Kepemimpinan dalam Kamus Para Tokoh

Tabel 1. Definisi Kepemimpinan Menurut Yukl Konsep yang Luas Konsep yang Terbatas 1. Seseorang yang memengaruhi anggota kelompok. 2. Seseorang yang memengaruhi anggota kelompok dalam segala hal. 3. Seseorang yang memengaruhi anggota-anggota kelompok agar menaati kehendaknya, baik secara sukarela maupun tidak. 1. Seseorang yang pengaruhnya kuat terhadap anggota kelompok lain kepemimpinan terarah. 2. Seseorang yang secara sistematis memengaruhi perilaku anggota ke arah pencapaian tujuan kelompok. 3. Seseorang yang mendapatkan komitmen yang antusias dari anggota kelompok untuk melaksanakan kehendaknya. Sedangkan kepemimpinan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah suatu bentuk dari cara memimpin. 5 Bisa diartikan dengan keseluruhan tindakan atau kemampuan untuk memengaruhi atau mengajak orang lain sebagai pengikut dalam usaha bersama mencapai tujuan. Menurut Ordway Tead 1973 M kepemimpinan adalah aktivitas memengaruhi orang-orang untuk bekerja sama menuju kepada kesesuaian tujuan yang mereka inginkan. Tidak jauh berbeda dengan H. Goidhamer dan E.A. Shils, mereka mengatakan bahwa kepemimpinan adalah tindakan perilaku yang dapat memengaruhi tingkah laku orang-orang lain yang dipimpinnya. 6 Pada pengertian kepemimpinan di atas disebutkan istilah pengaruh. Pengertian pengaruh di sini adalah daya yang ada atau yang timbul dari seseorang yang ikut membentuk watak dan kepercayaan orang lain atas perbuatan seseorang tersebut. Kemudian ada pula pengaruh yang bersifat karismatik, yaitu daya pikat 5 Tim Penyusun Kamus Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta: Pusat Bahasa, 2008, h. 612. 6 Abu Ahmadi, Psikologi Sosial Jakarta: Rineka Cipta, 2009, h. 114. atau pesona yang diilhami oleh Ilahi yang terekspresi pada pola pikir, keyakinan, sikap, perilaku, tindakan, gerak-gerik, karya, dan penampilan diri. Hal ini terlihat dalam kepemimpinan Nabi Saw. yang berhasil memberi pengaruh kepada umatnya sehingga meningkatkan kualitas hubungan di antara umat dan membangun rasa persaudaraan di dalamnya. Selain itu, Nabi Saw. membuktikan bahwa seorang pemimpin yang baik adalah yang mendorong para pengikutnya agar melayani orang lain untuk bisa unggul dalam kehidupan. Seperti terlihat dalam hadis: ي لا لاق ﷺ : « ْمِهِتَلَخَو ،ْمِهِتَجاَح َنوُد َبَجَتْحاَف َ ِمِلْسُمْلا ِرْمَأ ْنِم اًئْيَش َلَجَو َزَع َُللا ُ َاَو ْنَم ِِرْقَِفَو ،ِِتَلَخَو ِِتَجاَح َنوُد َُْع َُللا َبَجَتْحا ،ْمِِرْقَِفَو .» دواد ِأ اور . 7 Artinya: “Nabi Saw. bersabda: Barangsiapa yang Allah Swt. serahkan kepadanya sebagian urusan orang muslim kemudian ia menutup diri dari melayani kebutuhan mereka dan keperluan mereka, maka Allah menutup diri darinya dan tidak melayani kebutuhannya, serta keperluannya.” HR. Abū Dāwud. Untuk memahami definisi kepemimpinan secara lebih dalam, ada beberapa definisi kepemimpinan yang dikemukakan oleh para ahli, yaitu: a. Stephen P. Robbins mengatakan, kepemimpinan adalah kemampuan untuk memengaruhi suatu kelompok ke arah tercapainya tujuan. 8 b. Richard L. Daft mengatakan, kepemimpinan adalah kemampuan memengaruhi orang yang mengarah kepada pencapaian tujuan. 9 c. G. R. Terry memberikan definisi: Kepemimpinan adalah usaha memengaruhi seseorang untuk mencapai tujuan bersama. 