21
BAB III HADIS TENTANG OLAHRAGA
A. Hadis Tematik Tentang Olahraga
Olahraga  banyak  macamnya  mulai  dari  jalan  kaki,  lari,  berenang, memanah, berkuda, gulat dan lain-lain. Olahraga sangatlah penting apalagi kalau
dilihat dari unsur tujuan dan manfaatnya, dari segi pendidikan anak usia dini atau balita  olahraga  memberikan  efek  positif  terhadap  anak,  seperti  penyembuhan
terhadap penyakit dan lain-lain. Hal ini menunjukkan bahwa pentingnya olahraga dalam  mewujudkan  generasi  yang  kuat  jasmaninya.  Sebagaimana  Allah
menjelaskan dalam al-Qurân surat Al-Anfaal 860 :
 
 
 
Artinya  : “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja
yang kamu sanggupi…….”QS. Al-Anfaal : 60
1
Artinya : Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah dan Ibnu  Numair  mereka  berdua  berkata;  telah  menceritakan  kepada  kami
Abdullah  bin  Idris  dari Rabiah  bin  Utsman  dari  Muhammad  bin  Yahya bin  Habban  dari  Al  Araj  dari  Abu  Hurairah  dia  berkata;  Rasulullah
shallallahu  alaihi  wasallam  bersabda:  Orang  mukmin  kuat  lebih  disukai oleh  Allah  Swt  dari  pada  mukmin  yang  lemah.  Namun  begitu,  kedua-
duanya  sama-sama  mempunyai  kelebihan.  Jagalah  agar  kamu  dalam
1
Departemen  Agama  RI,  Al-Qurân  dan  Terjemahnya,  Bandung:  Al-Jumanatul  Ali  - ART, 2007.
keadaan  situasi  yang  bermanfaat  bagi  dirimu  dan  mohonlah  selalu pertolongan  kepada  Allah  Ta’ala,  dan  jangan  bosan.  Jika  engkau
mendapat cobaan, jangan berk ata: “seandainya tadi aku perbuat begini
dan begitu tentu tidak akan begini jadinya.” Tetapi ucapkanlah : “Allah Maha  Kuasa  berbuat  sekehendak-
Nya.”  Karena  kata-kata  “law” seandainya member peluang bagi syaetan.” HR. Muslim.
Banyak  sekali  hadis  yang  penulis  temukan  di  dalam  kitab  al-Kutub  al- Tis’ah dan kitab-kitab lain, mengenai kata
. dan
. Penulis meneliti
dari kata terdapat 4 hadis, sedangkan kata
terdapat 13 hadis  dan dari
kata yaitu  ada  7  hadis.  Adapun  hadis-hadisnya  tercantum  dalam  tabel  di
bawah ini: NO
HADIS TEMA HADIS
KITAB
1 Berenang
Sunan Nasa‟I, Juz 5, hal. 302.
2 Berenang
Musnad Ahmad bin Hanbal, Juz 1, hal.
78.
2
Ma‟mur  Daud,  Terjemah  Hadis  Shahih  Muslim.  Malaysia  :  KLANG  BOOK CENTRE,1995. cet ke-II. jilid IV, No.2287. hal. 244.
3 Berenang
Musnad Ahmad bin Hanbal, Juz 3, hal.
407.
4 Berenang
Musnad Ahmad bin Hanbal, Juz 5, hal.
250.
5 Memanah
Sunan abu Daud, Juz 2, hal. 320.
6 Memanah
Musnad Ahmad bin Hanbal, Juz 4, hal.
144.
7 Memanah
Sunan at-Tirmidzi, Juz 5, hal. 270.
8 Memanah
Sunan ad-Darimi, Juz 2, hal. 269.
9 Memanah
Musnad Ahmad bin Hanbal, Juz 4, hal.
156.
10 Memanah
Sunan Nasa‟I, Juz 3, hal. 39.
11 Memanah
Sunan Nasa‟I, Juz 2, hal. 446.
12 Memanah
Sahih Bukhari, Juz 3, hal. 1063.
13 Memanah
Sahih Muslim, Juz 6, hal. 52.
14 Memanah
Sahih Muslim, Juz 6, hal. 52.
