pengukuran yang paling akurat yaitu dengan mengobservasi perilaku nyeri. Dengan mendapatkan hasil observasi perilaku nyeri yang benar dan valid maka
pasien akan mendapatkan penangan nyeri yang benar dan tepat. Seperti yang telah dipaparkan sebelumya bahwa kehadiran pasangan hidup bisa saja membuat pasien
menunjukkan perilaku nyeri yang berlebihan atau mungkin menutupi nyeri yang dirasakannya, itu artinya kehadiran pasangan hidup selama dilakukan observasi
perilaku nyeri pasien mungkin saja membuat hasil nilai pengukuran perilaku nyeri tersebut menjadi tidak sesuai dengan yang sebenarnya dan akhirnya pasien tidak
mendapatkan menejemen nyeri yang tepat. Hal inilah yang membuat peneliti melihat sangat penting melakukan penelitian untuk mengetahui apakah ada
perbedaan perilaku nyeri pasien kanker kronis yang didampingi pasangan hidup dengan yang tidak didampingi.
2. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah:
2.1 Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan perilaku
nyeri pasien kanker kronis yang didampingi pasangan hidup dengan yang tidak didampingi.
2.2 Tujuan Khusus 2.2.1 Untuk mengidentifikasi tingkat perilaku nyeri pasien kanker kronis
ketika didampingi oleh pasangan hidup. 2.2.2 Untuk mengidentifikasi tingkat perilaku nyeri pasien kanker kronis
Universitas Sumatera Utara
ketika tidak didampingi oleh pasangan hidup . 2.2.3 Untuk mengidentifikasi perbedaan perilaku nyeri pasien kanker
kronis ketika didampingi pasangan dengan yang tidak.
3. Pertanyaan Penelitian
3.1 Bagaimana perilaku nyeri pasien kanker kronis ketika didampingi oleh pasangan hidup?
3.2 Bagaimana perilaku nyeri pasien kanker kronis ketika tidak didampingi oleh pasangan hidup?
3.3 Adakah perbedaan perilaku nyeri pasien kanker kronis ketika didampingi pasangan dengan yang tidak?
4. Manfaat Penelitian
4.1 Bagi Praktek Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan informasi kepada perawat
tentang perilaku nyeri pasien kanker kronis yang berbeda ketika didampingi pasangan hidupnya dengan ketika tidak didampingi sehingga perawat dapat
menggunakan informasi ini sebagai acuan dalam mengukur perilaku nyeri pasien kanker kronis.
4.2 Bagi Pendidikan Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan akan digunakan oleh pendidikan
keperawatan dalam memberikan materi tentang perilaku nyeri pain behavior.
Universitas Sumatera Utara
4.3 Bagi Penelitian Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan akan dipergunakan sebagai bahan masukan
untuk penelitian selanjutnya, untuk meneliti pengaruh kehadiran pasangan terhadap perilaku nyeri pasien terutama pasien kanker dengan sampel yang lebih
besar lagi.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
1. Kanker
1.1 Defenisi kanker Kanker merupakan istilah yang digunakan untuk neoplasma yang bersifat
ganas Wall Mervyn, 1991. Neoplasma terbagi menjadi dua yaitu tumor jinak benigna non-cancerous dan tumor ganas cancerous Dupler Odle,
2002. Dalam masyarakat, kanker sering disamakan dengan tumor padahal kanker sudah berarti neoplasma ganas sedangkan tumor bisa merupakan
neoplasma jinak maupun ganas. Menurut Rupert Willis dalam Robins, 2007 neoplasma adalah massa
jaringan abnormal, yang tumbuh berlebihan, tidak terkoordinasi dengan jaringan normal di sekitarnya dan menetap walaupun rangsangan terhadapnya
telah dihentikan. Menurut Porth 1994, dalam Brunner Suddarth 2001 karakteristik
neoplasma malignan, yaitu: 1 sel-sel biasanya mempunyai sedikit kemiripan dengan sel-sel jaringan normal dari mana jaringan tersebut berasal, 2 Tumbuh
pada perifer dan menyebarkan proses yang menginfiltarasi dan merusak jaringan sekitar, 3 Laju pertumbuhan beragam dan bergantung pada tingkat
diferensiasi; makin bersifat anaplastik tumor tersebut makin cepat pertumbuhannya, 4 Memperoleh akses ke saluran darah dan limfe dan
bermetastasis ke area tubuh lainnya, 5 Sering menyebabkan efek yang sama seperti anemia, kelemahan dan penurunan berat badan, 6 Sering
Universitas Sumatera Utara
menyebabkan kerusakan jaringan yang luas saat pertumbuhan tumor melebihi pasokan darah atau memotong aliran darah ke area tertentu; juga dapat
menghasilkan substansi yang menyebabkan kerusakan sel, 7 Biasanya akan menyebabkan kematian kecuali pertumbuhannya dapat dikendalikan.
