Hadis Tematik Tentang Olahraga

21

BAB III HADIS TENTANG OLAHRAGA

A. Hadis Tematik Tentang Olahraga

Olahraga banyak macamnya mulai dari jalan kaki, lari, berenang, memanah, berkuda, gulat dan lain-lain. Olahraga sangatlah penting apalagi kalau dilihat dari unsur tujuan dan manfaatnya, dari segi pendidikan anak usia dini atau balita olahraga memberikan efek positif terhadap anak, seperti penyembuhan terhadap penyakit dan lain-lain. Hal ini menunjukkan bahwa pentingnya olahraga dalam mewujudkan generasi yang kuat jasmaninya. Sebagaimana Allah menjelaskan dalam al-Qurân surat Al-Anfaal 860 :       Artinya : “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi…….”QS. Al-Anfaal : 60 1 Artinya : Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah dan Ibnu Numair mereka berdua berkata; telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Idris dari Rabiah bin Utsman dari Muhammad bin Yahya bin Habban dari Al Araj dari Abu Hurairah dia berkata; Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: Orang mukmin kuat lebih disukai oleh Allah Swt dari pada mukmin yang lemah. Namun begitu, kedua- duanya sama-sama mempunyai kelebihan. Jagalah agar kamu dalam 1 Departemen Agama RI, Al-Qurân dan Terjemahnya, Bandung: Al-Jumanatul Ali - ART, 2007. keadaan situasi yang bermanfaat bagi dirimu dan mohonlah selalu pertolongan kepada Allah Ta’ala, dan jangan bosan. Jika engkau mendapat cobaan, jangan berk ata: “seandainya tadi aku perbuat begini dan begitu tentu tidak akan begini jadinya.” Tetapi ucapkanlah : “Allah Maha Kuasa berbuat sekehendak- Nya.” Karena kata-kata “law” seandainya member peluang bagi syaetan.” HR. Muslim. Banyak sekali hadis yang penulis temukan di dalam kitab al-Kutub al- Tis’ah dan kitab-kitab lain, mengenai kata . dan . Penulis meneliti dari kata terdapat 4 hadis, sedangkan kata terdapat 13 hadis dan dari kata yaitu ada 7 hadis. Adapun hadis-hadisnya tercantum dalam tabel di bawah ini: NO HADIS TEMA HADIS KITAB 1 Berenang Sunan Nasa‟I, Juz 5, hal. 302. 2 Berenang Musnad Ahmad bin Hanbal, Juz 1, hal. 78. 2 Ma‟mur Daud, Terjemah Hadis Shahih Muslim. Malaysia : KLANG BOOK CENTRE,1995. cet ke-II. jilid IV, No.2287. hal. 244. 3 Berenang Musnad Ahmad bin Hanbal, Juz 3, hal. 407. 4 Berenang Musnad Ahmad bin Hanbal, Juz 5, hal. 250. 5 Memanah Sunan abu Daud, Juz 2, hal. 320. 6 Memanah Musnad Ahmad bin Hanbal, Juz 4, hal. 144. 7 Memanah Sunan at-Tirmidzi, Juz 5, hal. 270. 8 Memanah Sunan ad-Darimi, Juz 2, hal. 269. 9 Memanah Musnad Ahmad bin Hanbal, Juz 4, hal. 156. 10 Memanah Sunan Nasa‟I, Juz 3, hal. 39. 11 Memanah Sunan Nasa‟I, Juz 2, hal. 446. 12 Memanah Sahih Bukhari, Juz 3, hal. 1063. 13 Memanah Sahih Muslim, Juz 6, hal. 52. 14 Memanah Sahih Muslim, Juz 6, hal. 52. 15 Memanah Musnad Ahmad bin Hanbal, Juz 2, hal. 202. 16 Memanah Musnad Ahmad bin Hanbal, Juz 3, hal. 265. 17 Memanah Musnad Ahmad bin Hanbal, Juz 3, hal. 343. 18 : . Berkuda Sunan ibnu Majah, Juz 2, hal. 940. 19 Berkuda Sunan Abu Daud, Juz 2, hal. 320. 20 Berkuda Sunan Abu Daud, Juz 4, hal. 114. 21 Berkuda Sunan Ibnu Majah, Juz 2, hal. 940. 22 Berkuda Sunan Tirmidzi, Juz 4, hal. 174. 23 Berkuda Sunan ad-Darimi, Juz 2, hal. 269. 