15 Memanah
Musnad Ahmad bin Hanbal, Juz 2, hal.
202.
16 Memanah
Musnad Ahmad bin Hanbal, Juz 3, hal.
265.
17 Memanah
Musnad Ahmad bin Hanbal, Juz 3, hal.
343.
18
:
.
Berkuda Sunan ibnu Majah,
Juz 2, hal. 940.
19 Berkuda
Sunan Abu Daud, Juz 2, hal. 320.
20 Berkuda
Sunan Abu Daud, Juz 4, hal. 114.
21 Berkuda
Sunan Ibnu Majah, Juz 2, hal. 940.
22 Berkuda
Sunan Tirmidzi, Juz 4, hal. 174.
23 Berkuda
Sunan ad-Darimi, Juz 2, hal. 269.
24 Berkuda
Musnad Ahmad bin Hanbal, Juz 4, hal.
148.
Maka  dari  itu,  timbulah  sebuah  keharusan  untuk  menjaga  kesehatan melalui olahraga, sebagaimana hadis berikut :
1. Anjuran untuk Berolahraga
:
Artinya: Memanahlah  dan  kenderailah  olehmu  kuda.  Namun,  memanah
lebih saya sukaidaripada berkuda. Sesungguhnya setiap hal yang menjadi permainan  seseorang  adalah  batil  kecuali  yang  memanah  dengan
busurnya,  mendidikmelatih  kudanya  dan  bersenang-senang  dengan istrinya.HR.Ibnu Majah.
3
.
Ar tinya  :  “  Telah  mengabarkan  kepada  kami  Abu  Bakar  Ahmad  bin
Husain al- Qadli telah mengabarkan kepaada kami Abu Ja’far Muhammad
bin  Ali’  bin  Dahim  as-Syaibani  saya  Ahmad  bin  Ubaid  bin  Ishak  bin Mubarrak  al-Athar,  mengabarkan  kepada  kami  Ayahku,  meriwayatkan
kepada  kami  Qais  dari  Lais  dari  Mujahid  dari  Ibn  Umar  berkata: bersabda Rasulullah Saw: ajarilah anak-anak kalian berenang, memanah,
menenun bagi anak perempuan.” HR Imam al-Baihaqi.
4
Secara  umum,  isi  kandungan  maksud  dan  makna    hadis  di  atas  adalah
bentuk  dari  kontinuitas  tradisi  bangsa  Arab  Arab  pra-Islam  yang  dinilai  tidak bertentangan dengan agama bahkan menjadi alat pemicu alat dakwah.
3
Al-Hafizh  Abi  Abdillah  Muhammad  ibn  Yazid  Al-Qazwiniy  Al-Qazwiniy,  Sunan Ibnu Mājah, Beirut : Dar al-Ihya al-Kutub al-„Arabiyah, juz. II, h. 940.
4
Abu Bakar bin Husain al-Baihaqi, Syu’bal Iman al-Baihaqi, Bab fi Huquqi wal Auladina
wa  Ahlina  wa  Hiya  Qiyam,  Beirut:  Dar  al-Kutub  Ilmiyah,  1989,  juz  VI,  Cet.  I,  hadis  8664,  h. 401.
Olahraga  yang  bersifat  ketangkasan  telah  menjadi  tradisi  bangsa  Arab adapun  jenis  olahraga  pada  waktu  itu  didominasi  dengan  kegiatan  memanah,
berkuda,  dan  bermain  pedang.  Pada  waktu  itu  orang-orang  tangguh  diperlukan dalam  berperang  melawan  musuhnya,  maka  harus  memiliki  keahlian  dan
ketangakasan  serta  fisik  yang  kuat,  olahraga  yang  bisa  dicapai  yaitu  dengan berkuda dan bermain pedang, demikian juga dengan memanah. Barang siapa yang
pandai bermain kuda, bermain pedang, ataupun memanah maka ia dapat direkrut menjadi pasukan perang.
