Hutan Lindung Aek Nauli Kabupaten Simalungun merupakan salah satu kawasan hutan yang potensial untuk habitat dari keanekaragaman tumbuhan lumut.
Hutan tersebut adalah hutan dataran tinggi di daerah Sumatera Utara yang memiliki ketinggian ±1200-1750 mdpl. Kawasan hutan tersebut memiliki bulan basah Curah
Hujan 7200 mmbulan selama sembilan bulan berturut-turut, kisaran suhu antara 15
C - 23 C, serta kelembaban yang tinggi ± 95 BKSDA 1 SUMUT, 2003.
Bryophyta merupakan salah satu bagian kecil dari flora yang belum banyak tergali juga merupakan salah satu bagian penyokong keanekaragaman flora.
Keanekaragaman tumbuhan Bryophyta di wilayah Sumatera belum banyak terungkap khususnya di Hutan Lindung Aek Nauli Simalungun. Hal ini didasarkan hasil
pengecekan spesimen koleksi herbarium di Herbarium Bogoriense tidak pernah ditemukan spesimennya maupun laporannya tentang lumut Sumatera. Berdasarkan
hal tersebut perlu dilakukan penelitian di Hutan Lindung Aek Nauli Simalungun.
1.2. Permasalahan
Permasalahan dalam penelitian ini adalah : 1.
Bagaimana keanekaragaman tumbuhan lumut di Kawasan Hutan Lindung Aek Nauli Simalungun?
2. Bagaimana habitat spesies tumbuhan lumut di Kawasan Hutan Lindung Aek
Nauli Simalungun? 3.
Bagaimana frekuensi jenis tumbuhan lumut di Kawasan Hutan Lindung Aek Nauli Simalungun?
Universitas Sumatera Utara
4. Bagaimana dominansi tumbuhan lumut di Kawasan Hutan Aek Nauli
Simalungun? 5.
Bagaimana asosiasi tumbuhan lumut dengan inangnya?
1.3. Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk : 1.
Mengetahui keanekaragaman spesies tumbuhan lumut di Kawasan Hutan Lindung Aek Nauli Simalungun.
2. Mengetahui habitat spesies tumbuhan lumut di Kawasan Hutan Lindung Aek
Nauli Simalungun. 3.
Mengetahui frekuensi jenis-jenis lumut di Kawasan Hutan Lindung Aek Nauli Simalungun.
4. Mengetahui dominansi jenis-jenis lumut di Kawasan Hutan Lindung Aek Nauli
Simalungun. 5.
Mengetahui Asosiasi tumbuhan lumut dengan inangnya.
1.4. Manfaat
Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk : 1.
Sebagai bahan informasi dan data tentang berbagai jenis tumbuhan lumut Bryophyta di Kawasan Hutan Lindung Aek Nauli Simalungun, sebagai sumber
plasma nutfah yang belum banyak digali manfaatnya. 2.
Sebagai bahan informasi bagi para peneliti agar termotivasi menggali potensi yang terdapat pada lumut sebagai bahan obat-obatan ataupun untuk mengetahui
Universitas Sumatera Utara
jenis struktur kandungan tanah misalnya Polytricum commune yang menunjukkan adanya kapur pada habitatnya.
3. Sebagai sumber informasi bagi Dinas Kehutanan dan masyarakat dalam
pengelolaan konservasi keanekaragaman hayati.
Universitas Sumatera Utara
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Lumut Bryophyta
Lumut merupakan kelompok tumbuhan yang telah beradaptasi dengan lingkungan darat. Kelompok tumbuhan ini penyebarannya menggunakan spora dan
telah mendiami bumi semenjak kurang lebih 350 juta tahun yang lalu. Pada masa sekarang ini Bryophyta dapat ditemukan disemua habitat kecuali di laut Gradstein,
2003. Dalam skala evolusi lumut berada diantara ganggang hijau dan tumbuhan
berpembuluh tumbuhan paku dan tumbuhan berbiji. Persamaan antara ketiga tumbuhan tersebut adalah ketiganya mempunyai pigmen fotosintesis berupa klorofil
A dan B, dan pati sebagai cadangan makanan utama Hasan dan Ariyanti, 2004. Perbedaan mendasar antara ganggang dengan lumut dan tumbuhan
berpembuluh telah beradaptasi dengan lingkungan darat yang kering dengan mempunyai organ reproduksi gametangium dan sporangium, selalu terdiri dari
banyak sel multiselluler dan dilindungi oleh lapisan sel-sel mandul, zigotnya berkembang menjadi embrio dan tetap tinggal di dalam gametangium betina. Oleh
karena itu lumut dan tumbuhan berpembuluh pada umumnya merupakan tumbuhan darat tidak seperti ganggang yang kebanyakan aquatik Tjitrosoepomo, 1989.
Lumut dapat dibedakan dari tumbuhan berpembuluh terutama karena lumut kecuali Polytrichales tidak mempunyai sistem pengangkut air dan makanan. Selain
itu lumut tidak mempunyai akar sejati, lumut melekat pada substrat dengan
Universitas Sumatera Utara
menggunakan rhizoid. Siklus hidup lumut dan tumbuhan berpembuluh juga berbeda Hasan dan Ariyanti, 2004.
Pada tumbuhan berpembuluh, tumbuhan sesungguhnya di alam merupakan generasi aseksual sporofit, sedangkan generasi gametofitnya sangat tereduksi.
Sebaliknya pada lumut, tumbuhan sesungguhnya merupakan generasi seksual gametofit. Sporofit lumut sangat tereduksi dan selama perkembangannya melekat
dan tergantung pada gametofit Polunin, 1990.
2.2. Ciri-ciri Lumut