24 Berkuda Musnad Ahmad bin Hanbal, Juz 4, hal. 148. Maka dari itu, timbulah sebuah keharusan untuk menjaga kesehatan melalui olahraga, sebagaimana hadis berikut : 1. Anjuran untuk Berolahraga : Artinya: Memanahlah dan kenderailah olehmu kuda. Namun, memanah lebih saya sukaidaripada berkuda. Sesungguhnya setiap hal yang menjadi permainan seseorang adalah batil kecuali yang memanah dengan busurnya, mendidikmelatih kudanya dan bersenang-senang dengan istrinya.HR.Ibnu Majah. 3 . Ar tinya : “ Telah mengabarkan kepada kami Abu Bakar Ahmad bin Husain al- Qadli telah mengabarkan kepaada kami Abu Ja’far Muhammad bin Ali’ bin Dahim as-Syaibani saya Ahmad bin Ubaid bin Ishak bin Mubarrak al-Athar, mengabarkan kepada kami Ayahku, meriwayatkan kepada kami Qais dari Lais dari Mujahid dari Ibn Umar berkata: bersabda Rasulullah Saw: ajarilah anak-anak kalian berenang, memanah, menenun bagi anak perempuan.” HR Imam al-Baihaqi. 4 Secara umum, isi kandungan maksud dan makna hadis di atas adalah bentuk dari kontinuitas tradisi bangsa Arab Arab pra-Islam yang dinilai tidak bertentangan dengan agama bahkan menjadi alat pemicu alat dakwah. 3 Al-Hafizh Abi Abdillah Muhammad ibn Yazid Al-Qazwiniy Al-Qazwiniy, Sunan Ibnu Mājah, Beirut : Dar al-Ihya al-Kutub al-„Arabiyah, juz. II, h. 940. 4 Abu Bakar bin Husain al-Baihaqi, Syu’bal Iman al-Baihaqi, Bab fi Huquqi wal Auladina wa Ahlina wa Hiya Qiyam, Beirut: Dar al-Kutub Ilmiyah, 1989, juz VI, Cet. I, hadis 8664, h. 401. Olahraga yang bersifat ketangkasan telah menjadi tradisi bangsa Arab adapun jenis olahraga pada waktu itu didominasi dengan kegiatan memanah, berkuda, dan bermain pedang. Pada waktu itu orang-orang tangguh diperlukan dalam berperang melawan musuhnya, maka harus memiliki keahlian dan ketangakasan serta fisik yang kuat, olahraga yang bisa dicapai yaitu dengan berkuda dan bermain pedang, demikian juga dengan memanah. Barang siapa yang pandai bermain kuda, bermain pedang, ataupun memanah maka ia dapat direkrut menjadi pasukan perang. 5 Sedangkan maksud Nabi saw menyerukan untuk belajar berenang, untuk apa? padahal pada waktu itu secara geografis, negara Arab pada saat itu merupakan dataran yang tandus, kering dan tidak ada sungai yang mengalir. Dari maksud hadis tersebut dapat dipahami bahwa Nabi sungguh luar biasa, yang bertujuan sebagai antsipasi terhadap bentuk pendidikan di masa depan, bahwa maksud anjuran Nabi saw itu pasti relevan dan sesuai dengan konteks kehidupan zaman. 6 Adapun ayat al-Qurân yang menjadi landasannya, sebagai dasar memperkuat peryataan hadis diatas.            . Artinya: “Sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja pada kita ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya”. Qs.al- Qashas: 26. 7 5 Khamdan, dkk. Studi Hadis: Teori dan Metodologi kritik terhadap hadis-hadis pendidikan, Yogyakarta: Idea Press, 2012. hal.241 6 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2006, hal.13 7 Departemen Agama RI, Al-Qurân dan Terjemahnya, Bandung: Al-Jumanatul Ali - ART, 2007.                                   . Artinya: “dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang yang dengan persiapan itu kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya ”...QS. al-Anfaal: 60. 