5
Sedangkan  maksud  Nabi  saw  menyerukan  untuk  belajar  berenang,  untuk apa?  padahal  pada  waktu  itu  secara  geografis,  negara  Arab  pada  saat  itu
merupakan dataran yang tandus, kering dan tidak ada sungai yang mengalir. Dari maksud  hadis  tersebut  dapat  dipahami  bahwa  Nabi  sungguh  luar  biasa,  yang
bertujuan   sebagai  antsipasi  terhadap  bentuk  pendidikan  di  masa  depan,  bahwa maksud anjuran Nabi saw itu pasti relevan dan sesuai dengan konteks kehidupan
zaman.
6
Adapun  ayat  al-Qurân  yang  menjadi  landasannya,  sebagai  dasar memperkuat peryataan hadis diatas.
 
 
 
 
 
 .
Artinya: “Sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja pada kita ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya”. Qs.al-
Qashas: 26.
7
5
Khamdan,  dkk.  Studi  Hadis:  Teori  dan  Metodologi  kritik  terhadap  hadis-hadis pendidikan, Yogyakarta: Idea Press, 2012. hal.241
6
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2006, hal.13
7
Departemen  Agama  RI,  Al-Qurân  dan  Terjemahnya,  Bandung:  Al-Jumanatul  Ali  - ART, 2007.
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
. Artinya:
“dan  siapkanlah  untuk  menghadapi  mereka  kekuatan  apa  saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda  yang ditambat untuk berperang
yang  dengan  persiapan  itu  kamu  menggentarkan  musuh  Allah  dan musuhmu  dan  orang  orang  selain  mereka  yang  kamu  tidak
mengetahuinya ”...QS. al-Anfaal: 60.
8
Dari beberapa matan hadis di atas, memiliki “ Nilai Pendidikan”, dimana
para  ahli  dalam  bidang  pendidikan  islam  telah  membagi  dalam  tiga  term,  dari ketiga  term  tersebut  memiliki  kesamaan  makna,  namun  secara  esensial  memiliki
perbedaan baik secara tekstual maupun secara kontekstual. Yaitu: al-Tarbiyah, al- Ta’lim, dan al-ta’dib.
9
Adapun nilai-nilai yang terkandung dari matan hadis di atas: 1.
Tanggung jawab pendidikan fisik Beberapa tanggung jawab yang dianjurkan oleh Islam di  pundak para
pendidik diantaranya tanggung jawab pendidikan fisik, agar anak-anak mampu  tumbuh  dewasa  dengan  kondisi  fisik  yang  kuat,  sehat,
semangat  dan  selamat,  sehingga  siap  untuk  menjalani  tugasnya sebagai khalifah di bumi.
2. Kewajiban memberi nafkah kepada keluarga dan anak
Kewajiban  orang  tua  salah  satunya  adalah  memberi  nafkah  kepada keluarga  dan  anak-anak,  baik  dari  segi  makanan,  pakaian,  tempat
8
Departemen  Agama  RI,  Al-Qurân  dan  Terjemahnya,  Bandung:  Al-Jumanatul  Ali  - ART, 2007.
9
Khamdan,  dkk.  Studi  Hadis:  Teori  dan  Metodologi  kritik  terhadap  hadis-hadis pendidikan, Yogyakarta: Idea Press, 2012. hal. 243.
tinggal dan memberikan pendidikan yang cukup sebagai bekal di masa depan,  maupun  memberikan  life  skill  keterampilan  .  Karena  semua
itu akan berpengaruh pada pola pendidikan jasmani. 3.
Membiasakan untuk berolahraga Melaksanakan  perintah  Allah,  maka  Islam  menyerukan  agar
mempelajari  renang  dan  memanah,  sesuai  hadis  diatas  dan  Qs.  Al- Anfal:60.
4. Adanya kekuatan mental dan jasmani
Olahraga merupakan sikap, perilaku, akhlak, aqidah, logika pendidkan dan  inisiatif,  di  dalamnya  tidak  semata-mata  menggerakan  otot  saja.
Melainkan ada kekuatan mental  yang berkembang dan masih banyak lagi, selain untuk kesehatan  jasmani itu sendiri.
10
Olahraga  Renang,  sebuah  olahraga  yang  dilaksankan  untuk  melatih pernafasan  dan  melatih  kekuatan-kekuatan  baik  tangan  maupun  kaki,  yang  akan
menjadikan  badan  sehat  dan  bugar.  Selain  itu  dari  segi  pendidikan,  berenang memberi  gambaran  bahwa  seseorang  harus  bergerak  dalam  mengarungi
kehidupan  ini,  tanpa  bergerak  seseorang  akan  mati  dan  tidak  akan  mendapatkan sesuatu apapaun bekal di dunia dan akhirat.
