25 4.
Cahaya Cahaya sangat berpengaruh pada proses pertumbuhan bakteri. Umumnya
cahaya merusak sel mikroorganisme yang tidak berklorofil. Sinar ultraviolet dapat menyebabkan terjadinya ionisasi komponen sel yang berakibat menghambat
pertumbuhan atau menyebabkan kematian. Pengaruh cahaya terhadap bakteri dapat digunakan sebagai dasar proses sterilisasi atau pengawetan bahan makanan.
5. Pengaruh oksigen
Mikroorganisme sering dibagi menjadi 4 kelompok berdasarkan kebutuhannya akan oksigen Lay, 1994 yaitu:
- aerob obligat, yaitu mikroorganisme yang memerlukan oksigen untuk
hidupnya -
anaerob obligat, yaitu mikroorganisme yang tidak dapat hidup bila ada oksigen
- anaerob fakultatif, yaitu mikroorganisme yang mampu tumbuh dalam
lingkungan dengan ataupun tanpa oksigen -
mikroaerofil, yaitu mikroorganisme yang memerlukan oksigen, namun hanya dapat tumbuh bila kadar oksigen diturunkan menjadi 15 atau
kurang.
2.5 Uji Aktivitas Antibakteri
Aktivitas antimikroba diukur secara in vitro untuk menentukan: 1.
Potensi zat antimikroba dalam larutan. 2.
Konsentrasinya dalam cairan tubuh dan jaringan. 3.
Kepekaan mikroorganisme terhadap obat pada konsentrasi tertentu.
Universitas Sumatera Utara
26 Aktivitas potensi antibakteri dapat ditunjukkan pada kondisi yang sesuai
dengan efek daya hambatnya terhadap bakteri. Ada dua metode umum yang dapat digunakan yaitu metode difusi dan metode dilusi Pratiwi, 2008.
1. Metode difusi
Metode difusi untuk menentukan aktivitas agen antimikroba. Piringan yang berisi agen antimikroba diletakkan pada media agar yang telah ditanami
mikroorganisme yang akan berdifusi pada media agar tersebut. Area jernih mengindikasikan adanya hambatan pertumbuhan mikroorganisme oleh agen
antimikroba pada permukaan media agar Pratiwi, 2008. Luasnya wilayah jernih merupakan petunjuk kepekaan mikroorganisme
terhadap antimikroba, selain itu luasnya wilayah juga berkaitan dengan kecepatan berdifusi antimikroba dalam medium. Kecepatan difusi ini harus diperhitungkan
dalam penentuan keampuhan antimikroba Lay, 1994. Metode difusi dipengaruhi banyak faktor fisik dan kimiawi di samping
interaksi antara obat dan organisme misalnya, sifat perbenihan dan daya difusi, ukuran molekul, dan stabilitas obat, meskipun demikian dengan standarisasi
keadaan akan memungkinkan pengukuran kuantitatif potensi obat dan kepekaan mikroorganisme Jawetz, dkk., 1996.
2. Metode dilusi
Metode dilusi terdiri menjadi dua tahap. Tahap awal disebut metode dilusi cairbroth dilution test. Metode ini mengukur MIC minimum inhibitory
concentration atau kadar hambat minimum, KHM dan MBC minimum bactericidal concentration atau kadar bunuh minimum, KBM. Cara yang
dilakukan adalah dengan membuat seri pengenceran agen antimikroba pada
Universitas Sumatera Utara
27 medium cair yang ditambahkan dengan mikroba uji. Larutan uji agen antimikroba
pada kadar terkecil yang terlihat jernih tanpa penambahan mikroba uji ataupun agen antimikroba dan inkubasi selama 18 - 24 jam. Media cair yang tetap terlihat
jernih setelah inkubasi ditetapkan sebagai KBM. Tahap selanjutnya disebut metode dilusi padatsolid dilution test. Metode ini serupa dengan metode dilusi
cair namun menggunakan media padat solid. Keuntungan metode ini adalah satu konsentrasi agen mikroba yang diuji dapat digunakan untuk menguji beberapa
mikroba uji Pratiwi, 2008. Bahan kimia yang digunakan dalam pengobatan kemoterapeutik
menjadi pilihan bila dapat mematikan dan bukan hanya menghambat pertumbuhan mikroorganisme Lay, 1994.
Metode lain yang digunakan untuk menguji aktivitas antimikroba adalah uji bioautografi. Uji bioautografi adalah metode spesifik untuk mendeteksi bercak
pada kromatogram hasil KLT kromatografi lapis tipis yang memiliki aktivitas antibakteri, antifungi, dan antivirus, sehingga mendekatkan metode separasi dan
uji biologis. Keuntungan metode ini adalah sifatnya yang efisien untuk mendeteksi senyawa antimikroba karena letak bercak dapat ditentukan walaupun
berada dalam campuran yang kompleks sehingga memungkinkan untuk mengisolasi senyawa aktif tersebut. Kerugiannya adalah metode ini tidak dapat
digunakan untuk menentukan KHM dan KBM Pratiwi, 2008.
Universitas Sumatera Utara
28
BAB III METODE PENELITIAN
Metode Penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental, yang meliputi pengumpulan produk gel anti jerawat secara purposif, penyiapan sampel
uji dan inokulum bakteri serta pengujian aktivitas bakteri terhadap produk tersebut secara mikrobiologi.
Mikroba uji yang digunakan adalah bakteri Propionibacterium acne. Metode yang digunakan adalah metode difusi agar
menggunakan pencadang kertas. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, Medan.
3.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah laminar airflow cabinet Astec HLF 1200 L, oven Gallenkamp, autoklaf Fison, inkubator
Memmert, lemari pendingin Toshiba, neraca analitik Mettler AE 200, spektrofotometer, kuvet, jarum ose, bunsen, mikro pipet Eppendorf, pipet tetes,
aluminium foil, kertas perkamen, tissu, pencadang kertas, cawan petri, kapas steril, jangka sorong, spatula, batang pengaduk, vial dan peralatan gelas di
laboratorium.
3.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah etanol 96, akuades, Propionibacterium acne ATCC 6919, media nutrient agar NA,
Universitas Sumatera Utara