Tipologi Kekuasaan Bahasa kepemimpinan nabi Muhammad SAW

Salah satu teori manajerial yang berkaitan dengan ini adalah tipologi kekuasaan manajerial tahun 1959 yang dibuat oleh French dan Raven. Teori ini dipilih karena merupakan teori tertua tentang tipologi kekuasaan manajerial. 6 French dan Raven adalah seorang sarjana yang mana menjelaskan secara detail dan yang memperkenalkan pertama kali tentang teori kekuasaan. Salah satu fungsi teori ini adalah membantu kita membuat generalisasi. Teori kuasa pemimpin yang dinyatakan oleh French dan Raven menyatakan bahwa kepemimpinan bersumber pada kekuasaan dalam kelompok atau organisasi. Dengan kata lain, orang atau orang-orang yang memiliki akses terhadap sumber kekuasaan dalam suatu kelompok atau organisasi tertentu akan mengendalikan atau memimpin kelompok atau organisasi itu. 7 Dalam organisasi pekerjaan, kemampuan untuk memengaruhi, mendesak, dan memotivasi pengikutnya, di samping tempat, penentuan waktu, penggunaan informasi, dan efisiensi, didasarkan juga pada kekuasaan yang dirasakan oleh pemimpin. French dan Raven mengidentifikasi bentuk-bentuk kekuasaan yang dirasakan perceived power yang mungkin dimiliki oleh seorang pemimpin, yaitu: reward penghargaan, coercive paksaan, legitimate legitimasi, expert ahli, dan referent rujukan. 8 6 Majid Danesghar, dkk., “A Study on Managerial Language of Islam,” Procedia Social and Behavioral Sciences, no. 70 Januari 2013: h. 501-507. Artikel ini menganggap bahwa bahasa manajerial dalam Islam berasal dari tiga sudut pandang yaitu al- Qur‟an, Hadis dan ijtihad ulama. 7 Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Sosial, Kelompok dan Terapan Jakarta: PT. Balai Pustaka, 1999, h. 40. 8 Barbara Kellerman, Political Leadership Mich: University of Pittsburgh, 1986, h. 300. Barbara memasukkan satu pembahasan khusus pada bab The Bases of Social Power mengenai landasan atau dasar utama menjadi seorang pemegang kekuasaan pemimpin yang ditulis oleh John R. P. French, Jr., dan Bertram Raven. a. Reward Power Kekuasaan Penghargaan Kekuasaan yang didasarkan atas harapan, menerima pujian, penghargaan, atau pendapatan bagi terpenuhinya permintaan seorang pemimpin. Kekuasaan ini akan terwujud melalui suatu kejadian atau situasi yang memungkinkan orang lain menemukan kepuasan. Dalam deskripsi konkre t adalah “jika anda dapat menjamin atau memberi kepastian gaji atau jabatan saya meningkat, anda dapat menggunakan reward power anda kepada saya”. Pernyataan ini mengandung makna bahwa seseorang dapat melakukan reward power karena ia mampu memberi kepuasan kepada orang lain. 9 b. Coercive Power Kekuasaan Hukuman Kekuasaan paksaan ini adalah kekuasaan yang didasarkan atas rasa takut. Seorang penakut merasa bahwa kegagalan memenuhi permintaan seorang pemimpin dapat menyebabkan dijatuhkannya sesuatu bentuk hukuman peringatan atau pengasingan sosial dari kelompok. 10 c. Legitimate Power Kekuasaan Legitimasi Kekuasaan sah adalah kekuasaan yang diperoleh dari posisi seseorang dalam kelompok atau hirarki keorganisasian. Seorang pemimpin diakui oleh para anggotanya memiliki kekuasaan yang sah. Dalam contoh yang nyata, jika seseorang dianggap lebih tua, memiliki senioritas dalam organisasi, maka orang 9 Kellerman, Political Leadership, h. 306. 10 Kellerman, Political Leadership, h. 307. lain setuju untuk mengizinkan orang tersebut melaksanakan kekuasaan yang sudah dilegitimasi tersebut. 11 d. Expert Power Kekuasaan Ahli Seseorang yang mempunyai keahlian khusus memilki nilai yang lebih tinggi. Kekuasaan ini tidak terikat pada urutan tingkatan. Misalnya, dalam shalat berj ama‟ah dalam agama Islam yang dijadikan pemimpin shalat imam adalah yang paling fasih membaca ayat al- Qur‟an. Di sebuah kapal atau pesawat udara, mu ʻalim atau penerbang yang paling terampil yang dijadikan nahkoda atau kapten. 12 e. Referent Power Kuasa Rujukan Kekuasaan yang didasarkan atas daya tarik. Seorang pemimpin yang dikagumi karena ciri khasnya, memiliki kekuasaan referensi. Bentuk kekuasaan seperti ini secara populer dinamakan karisma. Orang tersebut dikatakan mempunyai karisma untuk menyemangatkan dan menarik para pengikut. 13 Berdasarkan sumber kekuasaan tersebut, bisa kita simpulkan bahwa French dan Raven menyusun sebuah kategorisasi sumber kekuasaan ditinjau dari hubungan anggota dan pemimpin sebagaimana tampak dalam Tabel 3. 11 Kellerman, Political Leadership, h. 308. 12 Kellerman, Political Leadership, h. 313. 13 T ipologi ini dikembangkan oleh John R.P. French dan Brtram Raven “The Bases of Social Power” edisi Darwin Cartwight dan A. F. Zander. Lihat James L. Gibson, Organisasi dan Manajemen. Penerjemah Djoerban Wahid Jakarta: Erlangga, 1993, h. 261. Tabel 3. Kategorisasi Kekuasaan Menurut French dan Raven Kekuasaan Menghargai Seorang anggota taat agar ia mendapat penghargaan yang diyakininya atau dikendalikan oleh pemimpin Kekuasaan Memaksa Seorang anggota taat agar ia terhindar dari hukuman yang diyakininya diatur oleh pemimpin Kekuasaan Sah Seorang anggota taat karena ia yakin bahwa pemimpin mempunyai hak untuk membuat ketentuan atau peraturan bahwa anggota mempunyai kewajiban untuk taat Kekuasaan keahlian Seorang anggota taat karena ia yakin atau percaya bahwa pemimpin mempunyai pengetahuan khusus tentang cara yang terbaik untuk melakukan sesuatu Kekuasaan rujukan Seorang anggota taat karena ia memuji pemimpin atau mengidentifikasikan dirinya dengan pemimpin dan mengharapkan persetujuannya Kelima tipe dari kekuasaan interpersonal adalah saling ketergantungan karena tipe-tipe tersebut dapat dipakai dengan cara dikombinasikan dengan berbagai cara, dan masing-masing dapat memengaruhi yang lainnya.

