Tinjauan Pustaka 1. Mengenal Itik

Selanjutnya, dalam pustaka sejarah tercatat bahwa penyebaran itik berjalan sangat pesat, terutama pada zaman keemasan Majapahit yang kemudian menjadi awal permulaan penyebaran dan pengembangan ternak itik di wilayah lain di Indonesia, seperti Kalimantan Selatan, Sulawesi dan Bali. Saat ini ternak banyak terpusat dibeberapa daerah, seperti Aceh, Sumatera bagian utara dan selatan, Pulau Jawa Cirebon-Jabar, Brebes, Tegal-Jateng, Mojosari Jawa Tengah, Kalimantan Alabio HSU-Kalsel, Sulawesi Selatan, dan Bali Feli dan Harianto, 2012. Secara keseluruhan tubuh itik berlekuk dan lebar, dan memiliki leher yang relatif panjang, meski tidak sepanjang angsa dan angsa berleher pendek. Bentuk tubuh itik bervariasi dan umumnya membulat. Paruhnya berbentuk lebar dan mengandung lamallaer yang berguna sebagai penyaring makanan. Pada spesies penangkap ikan, paruhnya berbentuk lebih panjang dan lebih kuat. Kakinya yang bersisik kuat dan terbentuk dengan baik dan umumnya berada jauh dibelakang tubuh, yang umum terdapat pada burung akuatik. Sayapnya pada umumnya sangat pendek. Penerbangan itik membutuhkan kepakan berkelanjutan sehingga membutuhkan otot sayap yang kuat Anonimous b , 2014. Menurut tujuan utama pemeliharannya, ternak itik sebagaimana ternak ayam dibagi dalam menjadi 3 golongan, yaitu: Itik tipe pedaging Itik tipe penelur Itik tipe ornamen hiasan Itik yang termasuk dalam golongan tipe pedaging biasanya mempunyai sifat-sifat pertumbuhan yang cepat serta struktur perdagingan yang baik. Bangsa-bangsa itik yang termasuk dalam golongan ini adalah: Aylesbury Salah satu bangsa itik potong yang paling populer di Inggris. Produksi telurnya rendah hanya mencapai kira-kira 100 butir per tahun. Karena ukuran badannya yang besar maka kemampuannya untuk kawin juga terbatas. Seekor pejantan umumnya hanya untuk 3 ekor betina saja. Itik dewasa jantan dapat mencapai berat badan lebih kurang 10 lbs 4,5 kg, sedangkan betina dewasa mencapai berat 9 lbs 4 kg. Karena berat jantan dan betina hampir sama maka bangsa itik ini cocok sebagai tipe pedaging. Cayuga Bangsa itik ini bulunya berwarna hitam dengan kaki berwarna kuning atau coklat. Karena bulunya berwarna hitam, maka karkasnya terkesan kebiruan, sehingga kurang disukai konsumen untuk dimakan. Namun jenis itik terlihat sangat atraktif ketika berada diair karena warnya yang menarik. Berasal dari danau Cayuga, bagian New York, Amerika Serikat. Berat jantan dewas bisa mencapai 7 lbs 3 kg. Orpingan Selain sebagai itik pedaging, jenis itik ini juga dikenal sebagai itik penelur yang cukup baik. Produksi telurnya setahun dapat mencapai 240 butir. Berat standar antara jantan dan betina hampir sama yaitu antara 6-7 lbs 2,7-3kg. Muskovi Itik ini termasuk golongan unggas air namun kehidupan itik ini lebih bersifat terestrial di daratan tidak seperti jenis unggas air yang lain. Badannya termasuk berukuran besar dengan posisi berdiri yang hampir mendatar horizontal. Pergerakan di darat lamban, tetapi sekali-kali dapat terbang dengan jarak yang cukup jauh. Peking Bangsa itik ini berasal dari dataran China dan di Amerika bangsa itik dikembangkan menjadi ternak potong yang sangat populer dan digemari. Itik ini mempunyai kapasitas produksi telur antara 110-130 butir pertahun. Dibandingkan dengan jenis itik pedaging yang lain, fertilitas telurnya termasuk cukup baik. Seekor pejantan cocok untuk mengawini kira-kira 6 betina. Rouen Bangsa itik ini memiliki bulu dengan warna yang sangat menarik. Itik ini berasal dan dikembangkan di Prancis untuk tujuan produksi daging. Produksi telurnya rendah, demikian pula fertilitasnya tidak terlalu tinggi. Sementara itu, bangsa-bangsa itik yang termasuk dalam golongan penelur biasanya badannya lebih kecil dibandingkan dengan tipe pedaging. Bangsa itik yang termasuk dalam golongan ini adalah: Campbell Itik bangsa Campbell termasuk itik yang mempunyai kegunaan ganda yaitu sebagai penghasil telur dan daging. Namun peranannya sebagai itik penelur lebih menonjol. Salah satu varietas itik ini yang paling menonjol adalah itik Khaki Campbell yang beberapa diantaranya mampu memprdouksi telur hingga 365 butir per tahun, dengan rata-rata 300 telur per tahun. Indian Runner Bangsa itik ini sangat terkenal sebagai penghasil telur. Dipercaya berasal dari Asia Tenggara. Penyebarannya saat ini cukup luas termasuk Indonesia, Malaysia, Filipina, dan terlebih-lebih