Olahraga Memanah, adalah suatu usaha untuk menghasilkan suatu sasaran yang  memerlukan  kosentrasi  penuh  dan  berkesinambungan,  Memanah  adalah
simbol dari fokus atau kosentrasi dan istiqomah. Maksudnya,  bahwa dalam hidup ini  harus  mempunyai  tujuan  dan  sasaran  yang  jelas,  upaya  untuk  mencapainya
10
Arif  Rohman  Hakim,  S.Ag,  Studi  Hadis:  Teori  dan  Metodologi,  Yogyakarta:  Idea Press. hal. 245
haruslah  dilakukan  dengan  ikhtiar  sungguh-sungguh,  ikhlas  dan  fokus istiqomah, fokus disini pada proses bukan pada hasil akhir.
Keterampilan Menenun, merupakan salah satu kegiatan kerajian kesenian, yang membutuhkan kosentrasi, ketelitian dan kesabaran untuk mendapatkan hasil
yang  baik.  Begitu  juga  dalam  hidup  ini,  bila  ingin  mendapatkan  hasil  yang maksimal kita harus disiplin dalam segala hal dan sabar.
Pendidikan  olahraga  pada  hakikatnya  adalah  proses  pendidikan  yang memanfaatkan  aktivitas  fisik  untuk  menghasilkan  perubahan  holistik  dalam
kualitas  individu,  baik  dalam  hal  fisik,  mental,  serta  emosional.  Dengan  adanya hadis ini, sekarang banyak cabang olahraga dan tidak hanya diperuntukan laki-laki
tetapi perempuan juga.
2. Belajar Olahraga Termasuk Hak Anak atas Orang Tuanya
.
Artinya : Telah meriwayatkan kepada kami Abu al-Qasyim Abdur-Rahman bin  Muhammad  al-Siraj,  saya  Abu  Hasan  Ahmad  bin  Muhammad  bin
Abdus  al-Tharaifi,  telah  meriwayatkan  kepada  kami  Zaid  bin  Abdu Rabbah,  telah  meriwayatkan  kepada  kami  Baqiyah  dari  Isa  bin  Ibrahim,
dari al-
Zuhri dari Abi Sulaiman, Maula Abu Rafi’ dari Abu Rafi’ berkata: bertanya  kepada  Rasulullah:  wahai  Rasulullah  apaah  seorang  anak
mempunyai  hak  atas  mereka?  Rasulullah  menjawab:  iya.  Hak  anak-anak atas  orang  tuanya,  diajarkan  menulis,  berenang,  memanah,  dan  diberi
sesuatu yang baik- baik.”HR. Imam al-Baihaqi.
11
11
Abu  Bakar  bin  Husain  al-Baihaqi, Syu’bal  Iman  al-Baihaqi,  Bab  fi  Huquqi  wal
Auladina  wa  Ahlina  wa  Hiya  Qiyam,  Beirut:  Dar  al-Kutub  Ilmiyah,  1989,  juz  VI,  Cet.  I,  hadis 8665, h. 401.
Hadis di atas menjelaskan berenang dan memanah termasuk hak anak atas orang  tuanya.  Definisi  Hak  al-walad  ala  al-wâlid  adalah  sesuatu  yang  harus
diberikan orang tua terhadap anaknya. Menurut hemat penulis, secara tekstual ada tiga  aspek  yang  dapat  diambil  dari  hadis  Nabi  mengenai  kewajiban  orang  tua
dalam  mendidik  anak  yaitu  al-kitabah  menulis,  al-Sibâhah  berenang  dan  al- Rimâyah  memanah.  Tetapi  yang  akan  penulis  bahas  disini  adalah  al-Sibâhah
berenang dan al-Rimâyah memanah. Makna  kata  as-Sibâhah  sama  dengan  kata  as-Sibhu  yaitu  berenang.