8 Dari beberapa matan hadis di atas, memiliki “ Nilai Pendidikan”, dimana para ahli dalam bidang pendidikan islam telah membagi dalam tiga term, dari ketiga term tersebut memiliki kesamaan makna, namun secara esensial memiliki perbedaan baik secara tekstual maupun secara kontekstual. Yaitu: al-Tarbiyah, al- Ta’lim, dan al-ta’dib. 9 Adapun nilai-nilai yang terkandung dari matan hadis di atas: 1. Tanggung jawab pendidikan fisik Beberapa tanggung jawab yang dianjurkan oleh Islam di pundak para pendidik diantaranya tanggung jawab pendidikan fisik, agar anak-anak mampu tumbuh dewasa dengan kondisi fisik yang kuat, sehat, semangat dan selamat, sehingga siap untuk menjalani tugasnya sebagai khalifah di bumi. 2. Kewajiban memberi nafkah kepada keluarga dan anak Kewajiban orang tua salah satunya adalah memberi nafkah kepada keluarga dan anak-anak, baik dari segi makanan, pakaian, tempat 8 Departemen Agama RI, Al-Qurân dan Terjemahnya, Bandung: Al-Jumanatul Ali - ART, 2007. 9 Khamdan, dkk. Studi Hadis: Teori dan Metodologi kritik terhadap hadis-hadis pendidikan, Yogyakarta: Idea Press, 2012. hal. 243. tinggal dan memberikan pendidikan yang cukup sebagai bekal di masa depan, maupun memberikan life skill keterampilan . Karena semua itu akan berpengaruh pada pola pendidikan jasmani. 3. Membiasakan untuk berolahraga Melaksanakan perintah Allah, maka Islam menyerukan agar mempelajari renang dan memanah, sesuai hadis diatas dan Qs. Al- Anfal:60. 4. Adanya kekuatan mental dan jasmani Olahraga merupakan sikap, perilaku, akhlak, aqidah, logika pendidkan dan inisiatif, di dalamnya tidak semata-mata menggerakan otot saja. Melainkan ada kekuatan mental yang berkembang dan masih banyak lagi, selain untuk kesehatan jasmani itu sendiri. 10 Olahraga Renang, sebuah olahraga yang dilaksankan untuk melatih pernafasan dan melatih kekuatan-kekuatan baik tangan maupun kaki, yang akan menjadikan badan sehat dan bugar. Selain itu dari segi pendidikan, berenang memberi gambaran bahwa seseorang harus bergerak dalam mengarungi kehidupan ini, tanpa bergerak seseorang akan mati dan tidak akan mendapatkan sesuatu apapaun bekal di dunia dan akhirat. Olahraga Memanah, adalah suatu usaha untuk menghasilkan suatu sasaran yang memerlukan kosentrasi penuh dan berkesinambungan, Memanah adalah simbol dari fokus atau kosentrasi dan istiqomah. Maksudnya, bahwa dalam hidup ini harus mempunyai tujuan dan sasaran yang jelas, upaya untuk mencapainya 10 Arif Rohman Hakim, S.Ag, Studi Hadis: Teori dan Metodologi, Yogyakarta: Idea Press. hal. 245 haruslah dilakukan dengan ikhtiar sungguh-sungguh, ikhlas dan fokus istiqomah, fokus disini pada proses bukan pada hasil akhir. Keterampilan Menenun, merupakan salah satu kegiatan kerajian kesenian, yang membutuhkan kosentrasi, ketelitian dan kesabaran untuk mendapatkan hasil yang baik. Begitu juga dalam hidup ini, bila ingin mendapatkan hasil yang maksimal kita harus disiplin dalam segala hal dan sabar. Pendidikan olahraga pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Dengan adanya hadis ini, sekarang banyak cabang olahraga dan tidak hanya diperuntukan laki-laki tetapi perempuan juga. 2. Belajar Olahraga Termasuk Hak Anak atas Orang Tuanya . Artinya : Telah meriwayatkan kepada kami Abu