daerah Indo Cina. Karakteristik yang paling menonjol adalah sikap berdiri yang hampir tegak. Hampir seluruh populasi itik asli Indonesia adalah anggota bangsa Indian Runner, diantaranya yang saat ini sudah populer dan dikenal adalah jenis itik Tegal, itik Alabio dan itik Bali. Selain daripada jenis itik diatas ada juga itik yang termasuk dalam golongan itik tipe ornamen atau itik yang dipelihara untuk hiasan karena mempunyai warna bulu yang menarik. Yang termasuk dalam golongan ini adalah: Calls East India Mallard Mandarin Wood duck Srigandono, 1997. Budidaya Itik di Indonesia Itik Indonesia terkenal produktif. Walaupun agak lebih rendah dibanding dengan produktifitas itik Khaki Campbell, tetapi lebih baik dari jenis itik lain yang berkembang di banyak negara. Produksi rata-rata itik Indonesia mencapai 250 butir telurekortahun. Beternak itik ditekankan pada produksi telurnya, sebab secara ekonomis lebih mengungtungkan. Itulah sebabnya selalu diupayakan agar itik mampu bertelur sebanyak-banyaknya. Untuk tujuan tersebut, persyaratan tentang penyediaan bibit, pengelolaan kandang, pemeliharaan, dan pengendalian penyakit harus diperhatikan Djarijah, 1996. Selama ini, kebanyakan pola pemeliharaan itik masih terpaku pada cara tradisonal yaitu dengan pengembalaan yang dilakukan berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat lain. Dalam cara ini kebutuhan pakan sepenuhnya digantungkan pada alam di areal penggembalaan. Lahan yang sering kali digunakan sebagai areal penggembalaan adalah sawah yang baru dipanen. Pola ini sudah lama dilakukan masyarakat secara turun temurun, terutama di daerah pedesaan. Akibatnya hingga kini masih banyak tertanam persepsi-persepsi negatif di masyarakat dan akhirnya memunculkan pemahaman yang keliru mengenai dunia peritikan pada umunya maupun pemeliharaan itik sebagai unit usaha Agus, 2001. Dilihat dari segmentasinya, ragam bisnis itik di Indonesia dapat dibagi menjadi empat golongan besar, yaitu produksi, pasca produksi, jasa pemasaran atau perdagangan, dan prasarana. Keempat segmen bisnis ini dapat menjadi usaha maupun spesialisai. Usaha di bidang produksi diantaranya adalah usaha ternak itik petelur, pedaging, penghasil telur tetas dan DOD. Di bidang pasca produksi seperti usaha telur asin, rumah potong itik dan bulu itik. Di bidang jasa pemasaran seperti usaha perdaganan produk telur dan bibit itik. Sementara di bidang sarana dan prasarana diantaranya adalah usaha pakan Widjaja, 2003. Landasan Teori 2.2.1. Analisis Kelayakan Usaha Analisis kelayakan usaha atau disebut juga feasibility study adalah kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat yang dapat diperoleh dalam melaksanakan suatu kegiatan usaha. Hasil analisis ini digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan, apakah menerima atau menolak dari suatu gagasan usaha. Pengertian layak dalam penelitan ini adalah kemungkinan dari gagasan suatu usaha yang akan dilaksanakan dapat memberikan manfaat dalam arti finansial maupun sosial benefit. Dengan adanya analisis kelayakan ini diharapkan resiko kegagalan dalam memasarkan produk dapat dihindari Resya, 2011. Dalam rangka mencari ukuran yang menyeluruh sebagai dasar persetujuan atau penolakan maupun pengurutan suatu proyekusaha, telah dikembangkan berbagai macam cara yang dinamakan Investment Criteriakriteria kelayakan, seperti: RC Ratio RC adalah perbandingan antara penerimaan penjualan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses produksi hingga menghasilkan produk. Usaha peternakan akan menguntungkan apabila nilai RC 1. Semakin besar nilai RC semakin besar pula tingkat keuntungan yang akan diperoleh dari usaha tersebut. Soekartawi, 2000. Break Even Point BEP Menurut S. Munawir 2002 Titik break even point atau titik pulang pokok dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana dalam operasinya perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi total penghasilan = total biaya. Pada dasarnya, sebuah usaha dinyatakan layak apabila penjualan atau produksi melebihi penjualan atau produksi pada saat mencapai titik impas, maka usaha tersebut telah mendatangkan keuntungan sehingga layak untuk diusahakan Soekartawi,2000. Dengan menggunakan kurva, BEP dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 2.1. Kurva BEP Dari Gambar 1 di atas dapat dilihat bahwa break even adalah titik potong antara jumlah biaya cost dengan jumlah penerimaan income.