B. Al-

Qur’an dan Teori Kekuasaan Dalam kajian ini, teori kekuasaan yang telah saya paparkan di atas akan saya aplikasikan dalam beberapa contoh ayat al- Qur‟an, yang nantinya akan membantu memudahkan ketika menganalisa bahasa kepemimpinan Nabi Saw. pada bab selanjutnya.

a. Al-

Qur’an dan Reward Power Jenis kekuasaan ini telah disebutkan dalam al- Qur‟an. Point yang menarik dari kekuasaan ini dinyatakan setelah atau sebelum kekuasaan hukuman. Contohnya, Surah al- Mā‟idah: 9-10                    Artinya: “Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bahwa mereka akan mendapat ampunan dan pahala yang besar. Adapun orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itulah penghuni neraka. ” QS. Al-Mā‟idah: 9-10. Abū Jaʻfar Muḥammad ibn Jarīr al-Ṭabarī 923 H menjelaskan bahwa maksud dari ayat di atas adalah Allah Swt. menjanjikan kepada hamba yang membenarkan Allah Swt. dan Rasul-Nya, mengakui apa yang datang dari Tuhan mereka dan menjalankan apa yang diikatkan Allah Swt. kepada mereka, serta memenuhi janji ketika mereka berkata, kami benar-benar akan mendengarkan dan taat kepada Allah Swt. serta Rasul-Nya, sehingga mereka mendengarkan perintah dan larangan Allah Swt., kemudian menaati-Nya dengan cara menjalankan apa yang diperintahkan dan tidak melanggar apa yang dilarang. 14 Jika dilihat dari penjelasan teori sumber kekuasaan di atas, maka dalam ayat ini terdapat imbalan yang dilakukan oleh Allah Swt. Siapa yang mematuhi Allah Swt. dan beramal saleh, maka akan diampuni segala dosa dan mendapatkan pahala yang besar, baik di dunia lebih-lebih di akhirat sebagai buah dan imbalan amal-amal baik mereka. Ayat ini menekankan pada reward power. Maksudnya bahwa seorang manajer atau pemimpin boleh menyediakan imbalan untuk para staf mereka. Ayat selanjutnya menjelaskan sebaliknya, apabila ia melanggar ketentuan tersebut maka ia mendapatkan hukuman di neraka. 14 Abū Ja‟far Muḥammad ibn Jarīr al-Ṭabarī, Jāmiʻ al-Bayān an Ta’wīl āy al-Qur’ān, vol. X Kairo: Mu‟assasah al-Risālah, 2000, h. 98.

b. Al-