al-Qasyim Abdur-Rahman bin Muhammad al-Siraj, saya Abu Hasan Ahmad bin Muhammad bin Abdus al-Tharaifi, telah meriwayatkan kepada kami Zaid bin Abdu Rabbah, telah meriwayatkan kepada kami Baqiyah dari Isa bin Ibrahim, dari al- Zuhri dari Abi Sulaiman, Maula Abu Rafi’ dari Abu Rafi’ berkata: bertanya kepada Rasulullah: wahai Rasulullah apaah seorang anak mempunyai hak atas mereka? Rasulullah menjawab: iya. Hak anak-anak atas orang tuanya, diajarkan menulis, berenang, memanah, dan diberi sesuatu yang baik- baik.”HR. Imam al-Baihaqi. 11 11 Abu Bakar bin Husain al-Baihaqi, Syu’bal Iman al-Baihaqi, Bab fi Huquqi wal Auladina wa Ahlina wa Hiya Qiyam, Beirut: Dar al-Kutub Ilmiyah, 1989, juz VI, Cet. I, hadis 8665, h. 401. Hadis di atas menjelaskan berenang dan memanah termasuk hak anak atas orang tuanya. Definisi Hak al-walad ala al-wâlid adalah sesuatu yang harus diberikan orang tua terhadap anaknya. Menurut hemat penulis, secara tekstual ada tiga aspek yang dapat diambil dari hadis Nabi mengenai kewajiban orang tua dalam mendidik anak yaitu al-kitabah menulis, al-Sibâhah berenang dan al- Rimâyah memanah. Tetapi yang akan penulis bahas disini adalah al-Sibâhah berenang dan al-Rimâyah memanah. Makna kata as-Sibâhah sama dengan kata as-Sibhu yaitu berenang. 12 Menurut penulis, ada dua hal yang bisa dipahami dari kata as-sibâhah. Pertama, penjelajahan lautan. Bahwa hidup bukan hanya di darat semata, itu adalah hal yang pasti. Karena itu, pemahaman tentang kelautan sekaligus kaitannya dengan ilmu pengetahuan tidaklah sedikit. Bahari sebagai dunia unsur bumi lain dari daratan ini memiliki banyak fungsi yang harus dikuak lewat pendidikan. Lahirnya ilmu kelautan bisa dijadikan contoh tentang pentingnya laut. Dengan kata lain, pendidikan bukan hanya berlangsung di satu tempat daratan saja melainkan harus mampu menyebrangi samudra yang luas. Inilah mengapa dalam hadis lain Nabi menganjurkan agar mencari ilmu ke negri China. 13 Suatu Negara yang dipisah oleh jarak laut yang sangat luas. Karena itu, memaknai berenang bukan hanya mengajar terapung di air tapi bagaimana seorang anak mempunyai keinginan untuk menyebrangi lautan sehingga menemukan kekuasaan Allah yang tak terhingga ini. 12 Achmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwîr versi Indonesia-arab, Surabaya : Pustaka Progressif, 2007, cet I, hal. 603. 13 Hadis mengenai Tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri cina, menganjurkan untuk menuntut ilmu, dimanapun ilmu itu berada, sekalipun harus menyeberangi lautan. Para ulama mengatakan hadis ini tidak shohih. sebagai contoh, perjalanan Nabi Musa „Alaihissalam untuk menemui Nabi Khidhir „Alaihissalam dalam rangka menuntut ilmu yang disebutkan oleh Allah dalam Surat al-Kahfi. Departemen Agama RI, Al-Qurân dan Terjemahnya. Bandung : Al- Jumanatul Ali -ART, 2007. hal.300. Kedua, kemampuan mengambil hikmah. Dalam banyak literatur tasawuf disebutkan syariat adalah perahu. Maka menyelam menemukan hakekat marifat merupakan kelanjutan jalan menuju Allah thariqah dan bahkan hakikat. Jalan- jalan ini bisa ditemukan dengan kecerdasan mencari hikmah di balik dunia ini. Kontemplasi atau uzlah dari kehidupan duniawi untuk mencari kesempurnaan hidup akhirati