1.4.3 Kemoterapi Merupakan penggunaan preparat antineoplastik sebagai upaya
untuk membunuh sel-sel tumor dengan mengganggu fungsi dan reproduksi selular Potter Perry, 2005. Kemoterapi digunakan untuk
mengobati sel-sel kanker yang tersebar luas hingga tidak mungkin untuk dioperasi atau ditangani dengan radioterapi Price Wilson,
2005.
2. Konsep Nyeri
2.1 Definisi Nyeri Menurut International Association for Study of Pain IASP 1979 dalam
Brannon Feist, 2007 nyeri merupakan pengalaman sensoris subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan kerusakan
jaringan yang nyata, berpotensi rusak, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan. Kerusakan jaringan yang nyata misalnya terjadi pada nyeri akibat
luka operasi Adi, 2002. Berpotensi rusak misalnya pada nyeri dada karena penyakit jantung Angina Pectoris dimana timbul nyeri sebagai pertanda akan
terjadi kerusakan atau berpotensi rusak pada otot- otot jantung bila tidak ditangani secara benar Price Wilson, 2005. Menggambarkan kondisi
terjadinya kerusakan misalnya nyeri yang timbul setelah sembuh dari penyakit herpes Neuralgia Pasca Herpetica, dimana terjadi nyeri meskipun tidak ada
kerusakan jaringan Dimatteo, 1991.
Universitas Sumatera Utara
Nyeri juga merupakan mekanisme protektif bagi tubuh. Nyeri muncul ketika jaringan tubuh sedang dirusak sehingga tubuh memberikan reaksi untuk
menghilangkan atau menghindari rangsangan nyeri tersebut, misalnya bila tangan menyentuh bara api maka pada orang normal akan merasakan panasnya
bara api kemudian secara spontan akan menjauhkan tangan dari sumber panas tersebut jadi rasa nyeri yang muncul membuat kerusakan jaringan yang lebih
lanjut dapat dihindari Guyton, 1990. 2.2. Klasifikasi Nyeri
2.2.1 Nyeri Akut Nyeri akut memiliki durasi yang pendek yaitu kurang dari 6 bulan.
Nyeri ini dapat diidentifikasi penyebabnya, mula terjadinya, serta memiliki batas dan durasi yang dapat diprediksi, misalnya nyeri setelah
pembedahan Sorensen’s, 1997. Fungsi nyeri akut ialah memberi peringatan akan cedera atau penyakit yang akan datang. Nyeri akut
akhirnya menghilang dengan atau tanpa pengobatan setelah keadaan pulih pada area yang rusak Potter perry, 2005.
Respon fisiologi terhadap nyeri akut akan merangsang sistem saraf simpatis. Pasien akan menunjukkan manifestasi berikut yaitu meningkat
atau menurunnya tekanan darah, takikardia, diaforesis, takipnea, fokus kepada nyeri dan penilaian terhadap nyeri Sorensen’s, 1997
Nyeri akut akan menyebabkan ketidaknyamanan pada pasien karena itu nyeri sering sekali menjadi alasan utama seseorang mencari
pengobatan ke rumah sakit. Selain merasakan ketidaknyamanan yang
Universitas Sumatera Utara
mengganggu, nyeri akut dapat mempengaruhi sitem pulmonary, kardiovaskular, gastrointestinal, endokrin dan imunologik Benedetti
kolega, 1984; Yeager kolega, 1987. 2.2.2 Nyeri Kronik
Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermitten yang menetap sepanjang suatu periode waktu, biasanya lebih dari 6 bulan McCaffery,
1986 dalam Potter Perry, 2005. Nyeri kronik dapat tidak mempunyai awitan yang ditetapkan dengan tepat dan sering sulit untuk diobati karena
biasanya nyeri ini tidak memberikan respons terhadap pengobatan yang diarahkan pada penyebabnya Brunner Suddarth, 2001.