10 7 Abū Dāwud Sulaymān ibn al-Asyʻats ibn Isḥāq ibn Basyīr ibn Syaddād ibn ʻAmr al-Azdī al- Sijistānī, Sunan Abī Dāwud, Muḥaqqiq: Muḥammad Muḥyi al-Dīn ʻAbd al- amīd, vol. III Beirut: al-Maktabah al- ʻAṣriyah, t.t, h. 135. 8 Stephen P. Robbins, Perilaku Organisasi. Penerjemah Tim Indeks Jakarta: Indeks, 2003, h. 50. 9 Richard L. Daft, Manajemen. Penerjemah Emil Salim dan Iman Karmawan Jakarta: Erlangga, 2003, h. 50. d. Ricky W. Griffin mengatakan, pemimpin adalah individu yang mampu memengaruhi orang lain tanpa harus mengandalkan kekerasan; pemimpin adalah individu yang diterima oleh orang lain sebagai pemimpin. 11 Dalam surveinya mengenai teori dan penelitian kepemimpinan, Ralph M. Stogdill mengemukakan bahwa terdapat definisi mengenai kepemimpinan yang berbeda hampir sebanyak orang berusaha mendefinisikan konsep tersebut. 12 James A.F Stoner mendefinisikan kepemimpinan manajerial sebagai proses mengarahkan dan memengaruhi aktivitas yang berkaitan dengan tugas dari anggota kelompok. 13 Ada empat implikasi penting dalam definisi ini. Pertama, kepemimpinan melibatkan orang lain –karyawan atau pengikut. Dengan kemauan mereka menerima pengarahan dari pemimpin, angggota kelompok membantu mendefinisikan status pemimpin dan membuat proses kepemimpinan menjadi mungkin; tanpa orang yang dipimpin, semua mutu kepemimpinan dari seorang manajer menjadi tidak relevan. Kedua, kepemimpinan melibatkan distribusi kekuasaan yang tidak merata antara pemimpin dan anggota kelompok. Anggota kelompok bukannya tanpa kekuasaan; mereka dapat dan membentuk aktivitas kelompok dengan berbagai cara. Sekalipun demikian, pemimpin biasanya mempunyai kekuasaan yang lebih besar. 10 Brantas, Dasar-dasar Manajemen Bandung: Alfabeta, 2009, h. 125. 11 Ricky W. Griffin, Manajemen. Penerjemah Gina Gania Jakarta: Erlangga, 2003, h. 68. 12 Ralph M. Stogdill, Bass Stogdill‟s Handbook of Leadership: Theory, Research Managerial Application Binghamton: Free Press, 1990, h. 37. 13 James A.F Stoner, Manajemen. Penerjemah Alexander Sindoro Jakarta: PT. Prenhallindo, 1996, h. 161. Jadi, aspek ketiga dari kepemimpinan adalah kemampuan menggunakan berbagai bentuk kekuasaan untuk memengaruhi tingkah laku pengikut dengan berbagai cara. Sebenarnya, pemimpin telah memengaruhi karyawan untuk melakukan pengorbanan pribadi demi kebaikan perusahaan. Kekuasaan ini membawa kita ke aspek keempat dari kepemimpinan. Aspek keempat dari kepemimpinan menggabungkan tiga aspek pertama dan mengakui bahwa kepemimpinan adalah mengenai nilai. James McGregor Burns mengatakan bahwa pemimpin yang mengabaikan komponen moral kepemimpinan mungkin dalam sejarah dikenang sebagai penjahat, atau lebih jelek lagi. Kepemimpinan moral menyangkut nilai-nilai dan persyaratan bahwa para pengikut diberi cukup pengetahuan mengenai alternatif agar dapat membuat pilihan yang telah dipertimbangkan kalau tiba saatnya memberikan respons pada usulan pemimpin untuk memimpin. 14 Kepemimpinan ini adalah kepemimpinan tingkat manajemen. Manajemen adalah suatu proses kegiatan fungsi-fungsi manajemen itu, yaitu: fungsi perencanaan planning, fungsi pengorganisasian organizing, fungsi staf staffing, pengarahan directing dan pengawasan controlling. Dilihat dari fungsi ini maka kepemimpinan manajemen adalah pemimpin yang mengordinir semua fungsi ini, yang menentukan kebijaksanaan policy dan penanggungjawab dari semua proses dan kegiatan suatu organisasi atau satuan rumah tangga. Kepemimpinan manajerial