kemudian menjadi sangat penting. Dalam hadis yang lain dijelaskan tentang keutamaan menuntut ilmu yaitu hadis yang telah diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Hurairah bahwa Nabi telah bersabda : . Artinya: Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya At Tamimi dan Abu Bakr bin Abu Syaibah dan Muhammad bin Al Ala Al Hamdani - dan lafadh ini milik Yahya- dia berkata; telah mengabarkan kepada kami, dan berkata yang lainnya, telah menceritakan kepada kami Abu Muawiyah dari Al Amasy dari Abu Shalih dari Abu Hurairah dia berkata; Rasulullah shallallahu alaihi wasallam telah bersabda: “Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan jalan ke surga baginya ”. HR. Muslim. 14 Hemat penulis, makna Surga disini dapat diartikan dengan bermacam- macam makna, yaitu dapat diartikan sebagai kebahagiaan, ketenangan al- sakinah, ketentraman dan rahmah baik didunia maupun diakhirat nanti. Dengan berlandas tumpu pada pemahaman ini, maka anak didik harus diarahkan pada pertanggung jawabannya kelak di akhirat. Sehingga ilmu yang didapat bukan 14 Imam abi Husain Muslim ibnu al-Hajjaj al-Qusyairi an-Nisaburi, Muhtashor Shahih Muslim Bairut : al-Maktabatul Islami, 1987, hlm. 498. menggantung di atas teori-teori tapi juga mendarat dalam dunia praktek prilaku sehari-hari. Kata Ar-Rimâyah merupakan bentuk masdar dari kata ramay yang artinya melemparkan memanah. 15 Sedangkan antara Berenang dan memanah merupakan suatu tempat yang berlawanan. Berenang merupakan suatu tempat yang identik dengan lautan, sedangkan memanah merupakan tempat yang berada di daratan. Namun dua tempat tersebut tidak bisa dipisahkan mengingat unsur tempat yang kita diami ini mengandung unsur daratan dan lautan. Disamping perintah Nabi Muhammad saw untuk memberikan pelajaran tentang berenang, dalam hadis itu juga dianjurkan untuk memberikan keterampilan memanah al rimâyah. Secara substantif kata ini juga tidak bisa hanya berhenti pada memanah an sich tapi bisa meluas pada ranah cita-cita masa depan ataupun ketrampilan. Untuk menumbuhkan minat belajar, anak harus diberikan gambaran tentang kehidupan masa depan. Diakui atau tidak, cita-cita akan memotivasi anak untuk terus mengejar apa yang akan dicapai. Tujuan hidup yang layak baik di dunia maupun di akhirat harus mampu dibidik oleh anak sejak dini. Sehingga arah dan orientasi hidupnya mulai terbayang. Pendidikan semacam ini begitu sangat penting mengingat sampai saat ini pendidikan hanya berupa pengulangan bahasa dan kata bukan menumbuhkan ide. Berani untuk bercita-cita merupakan petunjuk awal bagi cerahnya masa depan anak. Hal inilah yang perlu dikembang suburkan dalam diri anak. Maka membiarkan anak hanyut dalam retorika dan transfer ide merupakan penindasan 15 Achmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwîr versi Indonesia-arab, Surabaya : Pustaka Progressif, 2007, cet I, hal. 536. terselubung atas nama pendidikan. Sebaliknya, membiarkan anak didik melesat bagai anak panah menuju masa depan yang dicita-citakannya harus terus dikembangkan. Atau dengan kata lain, tidak boleh ada pembelengguan potensi dari orang tua lebih-lebih dari guru terhadap anak. Karena dalam hadis lain Nabi bersabda bahwa anak diciptakan pada suatu zaman yang sangat mungkin berbeda jauh dengan zaman yang ditemui oleh orang tuanya. 