Nyeri kronik terbagi menjadi dua yaitu, nyeri kronik malignan dan nyeri kronik nonmalignan Potter Perry, 2005. Penyebab nyeri kronik
nonmalignan tidak pasti diketahui, daerah yang mengalami cedera mungkin telah memulih sejak lama, tetapi nyeri masih menetap Brunner
dan Suddarth, 2001. Berbeda dengan nyeri kronik nonmalignant, nyeri kanker malignan memiliki penyebab nyeri yang dapat diidentifikasi yaitu
terjadi akibat perubahan pada saraf, perubahan ini terjadi bisa karena penekanan pada saraf akibat metastasis sel-sel kanker maupun pengaruh
zat-zat kimia yang dihasilkan oleh kanker itu sendiri Portenoy, 2007. 2.3 Fisiologi Nyeri
Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsang nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung
saraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap stimulus kuat yang
Universitas Sumatera Utara
secara potensial merusak Brunner Suddarth, 2001. Reseptor nyeri disebut juga nosiseptor, secara anatomis reseptor nyeri nosiseptor ada yang
bermielien dan ada juga yang tidak bermielin dari syaraf perifer Ganong, 2002. Sistem nosiseptor terbagi dalam dua komponen yaitu :
2.3.1 Reseptor A delta Merupakan serabut komponen cepat kecepatan tranmisi 6-30
mdet yang memungkinkan timbulnya nyeri tajam yang akan cepat hilang apabila penyebab nyeri dihilangkan Ganong, 2002.
2.3.2 Serabut C Merupakan serabut komponen lambat kecepatan tranmisi 0,5
mdet yang terdapat pada daerah yang lebih dalam, nyeri biasanya bersifat tumpul dan sulit dilokalisasi Guyton, 1997.
Berdasarkan letaknya, nosiseptor dapat dikelompokkan dalam beberapa bagian tubuh yaitu pada kulit kutaneus, somatik dalam deep somatic, dan
pada daerah viseral, karena letaknya yang berbeda-beda inilah, nyeri yang timbul juga memiliki sensasi yang berbeda Sorensen’s, 1997.
Nosiseptor kutaneus berasal dari kulit dan sub kutan, nyeri yang berasal dari daerah ini biasanya mudah untuk dilokalisasi dan didefinisikan
Sorensen.s, 1997. Nyeri somatik dalam merupakan nyeri yang tumpul dan sulit dilokalisasi Devita koleganya, 1985. Reseptor nyeri jenis ketiga
adalah reseptor viseral, reseptor ini meliputi organ-organ viseral seperti
Universitas Sumatera Utara
jantung, hati, usus, ginjal dan sebagainya. Nyeri yang berasal dari visera tidak dapat ditentukan lokasinya dengan baik, tidak enak, disertai mual dan gejala-
gejala otonom lainnya. Nyeri ini sering menyebar atau dialihkan ke daerah lain Ganong, 2002. Sebagai contoh, nyeri yang dialihkan yaitu nyeri pada lengan
kiri atau rahang yang berkaitan dengan iskemia jantung atau serangan jantung infark miokard Brunner Suddarth, 2001.
2.4 Teori Nyeri 2.4.1 Teori Spesifikasi
Teori ini dikemukakan oleh Rene Descartes pada abad ke 17. Teori ini didasarkan pada kepercayaan bahwa ada jaras pathway khusus yang
bertanggung jawab untuk menyampaikan pesan nyeri pada pusat di otak. Pada tahun 1894, Von Frey mengungkapkan suatu model yang
menggambarkan bahwa kualitas sensasi pada kulit sentuhan, dingin, panas, dan nyeri tergantung pada jenis ujung saraf yang mendapat
stimulus. Perbedaan dalam struktur ujung saraf ini membuat setiap ujung saraf sangat sensitif pada satu jenis stimulus dan tidak berespon kepada
jenis stimulus yang lain. Nyeri dihubungkan dengan stimulasi pada ujung saraf bebas.
