengakui bahwa kepemimpinan adalah mengenai nilai. James McGregor Burns mengatakan bahwa pemimpin yang mengabaikan komponen moral kepemimpinan
mungkin dalam sejarah dikenang sebagai penjahat, atau lebih jelek lagi. Kepemimpinan moral menyangkut nilai-nilai dan persyaratan bahwa para
pengikut diberi cukup pengetahuan mengenai alternatif agar dapat membuat pilihan yang telah dipertimbangkan kalau tiba saatnya memberikan respons pada
usulan pemimpin untuk memimpin.
14
Kepemimpinan ini adalah kepemimpinan tingkat manajemen. Manajemen adalah suatu proses kegiatan fungsi-fungsi manajemen itu, yaitu: fungsi
perencanaan planning, fungsi pengorganisasian organizing, fungsi staf staffing, pengarahan directing dan pengawasan controlling.
Dilihat dari fungsi ini maka kepemimpinan manajemen adalah pemimpin yang mengordinir semua fungsi ini, yang menentukan kebijaksanaan policy dan
penanggungjawab dari semua proses dan kegiatan suatu organisasi atau satuan rumah tangga.
Kepemimpinan manajerial tidak berhadapan langsung pada lapangan operasional dan tidak memimpin langsung di lapangan. Kepemimpinan manajerial
14
Stoner, Manajemen, h. 161.
ini adalah orang yang menentukan perencanaan, penggunaan, staf, menentukan arah kerja dan sasaran operasional. Tetapi pemimpin manajerial itu
merencanakan, mengarahkan pemimpin-pemimpin lapangan dan mengawasi controlling semua kegiatan yang dilakukan para pemimpin operasi.
Kepemimpinan manajerial
menentukan perencanaan,
memiliki dan
mempergunakan staf, memberi pengarahan pada semua kegiatan terutama pada pemimpin-pemimpin
operatif, melakukan
pengawasan dan
merupakan tanggungjawab tertingi di dalam organisasi di tingkatnya dan meminta
pertanggungjawaban dari pemimpin bawahan dan pemimpin operatif.
15
Dari uraian di atas perlu dicatat bahwa walaupun kepemimpinan berkaitan amat erat dengan dan penting bagi manajemen, kepemimpinan dan manajemen
bukan konsep yang sama. Untuk memperjelas perbedaan ini, pengarang kepemimpinan Warren Bennis mengatakan bahwa kebanyakan organisasi terlalu
banyak dikelola overmanaged dan terlalu sedikit dipimpin underled
16
. Seseorang dapat menjadi manajer yang efektif tetapi kurang dalam keterampilan
membangkitkan motivasi dari seorang pemimpin. Orang lain dapat menjadi pemimpin yang efektif tetapi kurang dalam keterampilan manajerial untuk
menyalurkan energi yang mereka timbulkan dalam diri orang lain. Dengan tantangan keterlibatan dinamis dalam dunia organisasi masa kini, banyak
organisasi memberi hadiah kepada manajer yang juga mempunyai keterampilan memimpin.
Penjelasan di atas bisa disimpulkan bahwa kepemimpinan berarti proses pemberian bimbingan dan teladan, proses pemberian tugas dan fasilitas untuk
15
Mochtar Effendy, Kepemimpinan Menurut Ajaran Islam Palembang: al-Mukhtar, 1997, h. 40.
16
Stoner, Manajemen, h. 162.
pekerjaan-pekerjaan orang-orang yang terorganisasi guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan ringkas dapat disimpulkan, kepemimpinan adalah usaha
untuk mencapai tujuan dengan menggunakan daya pengaruh, potensi yang ada –
baik yang memimpin maupun yang dipimpin- secara bersama-sama, dinamis, dan harmonis.
Pemimpin dan kepemimpinan adalah ibarat sekeping mata uang logam yang tidak bisa dipisahkan, dalam artian bisa dikaji secara terpisah namun harus dilihat
sebagai satu kesatuan. Seorang pemimpin harus memiliki jiwa kepemimpinan, dan jiwa kepemimpinan yang dimiliki dari seorang pemimpin tidak bisa diperoleh
dengan cepat dan segera namun sebuah proses yang terbentuk dari waktu ke waktu hingga akhirnya mengkristal dalam sebuah karakteristik. Dalam artian ada
sebagian orang yang memiliki sifat kepemimpinan namun dengan usahanya yang gigih mampu membantu lahirnya penegasan sikap kepemimpinan pada dirinya
tersebut.
