Bahasa Legitimasi Bahasa kepemimpinan nabi Muhammad SAW

2. Hadis tentang Ucapan Nabi Saw. Sebagai Rasul

ِيَلا ِنَع ،َةَرِْيَرُ َِِأ ْنَع ﷺ َلاَق ، : « ،َنَمآ ْوَأ ،َنِموُأ ُُلِْثِم اَم ِتاَيآا َنِم َيِطْعُأ َاِإ ٌِيَن ِءاَيِبْنَأا َنِم اَم ِةَماَيِقلا َمْوَِي اًعِباَت ْمُُرَِثْكَأ اَأ وُجْرَأَف ،ََ ِإ ها ُاَحْوَأ اًيْحَو ُتيِتوُأ يِذَلا َناَك اََمِإَو ،ُرَشَبلا ِْيَلَع » . اور يراخبلا . 23 Artinya: “Dari Abū Hurayrah dari Nabi Saw. bersabda: “Tidak ada seorang nabi pun di antara para nabi, melainkan diberikan tanda-tanda seperti merasa aman atau manusia beriman atasnya. Adapun yang diberikan kepadaku hanyalah berupa wahyu yang Allah wahyukan kepadaku, maka aku berharap menjadi manusia yang paling banyak pengikutnya di hari kiamat.” HR. al-Bukhārī. Hadis ini merupakan sebuah legitimasi mukjizat Nabi Saw. yang paling agung yakni al- Qur‟an. Hadis ini menjelaskan bahwa al-Qur‟an merupakan mukjizat paling agung, paling bermanfaat, dan paling abadi. Ia mengandung dakwah, dalil, serta manfaat berkesinambungan hingga akhir masa. Oleh karena tidak ada yang mendekatinya apalagi menyamainya, maka mukjizat lainnya dibanding dengannya seperti tidak pernah ada. 24

3. Hadis tentang Beriman kepada Nabi Saw

ي لا َنَأ ،َرَمُع ِنْبا ِنَع ﷺ َلاَق : « اًدَمَُُ َنَأَو ،ها َاِإ ََلِإ َا ْنَأ اوُدَهْشَي َََح َساَلا َلِتاَقُأ ْنَأ ُتْرِمُأ قَِِ َاِإ ْمََُاَوْمَأَو ْمَُءاَمِد ِم اوُمَصَع َكِلَذ اوُلَعَِف اَذِإَف ،َةاَكَزلا اوُتْؤُِيَو ،َةَاَصلا اوُميِقُيَو ،ها ُلوُسَر ها ىَلَع ْمُهُِباَسِحَو ،ِمَاْسِإا » . يراخبلا اور . 25 Artinya: 23 Al- Bukhārī, aḥīḥ al-Bukhārī, vol. IX, h. 92. 24 Ibn Ba āl, Syarḥ aḥīḥ al-Bukhārī, vol. X, h. 329. 25 Al- Bukhārī, aḥīḥ al-Bukhārī, vol. I, h. 14. “Dari Ibn ʻUmar ra., bahwa Nabi Saw. bersabda: “Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi tidak ada ilah kecuali Allah dan bahwa sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan salat, menunaikan zakat. Jika mereka lakukan yang demikian maka mereka telah memelihara darah dan harta mereka dariku kecuali dengan hak Islam dan perhitungan mereka pada Allah.” HR. al- Bukhārī. Inti dari hadis ini yakni ingin menunjukkan sebuah perintah untuk beriman kepada Allah dan Nabi-Nya dengan menjalankan apa yang diperintahkan dan meninggalkan apa yang dilarang. Penekanan bahasa legitimasi terletak pada kalimat umirtu an uqātila al-nās aku diperintahkan untuk memerangi manusia. Hadis ini juga terdapat bahasa penghargaan yang terletak pada kalimat fa- idzā fa-ʻalū dzālik ʻaṣamū minnī dimā’ahum Jika mereka lakukan yang demikian maka mereka telah memelihara darah mereka dariku. Secara ẓahir hadis tersebut mengandung pernyataan bahwa orang yang mengucapkan syahadat, mengerjakan shalat dan mengeluarkan zakat, akan dijamin jiwanya walaupun mengingkari hukum-hukum yang lain. Karena kesaksian terhadap suatu risalah berarti meyakini semua yang berasal darinya. Ada beberapa pernyataan dalam hadis ini. 26 Pertama, hadis ini bersifat umum yang dikhususkan. Karena suatu perintah dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan, sehingga apabila ada hukum lain yang tidak sama dengan hukum yang bersifat umum dengan alasan tertentu, maka hal itu tidak akan mengurangi atau mengubah nilai hukum yang bersifat umum tersebut. 26 Al- „Aynī,‘Umdat al-Qārī Sharaḥ Saḥīḥ al-Bukhārī, vol. I, h. 179. Kedua, konteks hadis itu bersifat umum yang mempunyai maksud tertentu. Seperti maksud kata “al-Nās manusia” dalam kalimat “Uqātilā al-Nās” adalah kaum musyrikin, sehingga ahl al- kitāb tidak termasuk di dalamnya. Ketiga, maksud dari syahadah dan lainnya yang disebutkan dalam hadis tersebut adalah menegakkan kalimat Allah dan menundukkan para pembangkang. Tujuan ini terkadang dapat dicapai dengan berperang, membayar jizyah atau dengan mu’ahadah. Keempat, tuntutan dari perang tersebut adalah agar mereka mengakui ajaran tauhid atau membayar jizyah sebagai pengganti. Kelima, tujuan diwajibkannya jizyah adalah mendesak mereka untuk memeluk Islam.