tidak berhadapan langsung pada lapangan operasional dan tidak memimpin langsung di lapangan. Kepemimpinan manajerial 14 Stoner, Manajemen, h. 161. ini adalah orang yang menentukan perencanaan, penggunaan, staf, menentukan arah kerja dan sasaran operasional. Tetapi pemimpin manajerial itu merencanakan, mengarahkan pemimpin-pemimpin lapangan dan mengawasi controlling semua kegiatan yang dilakukan para pemimpin operasi. Kepemimpinan manajerial menentukan perencanaan, memiliki dan mempergunakan staf, memberi pengarahan pada semua kegiatan terutama pada pemimpin-pemimpin operatif, melakukan pengawasan dan merupakan tanggungjawab tertingi di dalam organisasi di tingkatnya dan meminta pertanggungjawaban dari pemimpin bawahan dan pemimpin operatif. 15 Dari uraian di atas perlu dicatat bahwa walaupun kepemimpinan berkaitan amat erat dengan dan penting bagi manajemen, kepemimpinan dan manajemen bukan konsep yang sama. Untuk memperjelas perbedaan ini, pengarang kepemimpinan Warren Bennis mengatakan bahwa kebanyakan organisasi terlalu banyak dikelola overmanaged dan terlalu sedikit dipimpin underled 16 . Seseorang dapat menjadi manajer yang efektif tetapi kurang dalam keterampilan membangkitkan motivasi dari seorang pemimpin. Orang lain dapat menjadi pemimpin yang efektif tetapi kurang dalam keterampilan manajerial untuk menyalurkan energi yang mereka timbulkan dalam diri orang lain. Dengan tantangan keterlibatan dinamis dalam dunia organisasi masa kini, banyak organisasi memberi hadiah kepada manajer yang juga mempunyai keterampilan memimpin. Penjelasan di atas bisa disimpulkan bahwa kepemimpinan berarti proses pemberian bimbingan dan teladan, proses pemberian tugas dan fasilitas untuk 15 Mochtar Effendy, Kepemimpinan Menurut Ajaran Islam Palembang: al-Mukhtar, 1997, h. 40. 16 Stoner, Manajemen, h. 162. pekerjaan-pekerjaan orang-orang yang terorganisasi guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan ringkas dapat disimpulkan, kepemimpinan adalah usaha untuk mencapai tujuan dengan menggunakan daya pengaruh, potensi yang ada – baik yang memimpin maupun yang dipimpin- secara bersama-sama, dinamis, dan harmonis. Pemimpin dan kepemimpinan adalah ibarat sekeping mata uang logam yang tidak bisa dipisahkan, dalam artian bisa dikaji secara terpisah namun harus dilihat sebagai satu kesatuan. Seorang pemimpin harus memiliki jiwa kepemimpinan, dan jiwa kepemimpinan yang dimiliki dari seorang pemimpin tidak bisa diperoleh dengan cepat dan segera namun sebuah proses yang terbentuk dari waktu ke waktu hingga akhirnya mengkristal dalam sebuah karakteristik. Dalam artian ada sebagian orang yang memiliki sifat kepemimpinan namun dengan usahanya yang gigih mampu membantu lahirnya penegasan sikap kepemimpinan pada dirinya tersebut. 17 Dapat kita pahami bahwa seorang pemimpin dengan kualitas kepemimpinan yang dimilikinya bukan hanya sekedar berusaha untuk melaksanakan tugas dan berbagai rutinitas pekerjaan saja, namun lebih dari itu merupakan simbol dari organisasinya. Dan bagi banyak pihak, simbol tersebut telah berubah secara lebih jauh menjadi kekuatan positif yang menggerakkan organisasi tersebut untuk meraih tujuan yang dicita-citakan. Sebagaimana yang dikatakan oleh Aan Komariah 18 bahwa, “kepemimpinan merupakan satu aspek penting dalam organisasi yang merupakan faktor penggerak organisasi melalui penanganan perubahan dan manajemen yang dilakukannya, sehingga keberadaan pemimpin 17 Irham Fahmi, Manajemen Teori, Kasus dan Sosial Bandung: Alfabeta, 2012, h. 58. 