mitogen activated protein kinase Map-kinase yang dibutuhkan untuk
perkembangan hifa dan lapisan biofilm Candida albicans.
49,50
Tahap setelah perlekatan adalah invasi yang ditandai dengan terjadinya perubahan khamir ke bentuk hifa filamen. Perubahan bentuk khamir ke hifa sangat
dipengaruhi oleh lingkungan mikro sel inang yang terdeteksi oleh Candida albicans selama proses invasi Brown dan Gow, 1999.
Hifa Candida albicans mempunyai kepekaan untuk menempel sehingga membantu dalam proses infiltrasi pada
permukaan epitel selama invasi jaringan. Kemampuan untuk merubah morfologi merupakan faktor penting dalam menentukan infeksi dan penyebaran Candida
albicans pada jaringan inang.
49,50
2.4 Denture Stomatitis
2.4.1 Definisi
Denture Stomatitis merupakan proses inflamasi dari mukosa rongga mulut,
terutama mukosa palatum dan gingiva, terjadi akibat kontak langsung dengan basis gigitiruan lepasan. Hal ini ditandai dengan terjadinya perubahan seperti eritema, dan
biasanya ditemukan pada kedua rahang, sedangkan mukosa rahang bawah jarang terlibat karena pada rahang bawah aliran saliva sangat baik. Prevalensi berkisar antara
25-67, lebih sering pada wanita, dan prevalensinya meningkat sesuai dengan pertambahan umur.
51-55
2.4.2 Gambaran Klinis
Denture stomatitis memiliki gambaran klinis berupa eritema difus dan
pembengkakan mukosa pada permukaan mukosa yang berkontak dengan gigitiruan.
Universitas Sumatera Utara
Tanda dan gejala pada denture stomatitis disertai dengan perdarahan mukosa, pembengkakan, rasa terbakar, halitosis, perasaan tidak nyaman, dan mulut kering.
Denture stomatitis berhubungan dengan angular seilitis, atrofik glositis, kandidiasis
pseudomembran akut, dan kandidiasis hiperplastik kronis.
52-54
Denture stomatitis dibedakan menjadi tiga tipe berdasarkan klasifikasi
Newton, yaitu :
52-55
1. Tipe 1 : tahap inisial berupa petechiae bintik merah yang terlokalisir atau tersebar pada mukosa palatum yang berkontak dengan gigitiruan
2. Tipe 2 : terjadi eritema difus dan edema terbatas pada daerah mukosa palatum yang ditutupi gigitiruan tipe yang paling sering terjadi Gambar 5
Gambar 5. Eritema difus dan edema terbatas pada daerah mukosa palatum
tanda panah
55
3. Tipe 3 : hiperplasia papila dengan eritema difus Gambar 6. Newton tipe
3 lima kali lipat lebih sering terjadi pada gigitiruan basis akrilik dari pada gigitiruan kerangka logam
Universitas Sumatera Utara
Gambar 6. Hiperplasia papila dengan eritema difus tanda panah
55
2.4.3 Mekanisme Terjadinya Denture Stomatitis Akibat Plak Gigitiruan
Denture stomatitis merupakan proses inflamasi yang umumnya melibatkan
mukosa pada bagian palatal karena tertutup oleh gigitiruan penuh atau sebagian.
51
Etiologi denture stomatitis adalah multifaktoral, terbagi atas dua faktor yaitu faktor utama dan faktor predisposisi.
Faktor-faktor utama yang dapat menyebabkan terjadinya denture stomatitis adalah :
50,53,55
1. Faktor gigitiruan Denture stomatitis
tidak akan terjadi tanpa adanya gigitiruan. Denture stomatitis
disebabkan oleh gigitiruan yang tidak retentif, tidak stabil, trauma akibat gigitiruan, dan pemeliharaan gigitiruan yang tidak baik.
2. Faktor infeksi Infeksi diakibatkan oleh akumulasi bakteri dan jamur yang dapat mengganggu
keseimbangan bakteri normal dalam rongga mulut. Jamur patogen oportunistik Candida albicans
merupakan faktor etiologi denture stomatitis yang paling penting.