12
Menurut penulis, ada dua hal  yang bisa dipahami dari kata  as-sibâhah. Pertama, penjelajahan  lautan.  Bahwa  hidup  bukan  hanya  di  darat  semata,  itu  adalah  hal
yang  pasti.  Karena  itu,  pemahaman  tentang  kelautan  sekaligus  kaitannya  dengan ilmu  pengetahuan  tidaklah  sedikit.  Bahari  sebagai  dunia  unsur  bumi  lain  dari
daratan ini memiliki banyak fungsi yang harus dikuak lewat pendidikan. Lahirnya ilmu  kelautan  bisa  dijadikan  contoh  tentang  pentingnya  laut.  Dengan  kata  lain,
pendidikan  bukan  hanya  berlangsung  di  satu  tempat  daratan  saja  melainkan harus  mampu  menyebrangi  samudra  yang  luas.  Inilah  mengapa  dalam  hadis  lain
Nabi  menganjurkan  agar  mencari  ilmu  ke  negri  China.
13
Suatu  Negara  yang dipisah oleh jarak laut yang sangat luas. Karena itu, memaknai berenang bukan
hanya  mengajar  terapung  di  air  tapi  bagaimana  seorang  anak  mempunyai keinginan untuk menyebrangi lautan sehingga menemukan kekuasaan Allah yang
tak terhingga ini.
12
Achmad  Warson  Munawwir,  Kamus  Al-Munawwîr  versi  Indonesia-arab,  Surabaya  : Pustaka Progressif, 2007, cet I, hal. 603.
13
Hadis  mengenai  Tuntutlah  ilmu  walau  sampai  ke  negeri  cina,  menganjurkan  untuk menuntut  ilmu,  dimanapun  ilmu  itu  berada,  sekalipun  harus  menyeberangi  lautan.  Para  ulama
mengatakan  hadis  ini  tidak  shohih.  sebagai contoh,  perjalanan  Nabi  Musa  „Alaihissalam  untuk
menemui  Nabi  Khidhir  „Alaihissalam  dalam  rangka  menuntut  ilmu  yang  disebutkan  oleh  Allah dalam  Surat  al-Kahfi.  Departemen  Agama  RI,  Al-Qurân  dan  Terjemahnya.  Bandung  :  Al-
Jumanatul Ali -ART, 2007. hal.300.
Kedua,  kemampuan  mengambil  hikmah.  Dalam  banyak  literatur  tasawuf disebutkan syariat adalah perahu. Maka menyelam menemukan hakekat marifat
merupakan  kelanjutan  jalan  menuju  Allah  thariqah  dan  bahkan  hakikat.  Jalan- jalan  ini  bisa  ditemukan  dengan  kecerdasan  mencari  hikmah  di  balik  dunia  ini.
Kontemplasi  atau  uzlah  dari  kehidupan  duniawi  untuk  mencari  kesempurnaan hidup akhirati kemudian menjadi sangat penting.
Dalam hadis  yang lain dijelaskan tentang keutamaan menuntut ilmu  yaitu hadis yang telah diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Hurairah bahwa Nabi
telah bersabda :
.
Artinya:   Telah  menceritakan  kepada  kami  Yahya  bin  Yahya  At  Tamimi dan Abu Bakr bin Abu Syaibah dan Muhammad bin Al Ala Al Hamdani -
dan lafadh ini milik Yahya- dia berkata; telah mengabarkan kepada kami, dan  berkata  yang  lainnya,  telah  menceritakan  kepada  kami  Abu
Muawiyah  dari  Al  Amasy  dari  Abu  Shalih  dari  Abu  Hurairah  dia berkata; Rasulullah shallallahu alaihi wasallam telah bersabda:
“Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan
jalan ke surga baginya ”. HR. Muslim.
14
Hemat  penulis,  makna  Surga  disini  dapat  diartikan  dengan  bermacam- macam  makna,  yaitu  dapat  diartikan  sebagai  kebahagiaan,  ketenangan  al-
sakinah,  ketentraman  dan  rahmah  baik  didunia  maupun  diakhirat  nanti.  Dengan berlandas  tumpu  pada  pemahaman  ini,  maka  anak  didik  harus  diarahkan  pada
pertanggung  jawabannya  kelak  di  akhirat.  Sehingga  ilmu  yang  didapat  bukan
14
Imam  abi  Husain  Muslim  ibnu  al-Hajjaj  al-Qusyairi  an-Nisaburi,  Muhtashor  Shahih Muslim Bairut : al-Maktabatul Islami, 1987, hlm. 498.
menggantung  di  atas  teori-teori  tapi  juga  mendarat  dalam  dunia  praktek  prilaku sehari-hari.