17
Dapat kita pahami bahwa seorang pemimpin dengan kualitas kepemimpinan yang dimilikinya bukan hanya sekedar berusaha untuk melaksanakan tugas dan
berbagai rutinitas pekerjaan saja, namun lebih dari itu merupakan simbol dari organisasinya. Dan bagi banyak pihak, simbol tersebut telah berubah secara lebih
jauh menjadi kekuatan positif yang menggerakkan organisasi tersebut untuk meraih tujuan yang dicita-citakan. Sebagaimana yang dikatakan oleh Aan
Komariah
18
bahwa, “kepemimpinan merupakan satu aspek penting dalam organisasi yang merupakan faktor penggerak organisasi melalui penanganan
perubahan dan manajemen yang dilakukannya, sehingga keberadaan pemimpin
17
Irham Fahmi, Manajemen Teori, Kasus dan Sosial Bandung: Alfabeta, 2012, h. 58.
18
Lihat Aan Komariah, Kepemimpinan Visioner dan Corporate Culture di Perguruan Tinggi. Dalam Buchari Alma, Corporate University Bandung: Alfabeta, 2008, h. 237.
bukan hanya sebagai simbol yang ada atau tidaknya menjadi masalah, tetapi keberadaannya memberi dampak positif bagi perkembangan organisasi”.
Berpijak dari beberapa definisi, kita bisa melihat bahwa pada diri Nabi Saw. terdapat faktor seorang pemimpin yang disebutkan dari beberapa tokoh
kepemimpinan di atas. Kesuksesan beliau sebagai pemimpin diri sendiri, pemimpin keluarga, pemimpin organisasi, pemimpin sosial, pemimpin agama,
pemimpin umat, pemimpin para nabi dan rasul-Nya, dan pemimpin seluruh alam telah mengeluarkan bangsa Arab khususnya dan manusia pada umumnya dari
jer atan kebodohan akidah dan syariʻat ketuhanan. Kecerdasan, spiritualitas, serta
potensi-potensi dirinya tidak hanya diakui oleh kalangan umat Islam saja, tetapi juga datang dari banyak ilmuwan Barat, seperti Michael H. Hart yang
menempatkan Nabi Saw. pada urutan pertama di antara seratus tokoh yang paling berpengaruh dalam sejarah kehidupan umat manusia.
19
Hal yang paling dominan pada diri kepemimpinan Nabi Saw. adalah bentuk kepemimpinan dengan keteladanan leadership by example. Pada kepemimpinan
beliau terpadu tiga komponen yang mutlak dibutuhkan oleh para calon pemimpin: vision, value, dan vitality.
20
Tabel 2. Komponen Calon Pemimpin
VISION VALUE
VITALITY
Mampu menjelaskan arah dan tujuan serta
alasannya. Memiliki kemampuan untuk
berpikir secara divergen mencari alternatif dan
mengartikulasikan sesuatu yang bersifat
Memimpin dengan cinta. Menggerakkan orang lain
dengan keteladanan. Memiliki prinsip-prinsip
nilai integrity. Memiliki daya vitalitas
atau energi yang sangat kuat sehingga mampu
menggerakkan orang lain. Memiliki daya
tahan secara fisik maupun mental.
19
Rachmat Ramadhana al-Banjari, Prophetic Leadership Bandung: Diva Press, t.t., h. 116.
20
Toto Tasmara, Membudayakan Etos Kerja Islami Jakarta: Gema Insani, 2002, h. 103.
abstrak menjadi jelas dan aktual abstract
thinking.
Nabi Saw. selalu menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan sekaligus menjaga harkat dan martabat manusia dan tidak pernah memaksakan kehendaknya
kepada orang lain. Bukti-bukti yang terkait telah dikumpulkan oleh Rifqi Muhammad Fatkhi melalui sejumlah riwayat hadis yang terkait.