Universitas Sumatera Utara
Faktor-faktor predisposisi yang dapat menyebabkan terjadinya denture stomatitis
adalah :
50,53,55
1. Faktor sistemik Faktor sistemik penyebab denture stomatitis yaitu fisiologi usia tua,
disfungsi endokrin, defisiensi nutrisi, neoplasma, immunosupresi, dan antibiotik spektrum luas.
2. Faktor lokal Faktor lokal penyebab denture stomatitis yaitu antimikroba dan topikal
maupun kortikosteroid inhalasi, diet tinggi karbohidrat, konsumsi tembakau dan alkohol, hiposalivasi, oral hygiene yang buruk, serta pemakaian gigitiruan khususnya
pada malam hari. Permukaan gigitiruan yang mempunyai porositas memungkinkan terjadinya
perlekatan mikroorganisme dengan cara menembus gigitiruan dan perlekatan kimia terjadi pada permukaan yang tidak rata.
Pada permukaan yang tidak dipolis yang kontak dengan mukosa merupakan tempat proliferasi bagi Candida albicans yang
akan menyebabkan terbentuknya plak.
54
Plak pada gigitiruan mengandung lebih dari 10
11
organisme per gram berat basah. Penelitian dengan menggunakan sinar dan mikroskop elektron menunjukkan
bahwa plak gigitiruan memiliki struktur yang sama dengan plak gigi. Flora mikrobial dasar pada plak gigitiruan mirip dengan plak gigi, tetapi pada plak gigitiruan
memiliki jumlah Candida albicans lebih banyak.
16
Plak gigi mulai terbentuk sebagai tumpukan dan kolonisasi mikroorganisme pada permukaan enamel dalam 3-4 jam sesudah gigi dibersihkan dan mencapai
Universitas Sumatera Utara
ketebalan maksimal pada hari ke tiga puluh. Pada awal pembentukan plak, jenis
kokus gram positif, terutama Streptococcus sp paling banyak dijumpai. Kolonisasi pertama terdiri dari Steptococcus sanguis, Steptococcus mitis, Streptococcus
salivarius dan beberapa strain lainnya. Setelah itu, berbagai jenis mikroorganisme
lainnya memasuki plak gigi.
56
Penelitian melaporkan bahwa, Candida albicans tidak akan melekat pada resin akrilik tanpa adanya kolonisasi Streptococcus sanguis dan
Streptococcus salivarius terlebih dahulu.
50
Peristiwa masuknya mikroorganisme lainnya setelah kolonisasi pertama oleh Streptococcus sp disebut Phenomena of
Cession.
50,56
Mikroorganisme tersebut akan menghasilkan produk metabolisme yang dapat menyebabkan peradangan jaringan mukosa mulut yang disebut denture
stomatitis .
53,54,56-58
Marinka, Lada, dan Ivana 2000 melaporkan bahwa kebersihan rongga mulut dan gigitiruan merupakan faktor lokal pertama dalam perkembangan
denture stomatitis , dibandingkan dengan faktor-faktor lain seperti jumlah saliva,
umur, dan umur gigitiruan.
51
Pada denture stomatitis proporsi Candida albicans pada plak gigitiruan akan meningkat sampai di atas 100x lipat, namun jumlah khamir yang
dapat dikultur dari gigitiruan kurang dari 1.
53
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian Eksperimen Laboratoris
3.2 Sampel dan Besar Sampel Penelitian
3.2.1 Sampel Penelitian Sampel pada penelitian ini menggunakan resin akrilik polimerisasi panas yang
dibuat dalam bentuk lempeng uji dengan ukuran 10x10x1mm.
14
3.2.2 Besar Sampel Penelitian
Jumlah sampel penelitian berdasarkan rumus sebagai berikut:
59
t-1 r-1 ≥ 15
Keterangan : t : jumlah perlakuan
r : jumlah ulangan Dalam penelitian ini akan diberikan perlakuan pada rebusan daun sirih 25,
klorheksidin glukonat 0,2,dan NaCl 0,9 steril sebagai kontrol, sehingga t = 3. Berdasarkan rumus di atas, maka jumlah sampel n tiap kelompok dapat ditentukan
sebagai berikut : 3-1 r-1
≥ 15 2r-1
≥ 15
Universitas Sumatera Utara