1.2 Etiologi Kanker Berbagai hal yang diduga menjadi penyebab kanker, adalah sebagai
berikut: 1.2.1 Faktor Genetik
Ditemukan bahwa faktor genetik juga merupakan predisposisi terjadinya kanker tetapi sejauh apa peranan gen yang abnormal masih
belum diketahui Misky, 2005 dalam Lubis Hasnida, 2009. Menurut Baradero dan koleganya 2007 yang termasuk ciri umum kanker
herediter, yaitu: 1 Muncul pada usia yang lebih muda, sekitar usia 20 tahun, dibandingkan dengan kanker yang tidak herediter, 2 Insiden
tinggi untuk kanker bilateral pada organ yang berpasangan seperti dada, ovarium, ginjal dan tiroid, 3 Timbul kanker pada dua atau lebih dari dua
anggota keluarga dalam satu generasi. 1.2.2 Efek Hormonal
Hormon bukan karsinogen tetapi dalam keadaan tertentu memacu terjadinya kanker Baradero, 2007. Hormon mempengaruhi munculnya
kanker pada alat-alat tubuh yang biasa dipengaruhi, misalnya kanker payudara, prostat, dan uterus dianggap tergantung pada kadar hormon
endogen untuk pertumbuhannya Brunner Suddarth, 2001.
Universitas Sumatera Utara
1.2.3 Lesi Prakanker Lesi dan tumor benigna tertentu mempunyai kecendrungan untuk
menjadi malignan sehingga perlu diterapi segera The Yogyakarta Womens Health Initiative, 2008. Berbagai hal yang termasuk ke dalam
prakanker adalah polip pada kolon dan rektum, mole berpigmen tahi lalat, displasia pada epiteliun serviks dari uterus dan leukoplakia pada
selaput lendir Baradero, 2007 1.2.4 Faktor Imunologi
Menurut Baradero dan koleganya, kegagalan mekanisme imun dapat mempredisposisi seseorang untuk mendapat kanker tertentu, hal
ini didukung oleh bukti yang terjadi, antara lain: a. Dua puncak insiden yang tinggi untuk tumbuhnya tumor pada
masa kanak-kanak dan lanjut usia, yaitu dua periode ketika sistem imun tubuh sedang lemah Barado,dkk, 2007. Sebagian
besar mortalitas kanker terjadi pada usia antara 55-75 tahun Robbins, 2007.
b. Peningkatan insiden kanker atau tumor terjadi pada orang-orang dengan penyakit defisiensi imun yang dikaitkan dengan
kelainan pada imunitas seluler Brunner Suddarth, 2001. c. Ada insiden yang tinggi bagi tumbuhnya neoplasma pada
individu yang menerima obat-obat imunosupresif seperti siklosporin dan azatiopri.
Universitas Sumatera Utara
1.2.5 Faktor Lingkungan Faktor lingkungan menjadi penentu utama bagi sebagian besar
kasus kanker sporadik Robbins, 2007. Faktor lingkungan antara lain, paparan radiasi, asbeston, pestisida, polusi udara dan nuklir Brannon
Feist, 2007 Studi yang dilakukan oleh Gustavsson, dan kolega 2000 dalam
Brannon Feist,2007 di Swedia menunjukkan efek karsinogen dari asbeston, asap diesel, asap kendaraan, logam-logam dan kondisi
lingkungan lainnya terhadap pekerja-pekerja yang terpapar karsinogen di atas. Dari studi tersebut dihasilkan bahwa pekerja yang terpapar
karsinogen di atas memiliki kemungkinan terkena kanker paru-paru 9 lebih besar dibandingkan dengan pekerja yang tidak terpapar.