Lyn 1984 menunjukkan sejumlah struktur dalam sistem saraf yang menyebabkan nyeri. Dua kelompok serabut saraf yang terlibat, yaitu
serabut A-delta bermielin dan serabut C tidak bermielin. Beberapa peneliti percaya bahwa serabut A-delta bermielin meneruskan nyeri yang
Universitas Sumatera Utara
mendadak atau tajam, sedangkan serabut C tidak bermielin meneruskan nyeri yang tumpul.
2.4.2 Teori pola Teori ini menghubungkan persepsi nyeri dengan pola khusus dari
impuls-impuls dalam system saraf. Nyeri akan muncul kapanpun dengan stimulus apapun dengan syarat jumlah stimulasi yang terjadi besar Niven,
1994. 2.4.3 Teori Pengontrol Nyeri Gate Control
Teori gate control dari Melzack dan Wall 1965 dalam Potter Perry, 2005 mengatakan bahwa impuls nyeri dapat diatur atau bahkan
dihanbat oleh mekanisme pertahanan di sepanjang saraf pusat. Dengan kata lain bahwa ada mekanisme neural di korda spinalis yang dapat
”menutup pintu gerbang” sehingga pesan nyeri terhambat ke otak. Ada sejumlah neuron interneuron yang berlokasi di korda spinalis yang
menerima input dari dua sumber, yaitu serabut saraf yang membawa pesan nyeri dan serabut saraf yang membawa informasi dari kulit seperti suhu
dan tekanan Dimatteo, 1991 Teori ini mengatakan bahwa impuls nyeri dihantarkan saat sebuah
pertahanan dibuka dan ditutup saat pertahanan tertutup. Upaya menutup pertahanan tersebut merupakan dasar terapi menghilangkan nyeri Potter
Perry, 2005 Melzack dan Wall 1965, 1982, 1988 dalam Branner Feist, 2007
menambahkan bahwa informasi yang bermula dari otak juga dapat
Universitas Sumatera Utara
menutup dan membuka pintu gerbang. Karenanya faktor psikologi seperti pengalaman masa lalu, keadaan emosi dan arti situasi itu sendiri dapat
mempengaruhi persepsi terhadap nyeri. 2.5
Nyeri kanker Nyeri merupakan masalah yang sering dijumpai pada penderita kanker.
Kanker menghasilkan nyeri dengan dua cara yaitu melalui pertumbuhan dan metastasis dan melalui pengobatan atau tindakan yang dilakukan untuk
menekan pertumbuhan kanker Brannon Feist, 2007. Intensitas nyeri yang dirasakan pasien kanker tergantung kepada jenis
kanker, letak kanker, stadium kanker dan berapa banyak nervus yang rusak karena kanker itu sendiri maupun diakibatkan oleh pengobatan yang dilakukan
Baradero koleganya, 2007. Serangkaian penelitian yang mengukur derajat nyeri berdasarkan keluhan penderita dan skala pengukur nyeri menunjukkan
bahwa 50 penderita kanker yang merasakan nyeri menderita nyeri sedang dan kuat dan 30 menderita nyeri sangat hebat dan tak tertahankan. Selain itu,
nyeri meningkat sejalan dengan semakin parahnya penyakit WHO, 1986 dalam Penerbit ITB Bandung, 1993.