18 Lihat Aan Komariah, Kepemimpinan Visioner dan Corporate Culture di Perguruan Tinggi. Dalam Buchari Alma, Corporate University Bandung: Alfabeta, 2008, h. 237. bukan hanya sebagai simbol yang ada atau tidaknya menjadi masalah, tetapi keberadaannya memberi dampak positif bagi perkembangan organisasi”. Berpijak dari beberapa definisi, kita bisa melihat bahwa pada diri Nabi Saw. terdapat faktor seorang pemimpin yang disebutkan dari beberapa tokoh kepemimpinan di atas. Kesuksesan beliau sebagai pemimpin diri sendiri, pemimpin keluarga, pemimpin organisasi, pemimpin sosial, pemimpin agama, pemimpin umat, pemimpin para nabi dan rasul-Nya, dan pemimpin seluruh alam telah mengeluarkan bangsa Arab khususnya dan manusia pada umumnya dari jer atan kebodohan akidah dan syariʻat ketuhanan. Kecerdasan, spiritualitas, serta potensi-potensi dirinya tidak hanya diakui oleh kalangan umat Islam saja, tetapi juga datang dari banyak ilmuwan Barat, seperti Michael H. Hart yang menempatkan Nabi Saw. pada urutan pertama di antara seratus tokoh yang paling berpengaruh dalam sejarah kehidupan umat manusia. 19 Hal yang paling dominan pada diri kepemimpinan Nabi Saw. adalah bentuk kepemimpinan dengan keteladanan leadership by example. Pada kepemimpinan beliau terpadu tiga komponen yang mutlak dibutuhkan oleh para calon pemimpin: vision, value, dan vitality. 20 Tabel 2. Komponen Calon Pemimpin VISION VALUE VITALITY Mampu menjelaskan arah dan tujuan serta alasannya. Memiliki kemampuan untuk berpikir secara divergen mencari alternatif dan mengartikulasikan sesuatu yang bersifat Memimpin dengan cinta. Menggerakkan orang lain dengan keteladanan. Memiliki prinsip-prinsip nilai integrity. Memiliki daya vitalitas atau energi yang sangat kuat sehingga mampu menggerakkan orang lain. Memiliki daya tahan secara fisik maupun mental. 19 Rachmat Ramadhana al-Banjari, Prophetic Leadership Bandung: Diva Press, t.t., h. 116. 20 Toto Tasmara, Membudayakan Etos Kerja Islami Jakarta: Gema Insani, 2002, h. 103. abstrak menjadi jelas dan aktual abstract thinking. Nabi Saw. selalu menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan sekaligus menjaga harkat dan martabat manusia dan tidak pernah memaksakan kehendaknya kepada orang lain. Bukti-bukti yang terkait telah dikumpulkan oleh Rifqi Muhammad Fatkhi melalui sejumlah riwayat hadis yang terkait. 21 Salah satu di antaranya sebagaimana riwayat Abū Dāwūd 275 H dari ʻAbdullāh ibn ʻAbbās 68 H bahwa ada seorang perempuan yang tidak memiliki anak, kemudian ia bersumpah jika di kemudian hari ia dikaruniai seorang anak, maka ia akan menjadikan anaknya menganut agama Yahudi, setelah beberapa waktu kemudian para sahabat bertanya kepada Nabi Saw. berkenaan dengan anak-anak dan saudara mereka yang masih beragama Yahudi, Nabi pun terdiam, kemudian turunlah ayat lā ikrāha fī al-dīn al-Baqarah: 256 lalu Nabi Saw. menjawab: “Biarkan keluarga kalian memilih, jika mereka memilih kalian, maka mereka termasuk kalian Islam. Jika mereka memilih tetap, maka mereka bagian dari mereka Yahudi. 