1.2.6 Faktor Obat-obatan The international Agency for Research on Cancer dalam
Baradero, 2007 telah mengidentifikasikan obat yang mempunyai efek karsinogenik potensial pada manusia, antara lain:
a. Zat-zat sitotoksiknasetin, merupakan zat-zat yang terkandung dalam kemoterapeutika yang dapat memeperlambat
pembelahan sel-sel tubuh, baik sel kanker maupun tidak. Ketika zat-zat sitoksiknasetin mengenal sel-sel yang sehat pada
tubuh dapat mengancam pembelahan sel tersebut dan dan terancam mengalami mutasi gen.
Universitas Sumatera Utara
b. Obat-obat imunosupresif, diketahui dapat juga menigkatkan resiko kanker.
c. TSH, dapat meningkatkan resiko kanker ovarium dan kanker rahim.
d. Kontrasepsi oral, memberikan keuntungan dalam penekanan angka kelahiran tetapi pemakaian kotrasepsi ini menunjukkan
bahwa terjadi peningkatan resiko kanker payudara pada pemakai kontrasepsi ini.
e. Steroid androgenic anabolik f. Metoksalen
g. Analgesik yang mengandung fenasetin, dapat meningkatkan resiko kanker saluran kemih.
1.2.7 Kebiasaan Pola hidup a. Merokok
Merokok menjadi penyebab utama kanker paru dan berhubungan dengan hampir 30 kejadian kanker lainnya
Dalimartha, 2004. Kematian akibat kanker paru ini berkaitan dengan jumlah rokok yang dihabiskan setiap hari, berapa tahun ia
merokok, dan umur ketika ia mulai merokok Baradero kolega, 2007. The United States Departement of Health and Human
Services 2004, dalam Brannon Feist, 2007 mengemukakan bahwa risiko relatif mortalitas laki-laki perokok kira-kira 23,3,
artinya seorang laki-laki perokok memiliki resiko kematian akibat
Universitas Sumatera Utara
kanker paru-paru 23.3 kali lebih besar dibandingkan laki-laki yang tidak merokok.
b. Kebiasaan makan The American Cancer Society 2005, dalam Brannon Feist,
2007 mengatakan bahwa 1-3 dari semua kematian akibat kanker di negara bagian Amerika disebabkan oleh kebiasaan makan yang
buruk. Konsumsi makanan yang tinggi kalori dan lemak terutama yang berasal dari daging hewan, meningkatkan resiko kanker kolon,
payudara, prostate, pankreas dan endometrium Baradero,dkk, 2007. Sebaliknya makanan yang kaya serat, sayuran kruriferus kol,
brokoli, kembang kio, toge, dan kohlrabi, karotenoid wortel, tomat, bayam, aprikot, persik, sayuran berdaun hijau dan kuning tua,
Vitamin E dan C serta selenium mengurangi resiko kanker Brunner Suddarth, 2001.
c. Praktek seksual Perilaku seksual juga berkontribusi terhadap kematian akibat
kanker, terutama kanker yang disebabkan oleh acquired immune deficiency syndrome AIDS Brannon Feist, 2007. Kanker
serviks uteri jarang ditemukan pada perempuan yang masih perawan, dibandingkan dengan perempuan yang aktif seksual. Insiden kanker
serviks tinggi pada perempuan yang melakukan koitus pertama pada usia muda dan perempuan dengan pasangan multipel Baradero, dkk,
2007.
