7 2.
Dermis Daerah dermis didefinisikan dengan perbedaan di dalam struktur
pembentuk dan biokimia dari makromolekul jaringan penghubungnya, jenis, dan densitas sel-sel penyusunnya dan berhubungan dengan bahan-bahan
mikrovaskulator. Masing-masing menangani secara berbeda pada penyakit sistemik, penyakit genetik, dan serangan lingkungan. Daerah papilar dan retikular
pada dermis adalah dua daerah utama Soter and Baden, 1984. 3.
Jaringan Subkutan Berlemak Jalan masuk utama dari penetrasi obat lebih banyak melalui epidermis
daripada melalui kelenjar lemak atau kelenjar keringat, secara mudah dapat dijelaskan karena luas pemukaan epidermis 100 atau 1000 kali lebih besar
daripada kedua yang lain Anief, 1977.
2.1.2 Fungsi kulit
Menurut Syaifuddin 2001 kulit pada manusia mempunyai fungsi yang sangat penting, diantaranya:
1. Fungsi proteksi
Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis atau mekanis, misalnya terhadap gesekan, tarikan, dan gangguan kimiawi
yang dapat menimbulkan iritasi dan juga menjaga bagian tubuh terhadap gangguan panas, misalnya radiasi, sinar ultraviolet dan
gangguan infeksi dari luar, misalnya bakteri dan jamur. Proteksi rangsangan kimia dapat terjadi karena sifat stratum korneum
impermeabel terhadap berbagai zat kimia dan air, di samping itu, terdapat lapisan keasaman kulit yang melindungi kontak zat kimia
Universitas Sumatera Utara
8 dengan kulit. Lapisan keasaman kulit terbentuk dari hasil ekskresi
keringat dan sebum yang menyebabkan keasaman kulit antara pH 5 - 6,5 yang merupakan perlindungan terhadap infeksi, jamur dan sel-sel
kulit yang telah mati dan melepaskan diri secara teratur. 2.
Fungsi absorpsi Permeabilitas kulit terhadap oksigen, karbon dioksida, dan uap air
memungkinkan kulit ikut mengambil bagian pada fungsi respirasi. Kemampuan absorpsi kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit,
hidrasi, kelembaban dan metabolisme. Penyerapan dapat berlangsung melalui celah antarsel yang menembus sel-sel epidermis atau melalui
saluran kelenjar dan yang lebih banyak melalui sel-sel epidermis. 3.
Fungsi eksresi Kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan zat yang tidak berguna lagi atau
zat sisa metabolisme dalam tubuh berupa NaCl, urea, asam urat, dan amonia. Sebum yang diproduksi oleh kulit berguna untuk melindungi
kulit karena lapisan sebum ini menahan air yang berlebihan sehingga kulit tidak menjadi kering. Produksi kelenjar lemak dan keringat
menyebabkan keasaman pada kulit. Keasaman pada kulit merupakan salah satu faktor pertahanan alami kulit terhadap mikroorganisme.
4. Fungsi persepsi
Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis. Untuk rangsangan panas diterima dermis dan subkutis, sedangkan
untuk rangsangan dingin terjadi di dermis.
Universitas Sumatera Utara
9 5.
Fungsi pengaturan suhu tubuh Kulit melakukan peran ini dengan cara mengeluarkan keringat dan
kontraksi otot dengan pembuluh darah kulit. Kulit kaya akan pembuluh darah sehingga memungkinkan kulit mendapat nutrisi yang cukup
baik. 6.
Fungsi pembentukan pigmen Sel pembentuk pigmen melanosit terletak pada lapisan basal dan sel
ini berasal dari rigi saraf. Melanosit membentuk warna kulit. Enzim melanosom dibentuk oleh alat golgi dengan bantuan tirosinase, ion Cu,
dan oksigen. Sinar matahari mempengaruhi melanosom. 7.
Fungsi keratinisasi Keratinosit dimulai dari sel basal yang mengadakan pembelahan. Sel
basal yang lain akan berpindah ke atas dan berubah bentuk menjadi sel granulosum. Semakin lama intinya menghilang dan keratinosit ini
menjadi sel tanduk yang amorf. Proses ini berlangsung terus-menerus melalui proses sintesis dan degenerasi menjadi lapisan tanduk yang
berlangsung kira-kira 14 - 21 hari dan memberikan perlindungan kulit terhadap infeksi secara mekanis fisiologis. Proses keratinisasi yang
baik pada kulit membuat kulit menjadi lebih sehat karena sel kulit dapat beregenerasi.
8. Fungsi pembentukan vitamin D
Vitamin D berlangsung dengan mengubah dihidroksi kolesterol dengan pertolongan sinar matahari.
Universitas Sumatera Utara
10 Kulit manusia dalam keadaan normal senantiasa ditumbuhi sejumlah
mikroorganisme yang disebut “resident flora”. Beberapa mikroorganisme tumbuh pada kulit karena terkontaminasi oleh udara yang mengandung mikroorganisme
dan sifatnya hanya untuk sementara waktu “transience flora” Tranggono dan Latifah, 2007.
Kulit senantiasa berhubungan dengan bakteri dari udara atau dari benda- benda di sekitarnya, tetapi kebanyakan bakteri ini tidak tumbuh pada kulit karena
kulit tidak sesuai untuk pertumbuhannya. Kulit mempunyai keragaman yang luas dalam hal struktur dan fungsi di berbagai bagian tubuh. Perbedaan-perbedaan ini
berfungsi sebagai faktor ekologis selektif untuk menentukan tipe dan jumlah mikroorganisme yang terdapat pada setiap bagian kulit. Pada umumnya beberapa
bakteri yang ada pada kulit tidak mampu bertahan hidup lama karena kulit mengeluarkan substansi bakterisida. Sebagai contoh, kelenjar keringat
mengekskresikan lisozim, suatu enzim yang dapat menghancurkan dinding sel bakteri. Kelenjar lemak mengekskresikan lipid yang kompleks, yang mungkin
diuraikan sebagian oleh beberapa bakteri; asam-asam lemak yang dihasilkannya sangat beracun bagi bakteri-bakteri lain Irianto, 2006.
2.1.3 Mekanisme pertahanan kulit