D. Bahasa Ahli

Saya akan menampilkan tiga hadis dari gaya bahasa ahli Nabi Saw. yang dalam kitab a ḥīḥ al-Bukhārī terdapat 6 hadis. 27 Hadis yang dianggap bisa mewakili penjelasan hadis-hadis lainnya sebagaimana berikut:

1. Hadis tentang Pengobatan

َلاَق ،ها ِدْبَع ِنْب ِرِباَج ْنَع : َِيَلا ُتْعَِم ﷺ ُلوُقَِي : « ِةَبْرَش يِفَف ،ٌرِْيَخ ْمُكِتَيِوْدَأ ْنِم ٍءْيَش ِِ َناَك ْنِإ َيِوَتْكَأ ْنَأ ُبِحُأ اَمَو ،ٍراَن ْنِم ٍةَعْذَل ْوَأ ،ٍمَجُِْ ِةَطْرَش ْوَأ ،ٍلَسَع » . يراخبلا اور . 28 Artinya: “Dari Jābir ibn ‘Abdullah dia berkata: saya mendengar Nabi Saw. bersabda: “Sekiranya ada sesuatu yang lebih baik untuk kalian pergunakan sebagai obat, maka itu terdapat pada minuman madu, berbekam dan sengatan api panas dan saya tidak 27 Lampiran 4, h. 85. 28 Al- Bukhārī, aḥīḥ al-Bukhārī, vol. VII, h. 125. menyukai kay terapi dengan menempelkan besi panas pada daerah yang luka .” HR. al- Bukhārī. Dari hadis ini bisa di ambil kesimpulan bahwa Nabi Saw. mampu memberikan cara terbaik dalam memberi pengobatan, karena beliau mempunyai keistimewaan serta pengetahuan yang sangat luas. Ibn Ba āl mengatakan bahwa berbekam, minum madu dan terapi besi panas merupakan obat dari sebagian obat yang bisa menyembuhkan. Cara-cara ini bisa dijadikan untuk pengobatan tertentu. Namun Nabi Saw. tidak suka menggunakan cara pengobatan dengan cara terapi besi panas kay. 29