Pertumbuhan dan metastasis sel-sel kanker akan menyebabkan perubahan- perubahan fisiologi. Perubahan fisiologi yang terjadi akibat kanker yang dapat
menimbulkan nyeri yaitu, kerusakan pada tulang, obstruksi lumina, saraf perifer, tekanan kanker yang membesar, adanya iskemia, distensi dan
inflamasi, infeksi atau nekrosis jaringan Baradero kolega, 2007. Beberapa pengobatan kanker yang menimbulkan nyeri, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
2.5.1 Pembedahan Tindakan pembedahan akan menyebabkan pasien merasakan nyeri
akibat insisi yang dilakukan pada jaringan tubuh Otto, 2003. 2.5.2 Radioterapi
Prosedur-prosedur yang dilakukan sehubungan dengan pengobatan kanker seperti pengobatan laser juga menyebabkan nyeri ACOR, Inc,
2001. 2.5.3 Kemoterapi
Kemoterapi dapat menyebabkan efek samping, tergantung pada obat yang digunakan. Beberapa pada umumnya menimbulkan efek samping
nyeri seperti nyeri mulut mukositis, neuropati peripheral sensasi kaku dan nyeri pada kaki, betis, jari tangan, tangan dan lengan, konstipasi,
diare, haus, mual, muntah, dan kram abdominal ACOR, Inc, 2001. Pada penderita kanker faktor pasikologi memberikan pengaruh yang besar
terhadap derajat rasa nyeri, hal ini dikaitkan dengan persepsi pasien tentang ancaman dan stress yang disebabkan oleh kanker itu sendiri WHO, 1986
dalam Penerbit ITB Bandung, 1993. Menurut Baredo dan kolega 2007 ada tiga kategori stressor yang disebabkan oleh kanker, yaitu: 1Ancaman dari
penyakit kanker itu sendiri, 2Hilangnya bagian tubuh ataupun ancaman akan hilangnya bagian tubuh, 3Frustasi dalam memenuhi dorongan biologis karena
ketidakmampuan yang diakibatkan penyakit kanker atau efek-efek samping dari pengobatan kanker.
Universitas Sumatera Utara
Nyeri kanker dapat diklasifikasikan sebagai nyeri nosiseptik somatik atau viseral dan nyeri neuropatik WHO Gahjneva, 1996. Nyeri nosiseptif
merupakan suatu nyeri yang ditimbulkan oleh suatu rangsangan pada nosiseptor. Nosiseptor ini terdapat pada tendon, sendi dan organ tubuh. Nyeri
yang terjadi akibat rangsangan nosiseptor di tendon dan sendi disebut nyeri somatik nosiseptif sedangkan nyeri yang timbul karena rangsangan pada
nosiseptor di organ tubuh disebut nyeri viseral nosiseptif Memorial Sloan- Kettering Cancer Center, 2002.
Pada kanker nyeri ini terjadi karena metastasis kanker pada tulang, otot, sendi atau disebabkan oleh rintangan dari suatu organ dan sumbatan pada aliran
darah Russel, 2007 . Nyeri somatik nosiseptif sering dilukiskan sebagai nyeri yang mudah dideteksi dan dilokalisasi, nyeri yang tajam, sakit berdenyut
seperti ditikam sedangkan nyeri viseral nosiseptif dilukiskan sebagai nyeri sulit dilokalisir dan terasa perih atau karam Hallenbeck, 2003.
Berbeda dari nyeri nosiseptif, nyeri neuropati biasanya bertahan lebih lama dan merupakan proses input sensorik yang abnormal oleh sistem saraf perifer
atau CNS. Pada kanker, nyeri ini terjadi karena adanya tekanan kanker pada suatu nervus ataupun kumpulan nervus. Nyeri neuropati memiliki ciri-ciri
yaitu, rasa terbakar, tingling, syok, nyeri seperti tertembak, hyperalgesia atau allodynia Sorensen’s, 1997
2.6 Penanganan Nyeri
Nyeri merupakan kejadian yang menekan atau stres dan dapat mengubah gaya hidup dan kesejahteraan psikologi individu Potter Perry, 2005. Pada
Universitas Sumatera Utara
kasus nyeri akibat kanker, nyeri menyebabkan penderitaan, kehilangan kontrol, dan kerusakan kualitas kehidupan sepanjang proses perawatan penderita,
bahkan pada penderita yang kondisinya stabil dan angka harapan hidupnya panjang Jacox, dkk, 1994 dalam Potter Perry, 2005.