16 Ia akan terus berjalan seiring dengan berputarnya waktu dan perjalanan zaman melewati berbagai tikungan dan rintangan yang berbeda pula. Al-Qurân al-Karim, dalam mengarahkan pendidikannya kepada manusia dengan memandang, menghadapi dan memperlakukan makhluk tersebut sejalan dengan unsur penciptaannya : jasmani, akal dan jiwa. Atau, dengan kata lain, mengarahkannya menjadi manusia seutuhnya serta untuk mencapai rasa aman, ada sekian banyak sikap yang dituntut oleh agama dari pemeluknya. 17 Menurut Prof. Mubyarto, seperti yang dikutip oleh Quraish shihab ada lima hal pokok untuk mencapai hal tersebut : 1. Kebutuhan dasar setiap masyarakat harus terpenuhi, 2. Manusia terjamin dalam mencari nafkah, 3. Manusia bebas untuk memilih bagaimana untuk mewujudkan hidupnya sesuai dengan cita-citanya. 4. Ada kemungkinan untuk mengembangkan bakat-bakat dan kemampuannya. 16 Adnan Hasan Shalih Baharits, Mendidik Anak Laki-laki, Jakarta : Gema Insani, 2007, hlm. 232. 17 M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qurân : Fungsi dan Peran Wahyu Dalam Kehidupan Masyarakat, Bandung : Mizan. 1994 hal. 175. 5. Partisipasi dalam kehidupan sosial politik, sehinga seseorang tidak semata-mata menjadi obyek penetu orang lain. 18 Untuk itu orang tua harus tahu apa saja yang harus diajarkan kepada anak- anaknya serta bagaimana metode yang telah dituntunkan oleh junjungan umat ini. Seorang pendidik, baik orang tua maupun guru hendaknya mengetahui betapa besarnya tanggung-jawab mereka di hadapan Allah terhadap pendidikan putra- putrinya. Semakin baik interaksi manusia dengan manusia, dan interaksi manusia dengan Tuhan, serta interaksinya dengan alam, pasti semakin banyak yang dapat dimanfaatkan dari alam raya ini. 19 3. Olahraga Bukan Merupakan Perbuatan Yang Sia-sia . Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Said bin Manshur, telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Wahb, telah mengabarkan kepadaku Amr bin Al Harits dari Abu Ali Tsumamah bin Syufi Al Hamdani, bahwa ia mendengar Uqbah ibn Amir berkata: Saya mendengar Rasulullah SAW. bersabda ketika beliau sedang berada di atas mimbar: Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi. Ketahuilah bahwa sesungguhnya kekuatan itu adalah memanah Ketahuilah bahwa sesungguhnya kekuatan itu adalah memanah Ketahuilah bahwa sesungguhnya kekuatan itu adalah memanah” HR. Abu Daud. 20 18 M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qurân : Fungsi dan Peran Wahyu Dalam Kehidupan Masyarakat, Bandung : Mizan. 1994 hal. 162. 19 M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qurân : Fungsi dan Peran Wahyu Dalam Kehidupan Masyarakat, Bandung : Mizan. 1994 hal. 161. 