22 Beliau dapat meyakinkan pengikutnya agar mau dengan suka rela untuk mengikuti perintahnya. Namun demikian beliau adalah pemimpin yang tegas, tidak kompromi terhadap kebatilan dan selalu menegakkan kebenaran. Ketegasan di dalam menegakkan yang benar dan melawan kebatilan tercermin di dalam peristiwa sewaktu menolak untuk memberikan kekuasaan pemerintah pada dua orang dari Kabilah al-Asy ʻarī, sebaliknya beliau memberikan jabatan 21 Rifqi Muhammad Fatkhi, “Interaksi Nabi Muhammad dengan Yahudi dan Kristen,” Refleksi Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin XII, no. 3 April, 2012: h. 248. 22 Abū Dāwūd, Sunan Abī Dāwūd, vol. III, h. 92. pem erintahan kepada Abū Mūsā al-Asyʻarī dan Muʻādz ibn Jabal, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Muslim dari Abū Burdah, Nabi Saw. bersabda: َلاَقَِف : « وَأ ،ىَسوُم اَبَأ اَي َتْنَأ ْبَْذا ِنِكَلَو ،َُداَرَأ ْنَم اَِلَمَع ىَلَع ُلِمْعَِتْسَن َا ْوَأ ،ْنَل ِها َدْبَع اَي ٍسْيَِق َنْب ». ةدرب ِأ نع ملسم اور . 23 Artinya: “Kemudian beliau bersabda: “Ketahuilah, sesungguhnya saya tidak akan memberikan jabatan kepada orang yang justru menginginkannya, sekarang pergilah kamu wahai Abū Mūsā atau „Abdullāh ibn Qays” HR. Muslim. Hadis ini menunjukkan betapa tegas Nabi Saw. untuk menegakkan kebenaran sehingga beliau menolak dua orang untuk minta diangkat menjadi pemimpin di Yaman karena disangsikan keteguhan imannya dan kemampuannya. Justru beliau mengangkat dua orang sahabat dari golongan Anshar yang mempunyai ilmu tentang Islam yang luas dan terjamin imannya. Dari beberapa bukti tentang kepemimpinan Nabi Saw. di atas, telah menyatakan bahwa kepemimpinan yang didefinisikan oleh para tokoh tercakup dalam kepribadian Nabi Saw. bahkan memberikan pemahaman bahwa Nabi Saw. adalah seorang pemimpin yang sangat berpengaruh bagi manusia. Tidak disangsikan lagi bahwa Nabi Saw. adalah model pemimpin umat yang paling agung sepanjang sejarah kehidupan manusia. Karisma kepemimpinannya bukan hanya karena keperkasaan, kecerdasan, akhlak karimah, keimanan, keislaman, keihsanan, ketauhidan dan ketakwaan yang dimilikinya, melainkan juga karena memang anugrah Allah yang menjadikannya manusia pilihan al- Mu ṭafá dan manusia sempurna insān kamīl. 23 Muslim ibn al- ajjāj Abū al- asan al-Qusyairīy al-Naisābūrīy, aḥīḥ Muslim, vol. III Beirut: Dār Iḥyā‟ al-Turāts al-„Arabī, t.t., h. 1456.

B. Gaya dan Kriteria Pemimpin

Pemimpin yang berhasil hendaknya memiliki beberapa kriteria. Kriteria apa saja tergantung pada sudut pandang atau pendekatan yang digunakan apakah itu sifat kepribadiannya, keterampilannya, bakatnya, sifat-sifatnya atau kewenangan yang dimilikinya. Deddy Mulyadi mengatakan bahwa pemimpin memiliki sifat kepribadian seperti vitalitas dan stamina fisik, kecerdasan dan kearifan dalam bertindak, kemauan menerima tanggung jawab, kompeten dalam menjalankan tugas, memahami kebutuhan pengikutnya, memiliki keterampilan dalam berhubungan dengan orang lain, kebutuhan untuk berprestasi, mampu memotivasi dan memberi semangat, meyakinkan, memiliki pengaruh, mampu beradaptasi atau memiliki fleksibilitas. 24 Sebagaimana Nabi Saw. dalam memimpin umatnya. Beliau terlibat dalam sistem perencanaan, pemberian motivasi, pengorganisasian, perencanaan, pengarahan operasi, dan pengawasan sehingga segala sesuatunya tidak lepas kendali. Hal ini terlihat dalam sabdanya: ي لا لاق ﷺ : ْمُتََِْذ اَذِإَو َةَلِْتِقْلا اوُِسْحَأَف ْمُتْلَِتَِق اَذِإَف ،ٍءْيَش لُك ىَلَع َناَسْحِإْا َبَتَك َها َنِإ َُتَحْيِبَذ ْحُِرْلَو َُتَرْفَش ْمُكُدَحَأ َدِحُيْلَو َةَِْ ذلا اوُِسْحَأَف . ملسم اور 25 “Nabi Saw. bersabda: Allah telah memerintahkan agar segala sesuatunya dilakukan dengan cara yang lebih baik. Kemudian ketika kalian membunuh dalam peperangan, lakukanlah dengan cara yang baik; dan ketika menyembelih binatang untuk korban, lakukanlah dengan cara yang baik. Kalian harus 24 Rivai dan Mulyadi, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, h. 19. 