Kata Ar-Rimâyah merupakan bentuk masdar dari kata ramay yang artinya melemparkan  memanah.
15
Sedangkan  antara  Berenang  dan  memanah merupakan  suatu  tempat  yang  berlawanan.  Berenang  merupakan  suatu  tempat
yang identik dengan lautan, sedangkan memanah merupakan tempat  yang berada di  daratan.  Namun  dua  tempat  tersebut  tidak  bisa  dipisahkan  mengingat  unsur
tempat  yang  kita  diami  ini  mengandung  unsur  daratan  dan  lautan.  Disamping perintah  Nabi  Muhammad  saw  untuk  memberikan  pelajaran  tentang  berenang,
dalam  hadis  itu  juga  dianjurkan  untuk  memberikan  keterampilan  memanah  al rimâyah. Secara substantif kata ini juga tidak bisa hanya berhenti pada memanah
an  sich  tapi  bisa  meluas  pada  ranah  cita-cita  masa  depan  ataupun  ketrampilan. Untuk  menumbuhkan  minat  belajar,  anak  harus  diberikan  gambaran  tentang
kehidupan masa depan. Diakui  atau  tidak,  cita-cita  akan  memotivasi  anak  untuk  terus  mengejar
apa yang akan dicapai. Tujuan hidup yang layak baik di dunia maupun di akhirat harus mampu dibidik oleh anak sejak dini. Sehingga arah dan orientasi hidupnya
mulai  terbayang.  Pendidikan  semacam  ini  begitu  sangat  penting  mengingat sampai  saat  ini  pendidikan  hanya  berupa  pengulangan  bahasa  dan  kata  bukan
menumbuhkan  ide.  Berani  untuk  bercita-cita  merupakan  petunjuk  awal  bagi cerahnya masa depan anak.
Hal  inilah  yang  perlu  dikembang  suburkan  dalam  diri  anak.  Maka membiarkan  anak  hanyut  dalam  retorika  dan  transfer  ide  merupakan  penindasan
15
Achmad  Warson  Munawwir,  Kamus  Al-Munawwîr  versi  Indonesia-arab,  Surabaya  : Pustaka Progressif, 2007, cet I, hal. 536.
terselubung  atas  nama  pendidikan.  Sebaliknya,  membiarkan  anak  didik  melesat bagai  anak  panah  menuju  masa  depan  yang  dicita-citakannya  harus  terus
dikembangkan.  Atau  dengan  kata  lain,  tidak  boleh  ada  pembelengguan  potensi dari orang tua lebih-lebih dari guru terhadap anak. Karena dalam hadis lain Nabi
bersabda bahwa anak diciptakan pada suatu zaman yang sangat mungkin berbeda jauh  dengan  zaman  yang  ditemui  oleh  orang  tuanya.
16
Ia  akan  terus  berjalan seiring  dengan  berputarnya  waktu  dan  perjalanan  zaman  melewati  berbagai
tikungan dan rintangan yang berbeda pula. Al-Qurân  al-Karim,  dalam  mengarahkan  pendidikannya  kepada  manusia
dengan  memandang,  menghadapi  dan  memperlakukan  makhluk  tersebut  sejalan dengan  unsur  penciptaannya  :  jasmani,  akal  dan  jiwa.  Atau,  dengan  kata  lain,
mengarahkannya  menjadi  manusia  seutuhnya  serta  untuk  mencapai  rasa  aman, ada  sekian  banyak  sikap  yang  dituntut  oleh  agama  dari  pemeluknya.
17
Menurut Prof.  Mubyarto,  seperti  yang  dikutip  oleh  Quraish  shihab  ada  lima  hal  pokok
untuk mencapai hal tersebut : 1.
Kebutuhan dasar setiap masyarakat harus terpenuhi, 2.
Manusia terjamin dalam mencari nafkah, 3.