20 Abu Daud Sulaiman Ibn al- Asy‟ats al-Sajatsani al-Ardi, Sunan Abu Daud, Kairo: Dar al-Hadits,1988. Juz . hal. . Artinya : Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah; telah menceritakan kepada kami Yazid bin Harun; telah memberitakan kepada kami Hisyam bin Ad Dastuwa`i dari Yahya bin Abu Katsir dari Abu Sallam dari Abdullah bin Azraq dari Uqbah bin Amir Al Juhani dari Nabi shallallahu alaihi wasallam, beliau bersabda: Sesungguhnya Allah akan memasukkan tiga orang ke dalam surga dengan satu anak panah; pertama; pembuatnya, yang mana ia membuatnya dengan berharap kebaikan, kedua; yang membidikkannya, dan ketiga; yang membentangkannya. Dan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:,memanahlah dan kenderailah olehmu kuda. Namun, memanah lebih saya sukaidaripada berkuda. Sesungguhnya setiap hal yang menjadi permainan seseorang adalah batil kecuali yang memanah dengan busurnya, mendidikmelatih kudanya dan bersenang-senang dengan istrinya, sungguh semuanya adalah hak. HR. Ibnu Majah. Dalam hadis lain yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari „Uqbah bin „Amir al-Juhani, Rasulullah saw bersabda : 21 Al-Hafizh Abi Abdillah Muhammad ibn Yazid Al-Qazwiniy Al-Qazwiniy, Sunan Ibnu Mājah, Beirut : Dar al-Ihya al-Kutub al-„Arabiyah, juz. II, h. 940. . Artinya : “Telah meriwayatkan kepada kami Musa bin Harun, meriwayatkan kepada kami Ishaq bin Rahawiyah, di dalam sanad yang lain telah menceritakan kepada Ja’far bin Muhammad al-Faryabi, dan telah menceritakan kepada kami Abu al-Asbaghi Abdul Aziz bin Yahya al- Harani, keduanya berkata telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Salamah bin Abdul Rahim, dan dari Abdul Wahab bin Bakhat, dari Atha’ bin Abu Rabah berkata: saya melihat Jabir bin Abdullah dan Jabir bin Umair al-Anshari latihan memanah, lalu salah seorang diantara mereka merasa jenuh lalu temannya berkata engkau itu malas: Aku pernah mendengar Rasulullah bersabda: setiap sesuatu yang bukan merupakan dzikir kepada Allah adalah permainan dan kelalaian,kecuali empat perkara yaitu: “seorang laki-laki berjalan diantara dua sasaran untuk memanah, seseorang yang melatih kudanya, belaian seorang suami terhadap istrinya, mengajarbelajar berenang.”HR. Imam at- Thabrani. 22 Hadis di atas menjelaskan bahwa berenang, memanah dan berkuda bukan perbuatan yang sia-sia, menurut ahli fiqih yang namanya belajar apapun bentuknya tidak akan sia-sia sampai mempelajari ilmu-ilmu yang lain sekalipun. Hal yang sia-sia adalah menyia-nyiakan waktu luang sebagaimana sabda Nabi : Artinya : “Akan datang waktu yang lima sebelum yang lima : waktu hidupmu sebelum waktu matimu, waktu luangmu sebelum waktu sempitmu, waktu kayamu sebelum waktu miskinmu, waktu mudamu sebelum waktu tuamu, waktu sehatmu sebelum waktu sakitmu, ” Muttafaq „Alaih 23 22 Sulaiman bin Ahmad bin Ayub Abu al-Qasyim at-Thabrani, Al- Mu’jam al-Kabir fi Bab Jim, al-Maushul: Maktabah al-Ulum wal Hikam, 1983, Juz II, h. 193. 23 Muhyiddin Abi Zakaria Yahya, Riyadu al-Shalihin, 1997, cet. ke III, jilid III, hal. 423. Menyia-nyiakan waktu dengan unsur melalaikan hak dan kewajiban kepada sang khaliq menurut Ahli fiqih hal tersebut yang dilarang, bahkan diharamkan keberadaannya. Akan tetapi hal lain yang dapat berguna baik untuk manusia itu sendiri juga orang lain, contohnya olahraga menurut ahli fiqih sangatlah dianjurkan bahkan diwajibkan keberadaannya. 24 Olahraga sangatlah berguna bagi kesehatan diri sendiri, juga orang lain. Dalam hal ini, menolong sesama manusia dalam unsur sosial kemasyarakatan yang di junjungnya dalam keadaan terdesak seperti bencana alam dan lain-lain.

B. Asbab al-Wurud al-Hadis