Kekayaan Jenis Lumut di Kawasan Hutan Aek Nauli

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Kekayaan Jenis Lumut di Kawasan Hutan Aek Nauli

Berdasarkan hasil penelitian tentang keanekaragaman lumut yang telah dilakukan di Kawasan Hutan Lindung Aek Nauli Kabupaten Simalungun diperoleh 21 jenis Lumut yang termasuk ke dalam 10 famili dan 13 genus Tabel 1. Jenis-jenis lumut ini tumbuh pada habitat yang beranekaragam yang meliputi kulit kayu, tanah, batu, daun, ranting dan kayu mati. Tabel 1. Jenis Lumut yang Diperoleh pada lokasi Penelitian di Hutan Aek Nauli No Famili Genus Jenis Habitat Acroporium lamprophyllum Kk Acroporium rufum Kk 1 2 3 Sematophyllaceae 1. Acroporium Acroporium sigmatodontium Kk Bazzania sp. T 4 5 2. Bazzania Bazzania trilobata T 6 Lepidoziaceae 3. Lepidozia Lepidozia sp. Kk, Bc, 4. Bryohumbertia Bryohumbertia walkeri Kk, T 5. Campylopus Campylopus ericoides Bc Dicranoloma braunii D 7 8 9 10 Dicranaceae 6. Dicranoloma Dicranoloma Leucophyllum Km 11 Hypoterygiaceae 7. Hypopterygium Hypopterygium ceylanium R Leucobryum javense T Leucobryum juniperoides Km Leucobryum sanctum T 12 13 14 15 Leucobryaceae 8. Leucobryum Leucobryum sumatranum T 16 Hylocomiaceae 9. Macrothomnium Macrothomnium javense T 17 Polytrichaceae 10. Pogonatum Pogonatum cirratum Kk 18 Rhizogoniaceae 11. Pyrrhobryum Pyrrhobryum spiniforme D 19 Sphagnaceae 12. Sphagnum Sphagnum cuspidatum Kk Thuidium cymbifolium R 20 21 Thuidiaceae 13. Thuidium Thuidium meyenianum Kk, Km, R Keterangan: Kk : Kulit kayu batang pohon, R : ranting, Bc : Batu cadas, D : Daun, T : Tanah, Km : Kayu mati Dari Tabel 1. dapat dilihat bahwa lumut yang ditemukan di hutan Aek Nauli kekayaan jenisnya relatif lebih rendah rendah. Hal ini dapat dibandingkan dari Universitas Sumatera Utara penelitian sebelumnya yang dilakukan di lokasi yang berbeda oleh Damayanti 2006, yang melaporkan di Kebun Raya Cibodas ditemukan 235 jenis dalam 49 famili. Windadri 2007, menambahkan di Kawasan Cagar Alam Kakenauwe dan Suaka Margasatwa Lambusango, Pulau Buton, Sulawesi Tenggara ditemukan 25 jenis lumut. Rendahnya kekayaan jenis lumut di kawasan hutan Aek Nauli kemungkinan diakibatkan oleh kondisi lingkungan yang kurang mendukung untuk pertumbuhannya. Lumut banyak ditemukan pada lokasi yang bervegetasi rapat, teduh, kelembaban cukup tinggi dan datar. Pada lokasi bergelombang dengan kemiringan yang tajam serta lantai hutan berupa batu cadas tidak banyak ditemukan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di hutan Aek Nauli, diperoleh faktor fisik lingkungan sebagai berikut: suhu udara 20,67 °C, kelembaban 90,67, pH tanah di bawah normal yaitu 6,33 dan intensitas cahaya yang cukup tinggi yaitu sebesar 2686.67 lux meter Lampiran 3. Kondisi demikian kurang mendukung pertumbuhan dan perkembangan lumut, terutama intesitas cahaya matahari yang tinggi yang mungkin menyebabkan rendahnya kekayaan jenis lumut di kawasan hutan Aek Nauli. Selain itu, jika dilihat dari keadaan tanahnya yang