3. Return of Investment ROI

Return of Investment merupakan suatu ukuran rasio untuk mengetahui tingkat pengembalian modal usaha. ROI merupakan analisis keuntungan usaha ternak itik petelur berkaitan dengan modal yang telah dikeluarkan. Nilai ROI diperoleh dengan cara keuntungan usaha tani ternak itik selama pemeliharaan dibagi dengan modal yang telah dikeluarkan. Besar kecilnya nilai ROI ditentukan oleh keuntungan yang dicapai dari perputaran modal. Return of Investment ROI adalah kemampuan peternak itik petelur untuk menghasilkan keuntungan yang akan digunakan untuk menutup investasi yang dikeluarkan Harmaizar, 2006.

2.2.2. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Suci Andanawari A. Setiadi L. D. Mahfud tahun 2013 dengan judul “Analisis Break Even Point BEP Usaha Peternakan Itik Di Kota Tegal Dan Kabupaten Brebes” diperoleh kesimpulan bahwa BEP harga untuk usaha peternakan itik di Kota Tegal dan Kabupaten Brebes adalah sebesar Rp 3.260.021,91 per bulan, atau penjualan minimal adalah 99 butir telur per hari, dengan rerata harga telur Rp 1.100,00 per butir. BEP unit usaha peternakan itik di Kota Tegal dan Kabupaten Brebes adalah pemeliharaan 142 ekor itik, dengan persentase produksi telur 70 total pemeliharaan.. Penelitian yang dilakukan oleh Dwianto Andreas tahun 2013 dengan judul “Analisis Kelayakan Teknis Dan Finansial Terhadap Pendirian Usaha Ternak Itik Pedaging Jenis Hibrida Di Kabupaten Malang” diperoleh bahwa berdasarkan studi tentang aspek teknis dan keuangan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa peternakan dari 1.000 daging bebek layak untuk diusahakan. Penelitian yang dilakukan oleh Rumiyadi, Sri Suratiningsih tahun 2013 dengan judul “Analisis Kelayakan Usaha Ternak Itik Petelur Di Kecamatan Godong” diperoleh bahwa pendapatan usaha ternak itik petelur sebesar Rp.19.928.442,-satuan ternaktahun menunjukan usaha ternak itik petelur ini menghasilkan pendapatan yang cukup besar. Pada analisis kelayakan usaha perolehan hasil analisis usaha ternak itik petelur adalah RCR 2,25 dan BEP Rp : Rp. 482,- dengan harga riil Rp.1.100,-, BEP sebesar 11.813 butir telur dengan jumlah riilnya 27.064 butir telur, BEP sebesar Rp 12.994.419,- dengan jumlah riilnya Rp.32.922.862,- dan nilai ROI sebesar 168 pertahun. Dari penelitian dapat disimpulkan bahwa usaha ternak itik petelur di Kecamatan Godong mampu menghasilkan pendapatan sebesar Rp.19.928.442,-satuan ternaktahun. Analisis usaha ternak itik petelur layak untuk diusahakan.

2.3. Kerangka Pemikiran

Secara ringkas, dapat digambarkan pada gambar skema berikut ini: Keterangan: = Ada Pengaruh Peneri Usaha Produ Petern Input Produksi: - Bibit - Pakan - Obat-Obatan dan Vitamin - Peralatan dan Perlengkapan - Listrik dan Air - Transportasi Tenaga Kerja Biaya Produ Har Pendapatan Usaha Ternak Itik Analisis Kelayakan Layak Tidak Gambar 2. Skema kerangka Pemikiran Desa Percut merupakan daerah yang memiliki produksi itik cukup besar di Sumatera Utara. Disini para peternak banyak mengusahakan pemeliharaan ternak itik sebagai penghasil telur dan daging afkir sebagai tambahan pendapatan. Pemilihan pemeliharaan ternak itik didasarkan pada keinginan dan harapan untuk mendapatkan keuntungan yang tinggi dan usaha yang dilakukan bisa berkembang dengan baik. Usaha ternak itik dilakukan peternak di daerah penelitian dengan memanfaatkan sumber daya yang ada untuk menghasilkan produksi yang diinginkan. Untuk menghasilkan produksi diperlukan sarana, prasarana termasuk modal dan input produksi. Input produksi yang dikeluarkan dalam usaha ternak itik di daerah penelitian meliputi biaya bibit, pakan, peralatan, obat-obatan, listrik, air dan tenaga kerja yang akan mempengaruhi produksi dari usaha ternak itik yang bersangkutan. Ketersediaan input produksi di daerah penelitian dapat dikatakan cukup baik karena letak desa yang cukup dengan kota. Ketersediaan input ini tentu sangat mempengaruhi jumlah produksi. Jumlah produksi yang dihasilkan akan berpengaruh terhadap jumlah penerimaan yang diperoleh peternak yang dipengaruhi juga oleh harga jual produk dimana penerimaan adalah jumlah produk dikalikan harga jual. Pendapatan yang diterima peternak merupakan selisih dari penerimaan dengan biaya produksi. Usaha ternak itik dikatakan layak jika melalui analisis ekonomi diperoleh hasil layak. Adapun analisis yang digunakan untuk mengukur kelayakan ternak itik adalah BEP, RC ratio dan Return of Investment ROI.