Manusia  bebas  untuk  memilih  bagaimana  untuk  mewujudkan hidupnya sesuai dengan cita-citanya.
4. Ada  kemungkinan  untuk  mengembangkan  bakat-bakat  dan
kemampuannya.
16
Adnan Hasan Shalih Baharits, Mendidik Anak Laki-laki, Jakarta : Gema Insani, 2007, hlm. 232.
17
M.  Quraish  Shihab,    Membumikan  Al-Qurân  :  Fungsi  dan  Peran  Wahyu  Dalam Kehidupan Masyarakat, Bandung : Mizan. 1994 hal. 175.
5. Partisipasi  dalam  kehidupan  sosial  politik,  sehinga  seseorang  tidak
semata-mata menjadi obyek penetu orang lain.
18
Untuk itu orang tua harus tahu apa saja yang harus diajarkan kepada anak- anaknya serta bagaimana metode yang telah dituntunkan oleh junjungan umat ini.
Seorang  pendidik,  baik  orang  tua  maupun  guru  hendaknya  mengetahui  betapa besarnya  tanggung-jawab  mereka  di  hadapan  Allah  terhadap  pendidikan  putra-
putrinya. Semakin baik interaksi manusia dengan manusia, dan interaksi manusia dengan Tuhan, serta interaksinya dengan alam, pasti semakin banyak  yang dapat
dimanfaatkan dari alam raya ini.
19
3. Olahraga Bukan Merupakan Perbuatan Yang Sia-sia
.
Artinya:  “Telah  menceritakan  kepada  kami  Said  bin  Manshur,  telah menceritakan  kepada  kami  Abdullah  bin  Wahb,  telah  mengabarkan
kepadaku  Amr  bin  Al  Harits  dari  Abu  Ali  Tsumamah  bin  Syufi  Al Hamdani,  bahwa  ia  mendengar  Uqbah  ibn  Amir  berkata:  Saya
mendengar  Rasulullah  SAW.  bersabda  ketika  beliau  sedang  berada  di atas  mimbar:  Dan  siapkanlah  untuk  menghadapi  mereka  kekuatan  apa
saja yang kamu sanggupi. Ketahuilah bahwa sesungguhnya kekuatan itu adalah  memanah Ketahuilah bahwa sesungguhnya kekuatan itu adalah
memanah  Ketahuilah  bahwa  sesungguhnya  kekuatan  itu  adalah
memanah” HR. Abu Daud.
20
18
M.  Quraish  Shihab,    Membumikan  Al-Qurân  :  Fungsi  dan  Peran  Wahyu  Dalam Kehidupan Masyarakat, Bandung : Mizan. 1994 hal. 162.
19
M.  Quraish  Shihab,    Membumikan  Al-Qurân  :  Fungsi  dan  Peran  Wahyu  Dalam Kehidupan Masyarakat, Bandung : Mizan. 1994 hal. 161.
20
Abu Daud Sulaiman Ibn al- Asy‟ats al-Sajatsani al-Ardi, Sunan Abu Daud, Kairo: Dar
al-Hadits,1988. Juz . hal.
.
Artinya  :  Telah  menceritakan  kepada  kami  Abu  Bakar  bin  Abu  Syaibah; telah  menceritakan  kepada  kami  Yazid  bin  Harun;  telah  memberitakan
kepada  kami  Hisyam  bin  Ad  Dastuwa`i  dari  Yahya  bin  Abu  Katsir  dari Abu Sallam dari Abdullah bin Azraq dari Uqbah bin Amir Al Juhani dari
Nabi shallallahu alaihi wasallam, beliau bersabda: Sesungguhnya Allah akan  memasukkan  tiga  orang  ke  dalam  surga  dengan  satu  anak  panah;
pertama;  pembuatnya,  yang  mana  ia  membuatnya  dengan  berharap kebaikan,
kedua; yang
membidikkannya, dan
ketiga; yang
membentangkannya.  Dan  Rasulullah  shallallahu  alaihi  wasallam bersabda:,memanahlah dan kenderailah olehmu kuda. Namun, memanah
lebih saya sukaidaripada berkuda. Sesungguhnya setiap hal yang menjadi permainan  seseorang  adalah  batil  kecuali  yang  memanah  dengan
busurnya,  mendidikmelatih  kudanya  dan  bersenang-senang  dengan istrinya, sungguh semuanya adalah hak. HR. Ibnu Majah.