memiliki tekstur lempung berpasir, lempung berdebu dan lempung berliat menyebabkan tanah tersebut tidak dapat menyimpan air meskipun curah hujan cukup tinggi yaitu berkisar antara 2.525,22 mm pertahun. Lebih lanjut pada Tabel 1. dapat dilihat bahwa habitat lumut di kawasan hutan Aek Nauli ada 6 jenis, yaitu kulit kayu batang pohon, ranting, batu cadas, daun, tanah, dan kayu mati. Kebanyakan lumut tumbuh pada kulit kayu batang pohon dan tanah yang lembab. Tingginya jenis lumut yang tumbuh menumpang pada kulit kayu Universitas Sumatera Utara disebabkan oleh kondisi tekstur kulit kayu di lokasi penelitian yang yang retak atau kasar dan terdapat sedikit serasah serta tanah. Kondisi yang demikian sangat mendukung pertumbuhan dan perkembangan lumut. Hal ini sesuai dengan pernyataan Windadri 2007, bahwa lumut merupakan kelompok tumbuhan kecil yang tumbuh menempel pada substrat berupa pohon, kayu mati, kayu lapuk, serasah, tanah dan batuan. Menurut Damayanti 2006, pada umumnya tumbuhan lumut menyukai tempat-tempat yang basah dan lembab di dataran rendah sampai dataran tinggi. Selanjutnya Richard 1984, menambahkan bahwa pohon merupakan habitat yang kompleks bagi lumut. Perlekatan dan ketahanan hidup lumut pada pohon akan dipengaruhi oleh karakter perubahan kulit kayu dari ranting termuda hingga cabang yang tua. Demikian juga dengan intensitas cahaya yang sampai pada permukaan pohon tersebut juga ikut mempengaruhinya. Famili yang memiliki jenis yang paling banyak adalah Dicranaceae dan Leucobryaceae yaitu diperoleh sebanyak 4 jenis, kemudian diikuti oleh Lepidoziaceae dan Sematophyllaceae sebanyak 3 jenis, famili Thuidiaceae sebanyak 2 jenis dan famili Hypoterygiaceae, Hylocomiaceae, Polytrichaceae, Rhizogoniaceae dan Sphagnaceae masing-masing sebanyak 1 jenis. Persentase jumlah famili yang terdapat di hutan Aek Nauli dapat dilihat pada Gambar 3. berikut ini: Universitas Sumatera Utara Gambar 3. Persentase Jumlah Famili Lumut yang Terdapat di Hutan Aek Nauli Berdasarkan Gambar 3. dapat diketahui bahwa famili Dicranaceae dan Leucobryaceae mempunyai persentase yang paling tinggi yaitu 19, kemudian diikuti oleh Lepidoziaceae dan Sematophyllaceae 14, famili Thuidiaceae 9 dan famili Hypoterygiaceae, Hylocomiaceae, Polytrichaceae, Rhizogoniaceae dan Sphagnaceae masing-masing 5. Tingginya jumlah jenis pada famili Dicranaceae dan Leucobryaceae disebabkan oleh faktor fisik lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan lumut jenis tersebut. Pada lokasi penelitian suhu udara 20,67°C, intensitas cahaya 2686.67 lux meter, dan kelembaban udara 90,67. Berdasarkan kondisi fisik lingkungan yang demikian, dapat dikatakan bahwa di hutan Aek Nauli kondisinya cocok untuk pertumbuhan lumut famili Dicranaceae dan Leucobryaceae. Menurut Furness dan Grime 1982, kebanyakan lumut-lumut famili Dicranaceae dan Leucobryaceae mempunyai suhu optimum untuk pertumbuhan sekitar 15-25ºC. Universitas Sumatera Utara

4.2 Nilai Frekuensi dan Frekuensi Relatif Lumut