2. Hadis tentang Meninggalkan Perbuatan Keji

لاق ع ها يضر ةرير ِأ نع : ي لا لاق ﷺ : « َاَإ َلِظ َا َمْوَِي ِ لِظ ِِ ِةَماَيِقلا َموَي ُها ُمُهُلِظُي ٌةَعِْبَس ُُلِظ : ِِْ ٌقَلَعُم ُُبْلَِق ٌلُجَرَو ُاَِْيَع ْتَضاَفَِف ٍءَاَخ ِِ َها َرَكَذ ٌلُجَرَو ِها ِةَداَبِع ِِْ َأَشَن ٌباَشَو ٌلِداَع ٌماَمِا َلاَق اَهِسْفَِن ِإ ٍلاََمَو ٍبِصَْم ُتاَذ ٌةَأَرْما ُْتَعَد ٌلُجَرَو ِها ِِْ اَباََ ِنَاُجَرَو ِدِجْسَما : َبَر َها ُفاَخَأ اِإ ُُِْيََِ ُقِفُِْت اَم ُُلاَِم َمَلْعَِت َا َََح اَاَفْخَأَف ٍةَقَدَصِب َقَدَصَت ٌلُجَرَو َْ ِمَلاَعلا » . يراخبلا اور . 30 Artinya: “Dari Abū Hurayrah r.a berkata: Nabi Saw. bersabda: Ada tujuh golongan yang Allah lindungi pada hari kiamat, di hari ketika tiada perlindungan selain perlindungan-Nya yaitu: imam yang adil, pemuda yang tumbuh dalam beribadah kepada Allah, seseorang yang senantiasa mengingat Allah saat sendiri sehingga matanya berlinang, seseorang yang hatinya selalu terkait dengan masjid beri’tikaf, dua orang yang saling mencintai karena Allah, seseorang yang diajak berkencan oleh wanita bangsawan dan rupawan namun ia menjawab: Saya takut kepada Allah, serta seseorang yang bersedekah secara sembunyi-sembunyi, sehingga tangan kirinya tidak tahu-menahu terhadap amalan tangan kanannya. HR. al- Bukhārī. 29 Ibn Ba āl, Syarḥ aḥīḥ al-Bukhārī, vol. IX, h. 395. 30 Al- Bukhārī, aḥīḥ al-Bukhārī, vol. I, h. 133. Dari sini bisa kita lihat bahwa Nabi Saw. mempunyai pengetahuan khusus tentang cara agar selalu dilindungi Allah Swt. Pengetahuan yang Nabi Saw. miliki ini merupakan keahlian khusus sehingga mampu membuat para pengikutnya percaya dan taat kepada Nabi Saw. Nabi Saw. menyebutkan dalam hadis ini tentang apa yang dijanjikan Allah Swt bagi tujuh orang beriman yang bersih aqidahnya, yang bersih jiwanya, mendekati Allah dalam keadaan rahasia dan terang-terangan, yang hatinya selalu mengingat Allah. Maka mereka di hari kiamat mendapatkan perlindungan di sisi Allah Swt. 31

3. Hadis tentang Keputusan Hakim

لاق ع ها يضر ةركب ِأ نع : ي لا لاق ﷺ : « ُناَبْضَغ َوَُو ِْ َِِْثا َْ َِب ٌمَكَح ََ ِضْقَِي َا » . اور يراخبلا . 32 Artinya: “Dari Abū Bakrah r.a berkata: Nabi Saw bersabda: Janganlah seorang hakim menetapkan keputusan antara d ua orang saat dia dalam keadaan marah.” HR. al- Bukhārī. Dari hadis ini bisa kita lihat bagaimana cara Nabi Saw. dalam memutuskan suatu perkara ketika sebagai seorang hakim. Hadis ini terdapat larangan bagi seorang hakim memutuskan suatu keputusan antara dua orang yang sedang bertengkar dalam keadaan marah. Kata ḥakam artinya hakim dan terkadang digunakan untuk pengayoman urusan yang disandarkan kepadanya. Al- Muhallab berkata, “sebab larangan ini adalah 31 „Alī al-Syādzilī al-Khawlī, al-Adab al-Nabawī, vol. I, h. 225. 32 al- Bukhārī, aḥīḥ al-Bukhārī, vol. IX, h.65.