Dalam  hadis  lain  yang  diriwayatkan  oleh Ibnu  Majah  dari  „Uqbah  bin
„Amir al-Juhani, Rasulullah saw bersabda :
21
Al-Hafizh  Abi  Abdillah  Muhammad  ibn  Yazid  Al-Qazwiniy  Al-Qazwiniy,  Sunan Ibnu Mājah, Beirut : Dar al-Ihya al-Kutub al-„Arabiyah, juz. II, h. 940.
.
Artinya  :  “Telah  meriwayatkan  kepada  kami  Musa  bin  Harun, meriwayatkan  kepada  kami  Ishaq  bin  Rahawiyah,  di  dalam  sanad  yang
lain  telah  menceritakan  kepada  Ja’far  bin  Muhammad  al-Faryabi,  dan telah menceritakan kepada kami Abu al-Asbaghi Abdul Aziz bin Yahya al-
Harani,  keduanya  berkata  telah  menceritakan  kepada  kami  Muhammad bin  Salamah  bin  Abdul  Rahim,  dan  dari  Abdul  Wahab  bin  Bakhat,  dari
Atha’ bin Abu Rabah berkata: saya melihat Jabir bin Abdullah dan Jabir bin  Umair  al-Anshari    latihan  memanah,  lalu  salah  seorang  diantara
mereka  merasa  jenuh  lalu  temannya  berkata  engkau  itu  malas:  Aku pernah  mendengar  Rasulullah  bersabda:  setiap  sesuatu  yang  bukan
merupakan  dzikir  kepada  Allah  adalah  permainan  dan  kelalaian,kecuali
empat  perkara  yaitu:  “seorang  laki-laki  berjalan  diantara  dua  sasaran untuk  memanah,  seseorang  yang  melatih  kudanya,  belaian  seorang
suami  terhadap  istrinya,  mengajarbelajar  berenang.”HR.  Imam  at- Thabrani.
22
Hadis di atas menjelaskan bahwa berenang, memanah dan berkuda bukan perbuatan  yang  sia-sia,  menurut  ahli  fiqih  yang  namanya  belajar  apapun
bentuknya tidak akan sia-sia sampai mempelajari ilmu-ilmu yang lain sekalipun. Hal  yang  sia-sia  adalah  menyia-nyiakan  waktu  luang  sebagaimana  sabda
Nabi :
Artinya  : “Akan  datang  waktu  yang  lima  sebelum  yang  lima  :  waktu
hidupmu sebelum waktu matimu, waktu luangmu sebelum waktu sempitmu, waktu  kayamu  sebelum  waktu  miskinmu,  waktu  mudamu  sebelum  waktu
tuamu, waktu sehatmu sebelum waktu sakitmu, ” Muttafaq „Alaih
23
22
Sulaiman bin Ahmad bin Ayub Abu al-Qasyim at-Thabrani, Al- Mu’jam al-Kabir fi Bab
Jim, al-Maushul: Maktabah al-Ulum wal Hikam, 1983, Juz II, h. 193.
23
Muhyiddin Abi Zakaria Yahya, Riyadu al-Shalihin, 1997, cet. ke III, jilid III, hal. 423.
Menyia-nyiakan  waktu  dengan  unsur  melalaikan  hak  dan  kewajiban kepada  sang  khaliq  menurut  Ahli  fiqih  hal  tersebut  yang  dilarang,  bahkan
diharamkan  keberadaannya.  Akan  tetapi  hal  lain  yang  dapat  berguna  baik  untuk manusia  itu  sendiri  juga  orang  lain,  contohnya  olahraga  menurut  ahli  fiqih
sangatlah  dianjurkan  bahkan  diwajibkan  keberadaannya.
24
Olahraga  sangatlah berguna  bagi  kesehatan  diri  sendiri,  juga  orang  lain.  Dalam  hal  ini,  menolong
sesama  manusia  dalam  unsur  sosial  kemasyarakatan  yang  di  junjungnya  dalam keadaan terdesak seperti bencana alam dan lain-lain.
B. Asbab al-Wurud al-Hadis