21
Salah satu di antaranya sebagaimana
riwayat Abū Dāwūd 275 H dari ʻAbdullāh ibn ʻAbbās 68 H bahwa ada seorang perempuan yang tidak memiliki anak, kemudian ia
bersumpah jika di kemudian hari ia dikaruniai seorang anak, maka ia akan menjadikan anaknya menganut agama Yahudi, setelah beberapa waktu kemudian
para sahabat bertanya kepada Nabi Saw. berkenaan dengan anak-anak dan saudara mereka yang masih beragama Yahudi, Nabi pun terdiam, kemudian turunlah ayat
lā ikrāha fī al-dīn al-Baqarah: 256 lalu Nabi Saw. menjawab: “Biarkan keluarga kalian memilih, jika mereka memilih kalian, maka mereka termasuk kalian
Islam. Jika mereka memilih tetap, maka mereka bagian dari mereka Yahudi.
22
Beliau dapat meyakinkan pengikutnya agar mau dengan suka rela untuk mengikuti perintahnya. Namun demikian beliau adalah pemimpin yang tegas,
tidak kompromi terhadap kebatilan dan selalu menegakkan kebenaran. Ketegasan di dalam menegakkan yang benar dan melawan kebatilan tercermin di dalam
peristiwa sewaktu menolak untuk memberikan kekuasaan pemerintah pada dua orang dari Kabilah al-Asy
ʻarī, sebaliknya beliau memberikan jabatan
21
Rifqi Muhammad Fatkhi, “Interaksi Nabi Muhammad dengan Yahudi dan Kristen,” Refleksi Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin XII, no. 3 April, 2012: h. 248.
22
Abū Dāwūd, Sunan Abī Dāwūd, vol. III, h. 92.
pem erintahan kepada Abū Mūsā al-Asyʻarī dan Muʻādz ibn Jabal, sebagaimana
yang diriwayatkan oleh Muslim dari Abū Burdah, Nabi Saw. bersabda:
َلاَقَِف :
« وَأ ،ىَسوُم اَبَأ اَي َتْنَأ ْبَْذا ِنِكَلَو ،َُداَرَأ ْنَم اَِلَمَع ىَلَع ُلِمْعَِتْسَن َا ْوَأ ،ْنَل
ِها َدْبَع اَي ٍسْيَِق َنْب
». ةدرب ِأ نع ملسم اور
.
23
Artinya: “Kemudian beliau bersabda: “Ketahuilah, sesungguhnya saya tidak akan
memberikan jabatan kepada orang yang justru menginginkannya, sekarang pergilah kamu wahai
Abū Mūsā atau „Abdullāh ibn Qays” HR. Muslim. Hadis ini menunjukkan betapa tegas Nabi Saw. untuk menegakkan
kebenaran sehingga beliau menolak dua orang untuk minta diangkat menjadi pemimpin di Yaman karena disangsikan keteguhan imannya dan kemampuannya.
Justru beliau mengangkat dua orang sahabat dari golongan Anshar yang mempunyai ilmu tentang Islam yang luas dan terjamin imannya.
Dari beberapa bukti tentang kepemimpinan Nabi Saw. di atas, telah menyatakan bahwa kepemimpinan yang didefinisikan oleh para tokoh tercakup
dalam kepribadian Nabi Saw. bahkan memberikan pemahaman bahwa Nabi Saw. adalah seorang pemimpin yang sangat berpengaruh bagi manusia.
Tidak disangsikan lagi bahwa Nabi Saw. adalah model pemimpin umat yang paling agung sepanjang sejarah kehidupan manusia. Karisma kepemimpinannya
bukan hanya karena keperkasaan, kecerdasan, akhlak karimah, keimanan, keislaman, keihsanan, ketauhidan dan ketakwaan yang dimilikinya, melainkan
juga karena memang anugrah Allah yang menjadikannya manusia pilihan al- Mu
ṭafá dan manusia sempurna insān kamīl.
23
Muslim ibn al- ajjāj Abū al- asan al-Qusyairīy al-Naisābūrīy, aḥīḥ Muslim, vol. III
Beirut: Dār Iḥyā‟ al-Turāts al-„Arabī, t.t., h. 1456.