Universitas Sumatera Utara
1.2.8 Virus Kanker serviks dapat disebabkan oleh virus yang masuk ke dalam
serviks ketika koitus, yaitu herpes simpleks tipe II, sitomegalovirus, dan human papilloma virus HPV tipe 16 dan 18 Brunner Suddarth,
2001. Infeksi HIV yang berakibat AIDS disertai dengan meningginya resiko atas penyakit ganas, terutama terjadi karena menurunnya
kekebalan Jong, 2004. Dua jenis kanker yang biasanya dihubungkan dengan AIDS, yaitu sarkoma kaposi dan Limfoma non-Hodgkin
Brannon Feist, 2007
1.3 Patofisiologi Kanker 1.3.1 Fase 1 Persiapan
Seperti yang telah dipaparkan diatas ada beberapa faktor penyebab kanker yaitu genetik herediter, efek hormonal, lesi prakanker, faktor
imunologi, faktor lingkungan, gaya hidup dan virus. Hal-hal ini akan memicu terjadinya mutasi gen Dalimartha, 2004. Mutasi gen ini bukan
hanya disebabkan oleh satu agensia karsinogen tetapi beberapa agensia karsinogen sekaligus sahingga pengaruh-pengaruh yang berbeda ini akan
saling menambah atau saling memperkuat jadi mutasi gen pada kanker merupakan multikausal Jong, 2004. Proses mutasi gen terjadi dalam
beberapa stadium yaitu, inisiasi induksi dan promosi. Selama induksi sel pembawa mutasi menjadi matang atau lebih peka terhadap perubahan
lebih lanjut. Pada fase promosi, terjadi mutasi baru. Perubahan ini
Universitas Sumatera Utara
merupakan dasar langsung untuk penyimpangan ganas. Pada fase ini perubahan-perubahan yang terjadi masih bersifat reversibel Dalimartha,
2004. 1.3.2 Fase 2 Stadium pendahuluan menjelang kanker
Pada beberapa jenis kanker ada keadaan pra-ganas yang disebut dengan stadium pendahuluan menjelang kanker. Pada keadaan ini, ketika
dilihat secara mikroskop sel-sel yang berubah tidak menunjukkan kanker yaitu tidak terjadi infiltratif WHO Geneva, 1995.
1.3.3 Fase 3 Fase praklinis Fase ini disebut juga fase lokal in situ. Membutuhkan waktu yang
cukup lama sebelum mengadakan invasi keluar organ metastasis Dalimartha, 2004. Pada fase ini belum menimbulkan keluhan-keluhan
karena sel kanker belum melakukan penyebaran Jong, 2004. 1.3.4 Fase 4 fase klinis
Fase ini merupakan fase terakhir dari proses kanker. Fase klinis dimulai ketika pasien mulai merasakan tanda, gejala atau keluhan
Jong, 2004. Biasanya pasien datang memeriksakan diri ketika mengalami keluhan-keluhan sehingga diagnosa kanker banyak
ditemukan dalam fase terakhir ini Baradero, dkk, 2007. Pada fase ini kanker sering dijumpai telah mengalami metastasis. Metastasis ini
terjadi melaui pembuluh darah dan pembuluh limfe Brannon Feist, 2007. Metastasis terdiri atas sel-sel kanker yang lepas atau gumpalan
Universitas Sumatera Utara
sel-sel ganas yang berasal dari tumor induk Brunner Suddarth, 2001.
1.4 Penanganan Kanker 1.4.1 Pembedahan
Pembedahan kanker dapat dilakukan sebagai pengobatan primer, terapi adjuvan, terapi penyelamatan, terapi paliatif dan terapi kombinasi
Otto, 2003. Pengangkatan kanker secara menyeluruh melalui tindakan
pembedahan masih merupakan modalitas pengobatan yang terbaik dan yang paling sering digunakan Potter Perry, 2005. Kemajuan dalam
tekhnik pembedahan, pengertian yang lebih baik akan pola metastasis dari tumor tumor dan dari perawatan pasca bedah yang intensif kini
membuat suatu tumor dapat diangkat dari hampir seluruh bagian tubuh Otto, 2003.
1.4.2. Radioterapi Adalah suatu tindakan pengobatan kanker dengan memberikan
radiasi ionisasi pada neoplasma. Ada dua jenis radiasi yaitu radiasi internal dan eksternal Potter Perry, 2005. Sel-sel kanker memberikan
respon yang lebih besar terhadap penyinaran ini sehingga sel-sel kanker akan mati sedangkan sel-sel normal yang terkena radiasi mungkin akan
mengalami cedera tetapi dalam derajat yang masih ditoleransi atau diperbaiki Price Wilson, 2005.
Universitas Sumatera Utara
1.4.3 Kemoterapi Merupakan penggunaan preparat antineoplastik sebagai upaya
untuk membunuh sel-sel tumor dengan mengganggu fungsi dan reproduksi selular Potter Perry, 2005. Kemoterapi digunakan untuk
mengobati sel-sel kanker yang tersebar luas hingga tidak mungkin untuk dioperasi atau ditangani dengan radioterapi Price Wilson,
2005.
2. Konsep Nyeri