25 Muslim, a ḥīḥ Muslim, vol. III, h. 1548. menajamkan pisau, lalu sembelihlah binatang itu agar mati dengan tidak terlalu sakit.” HR. Muslim. Dari beragam sifat yang disebutkan mengandung pengertian bahwa seorang pemimpin adalah seorang yang dapat dijadikan suri teladan yang baik untuk menuju perubahan dalam suatu organisasi. Hal ini telah disebutkan dalam firman Allah dalam surah al-A ḥzāb ayat 21:                   Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu yaitu bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah.” QS. Al-Aḥzāb: 21. Usaha sistematis pertama yang dilakukan oleh ahli psikologi dan para peneliti lain untuk memahami kepemimpinan adalah usaha untuk mengenali sifat pribadi pemimpin. Kebanyakan penelitian gagal untuk mengungkapkan sifat yang jelas dan konsisten membedakan pemimpin dari pengikut. Memang benar bahwa kelompok pemimpin lebih cerah, lebih terbuka, dan lebih percaya diri daripada bukan pemimpin. Mereka juga cenderung untuk lebih tinggi. Tetapi walaupun jutaan orang memiliki sifat-sifat ini, kebanyakan mereka tidak pernah mencapai posisi pemimpin. 26 Dalam mengenali sifat dan ciri seorang pemimpin, Marston memberikan tiga rumus untuk mengenali bahasa yang digunakan oleh seorang pemimpin. Pertama, definisi atau klarifikasi. Hal ini bisa dilihat ketika dia memberikan contoh dalam bentuk pernyataan negatif yang biasanya digunakan untuk partikel pengecualian: “tidak ada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad utusan 26 Stoner, Manajemen, h. 162. Allah ”. Kedua, kekuasaan. Rumus ini terdiri dari pernyataan yang mengandung sebuah perintah dan larangan. Seperti dalam contoh: “jangan berdusta atas namaku ”. Ketiga, berbentuk cerita. Rumus ini menekankan bahwa hadis merupakan cerita kehidupan Nabi Saw. yang menjadi teladan bagi kehidupan masyarakat. Dengan melihat hal ini bisa dikatakan bahwa walaupun pengukuran kepribadian mungkin suatu hari cukup akurat untuk mengisolasi sifat-sifat pemimpin, bukti sejauh ini mengatakan bahwa orang yang tampil sebagai pemimpin tidak mempunyai kumpulan sifat-sifat yang jelas membedakannya dari bukan pemimpin. Dari penjelasan definisi di atas bisa saya ambil kesimpulan bahwa pemimpin yang dapat dikatakan sebagai pemimpin setidaknya memenuhi beberapa kriteria, yaitu: 1. Pengaruh: seorang pemimpin adalah seorang yang memiliki orang-orang yang mendukungnya yang turut membesarkan nama sang pemimpin. Pengaruh ini menjadikan sang pemimpin diikuti dan membuat orang lain tunduk pada apa yang dikatakan sang pemimpin. John C. Maxwell, penulis buku-buku kepemimpinan pernah berkata: Leadership is influence Kepemimpinan adalah soal pengaruh. 2. Kekuasaanpower: seorang pemimpin umumnya diikuti oleh orang lain karena dia memiliki kekuasaanpower yang membuat orang lain menghargai keberadaannya. Tanpa kekuasaan atau kekuatan yang dimiliki sang pemimpin, tentunya tidak ada yang mau menjadi pendukungnya. Kekuasaankekuatan yang dimiliki sang pemimpin ini menjadikan orang