Manajemen nyeri merupakan masalah yang kompleks. Sebelum penggunaan obat-obatan untuk penanganan terhadap nyeri yang dialami pasien,
maka terlebih dahulu mengkaji sumber, letak nyeri, dan faktor-faktor yang meningkatkan nyeri, seperti kegelisahan dan keletihan Brunner Suddarth,
2001.Obat-obatan merupakan strategi penanganan utama pada nyeri akut tetapi untuk nyeri kronik, obat-obatan memberikan risiko yang buruk Brennan
Feist, 2007. Nyeri kronik pada umumnya tidak memberikan respon terhadap pengobatanBrunner Suddarth, 2001.
Ada ribuan jenis obat-obat analgesik yang tersedia, tetapi secara umum dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok, yaitu, opiat dan analgesik non-
narkotik Julien, 2005 dalam Branner Feist, 2007. Pada kanker pemberian analgetik atau pereda nyeri dikombinasikan dengan pemberian obat-obatan
untuk mengobati kanker itu sendiri WHO, 1986. 2.7 Pengukuran Nyeri
2.7.1 Pengukuran psikofisiologi psychophysiological Nyeri akan memberikan respon fisiologi dimana respon fisiologi
inilah yang akan dikaji untuk menilai nyeri yang sedang dirasakan individu Lykken, 1987 dalam Dimatteo, 1991. Respon fisiologi terhadap
nyeri berupa stimulasi simpatik dan stimulasi parasimpatik. Stimulasi
Universitas Sumatera Utara
simpatik, misalnya dilatasi saluran bronkiolus dan peningkatan pernapasan, peningkatan frekuensi denyut jantung, vasokontriksi perifer
sedangkan stimulasi parasimpatik, misalnya wajah tampak pucat, ketegangan otot, penurunan denyut jantung dan tekanan darah, pernapasan
yang cepat dan tidak teratur, mual dan muntah serta kelemahan atau kelelahan Potter Perry, 2005.
Salah satu alat pengukuran yang digunakan adalah elektromiograf EMG Dimatteo, 1991. Elektromiograf sering digunakan untuk
mengukur nyeri punggung low back pain, nyeri kepala dan nyeri leher dan rahang Brannon Feist, 2007. Misalnya, pada pasien nyeri kepala,
EMG akan menunjukkan pola aktivitas elektrik yang berbeda dengan keadaan normal Blanchard Andrasik, 1985 dalam Dimatteo, 1991.
Hal lain yang perlu dikaji juga yaitu, aktivitas autonom tubuh seperti denyut jantung, respirasi, tekanan darah dan keadaan kulit.
Pengukuran aktivitas autonom tubuh dipercaya sangat berguna dalam mengkaji komponen emosional nyeri Chapman kolega, 1985 dalam
Dimatteo, 1991. 2.7.2 Laporan nyeri
Metode ini mendapatkan data yang kurang tepat atau akurat tetapi menghasilkan data yang realibel atau nyata tergantung keterbukaan tiap –
tiap individu untuk mendeskripsikan karakter dan intensitas nyeri yang dialaminya Dimatteo, 1991. Mengkaji laporan nyeri dapat dilakukan
Universitas Sumatera Utara
dengan interview, penilaian skala rating scale, dan kuosioner Branner Feist, 2007.
2.7.3 Perilaku nyeri pain behavior Fordyce 1974 dalam Branner Feist, 2007 melaporkan pasien-
pasien yang mengalami nyeri biasaya merintih, meringis, menggosok area nyeri, menarik napas panjang, lemah, istirahat bekerja, istirahat di tempat
tidur atau perilaku-perilaku lainya yang berkaitan dengan nyeri yang dapat diobservasi seperti meminta dan menggunakan obat pereda nyeri, gerakan
tubuh dan ekspresi wajah. Observasi perilaku nyeri dapat dikembangkan menjadi strategi
pengkajian nyeri yang standard Keefe Smith, 2002 dalam Branner Feist, 2007. Observasi perilaku nyeri khususnya berguna dalam mengkaji
nyeri pada pasien yang sulit mendeskripsikan nyerinya misalnya anak- anak dan lansia Branner Feist, 2007.
3. Perilaku Nyeri