Waktu Sirkulasi Waktu Henti Layover Time Jumlah Armada yang Dibutuhkan

Reynold R. Batubara : Evaluasi Jumlah Armada Angkutan Umum Di Kota Medan Stusi Kasus: Angkutan Umum Kpum Trayek 66, 2007. USU Repository © 2009

II.5.6. Waktu Sirkulasi

Waktu sirkulasi pada angkutan umum adalah waktu perjalanan yang diperlukan untuk melintas dari rute awal ke rute akhir dan kembali ke rute awal ABA. Waktu sirkulasi dengan pengaturan kecepatan kendaraan rata-rata 20 km per jam dengan deviasi waktu sebesar 5 dari waktu perjalanan. Waktu sirkulasi dihitung dengan rumus: C T ABA = T AB + T BA + σ AB 2 + σ BA 2 + TTA + TTB….................2.5 Dimana: C T ABA = waktu sirkulasi dari A ke B, kembali ke A T AB = waktu perjalanan dari A ke B T BA = waktu perjalanan dari B ke A σ AB = deviasi waktu perjalanan dari A ke B σ BA = deviasi waktu perjalanan dari B ke A TTA = waktu henti kendaraan di A TTB = waktu henti kendaraan di B

II.5.7. Waktu Henti Layover Time

Waktu henti dalam suatu masa waktu dapat ditambahkan pada akhir perjalanan atau di tengah perjalanan yang panjang atau waktu yang digunakan angkutan umum selama di terminal. Hal ini berguna untuk mengatur operasi kendaraan dan memberikan kesempatan pada pihak operator untuk istirahat. Waktu henti kendaraan di asal atau di tujuan TTA atau TTB ditetapkan sebesar 10 dari waktu perjalanan antar A dan B. Reynold R. Batubara : Evaluasi Jumlah Armada Angkutan Umum Di Kota Medan Stusi Kasus: Angkutan Umum Kpum Trayek 66, 2007. USU Repository © 2009

II.5.8. Jumlah Armada yang Dibutuhkan

Peningkatan kebutuhan akan bepergian mengharuskan pula peningkatan sediaan kendaraan, baik kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. Salah satu tolok ukur keberhasilan pengelolaan perangkutan adalah terpenuhinya kebutuhan kendaraan atau armada yang siap operasi pada saat diperlukan dalam jumlah yang optimal. Hal ini berhubungan dengan berapa kapasitas yang harus disediakan untuk mengangkut, berapa jumlah calon penumpang atau barang, dari mana asalnya, ke mana tujuannya, dan kapan waktunya. Pengertian optimal dalam hal ini adalah kapasitas tersedia sedemikian rupa sehingga mampu memberikan pelayanan yang maksimal pada masa sibuk, namun tidak terlalu banyak kendaraan yang menganggur pada masa sepi. Masalah ini menjadi sangat penting bagi pengelola angkutan, dalam kasus di Indonesia adalah Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan, dengan tujuan: a. Mencapai hasil optimal yakni keseimbangan sediaan dan permintaan di setiap sektor pelayanan; b. Menjadi pedomanacuan bagi Pemda dalam memberikan izin operasi angkutan umum; c. Menghindarkan persaingan tidak sehat di antara pelayan jasa angkutan; d. Menghindarkan ‘rebutan’ muatan di antara pelayan jasa angkutan; e. Menghindarkan menumpuknya trayek pada ruas jalan tertentu; f. Menjalin keandalan layanan jasa angkutan bagi masyarakat. Secara keseluruhan, pada satu sisi adalah menjamin dunia usaha agar tetap mampu mengembangkan diri karena dapat meraih keuntungan yang wajar dari Reynold R. Batubara : Evaluasi Jumlah Armada Angkutan Umum Di Kota Medan Stusi Kasus: Angkutan Umum Kpum Trayek 66, 2007. USU Repository © 2009 usaha layanan jasa angkutan. Di sisi lain, layanan kepada masyarakat dapat terjaga pada tingkat maksimal. Dalam menentukan jumlah armada yang dibutuhkan untuk melayani suatu trayek dari sistem angkutan umum berdasarkan waktu tempuh terdapat beberapa variabel utama yang perlu diketahui. Adapun variabel tersebut adalah: 1. Volume: jumlah kendaraan yang dibutuhkan untuk melayani suatu trayek 2. Waktu tempuh: waktu perjalanan yang diperlukan untuk melintas dari ujung ke ujung rute. 3. Headway: selang waktu keberangkatan kendaraan. Hubungan dasar dari ketiga variabel tersebut selanjutnya dinyatakan dalam sebuah hubungan matematis, yaitu: V = H CT ……………………………….………….……….…2.6 Dimana: V = volumejumlah kendaraan unit CT = waktu tempuh menit H = headway menit Selanjutnya, besar kecilnya nilai waktu tempuh ditentukan oleh kecepatan dan jarak. Dengan meningkatkan kecepatan akan mempersingkat waktu tempuh dan waktu sirkulasi, sehingga volume yang diperlukan semakin sedikit. Sedangkan untuk menentukan jumlah armada yang dibutuhkan untuk melayani suatu trayek dari sistem angkutan umum per waktu sirkulasinya, yaitu waktu yang dibutuhkan dari A ke B, kembali ke A; berdasarkan Keputusan Dirjen Perhubungan Darat No. 687 tahun 2002 tentang Penyelenggaraan Angkutan Reynold R. Batubara : Evaluasi Jumlah Armada Angkutan Umum Di Kota Medan Stusi Kasus: Angkutan Umum Kpum Trayek 66, 2007. USU Repository © 2009 Penumpang Umum di Wilayah Perkotaan Dalam Trayek Tetap dan Teratur, ditetapkan berdasarkan rumus sebagai berikut: K = HxfA CTABA ……………………………….……….……….…2.7 Dimana: K = jumlah armada per waktu sirkulasi unit kendaraan CTABA = waktu sirkulasi kendaraan dari A ke B, kembali ke A menit H = headway menit fA = faktor ketersediaan kendaraan 100 Dan kebutuhan armada pada periode sibuk yang diperlukan dihitung dengan rumus: K’ = K CTABA W .…………………………………………….…2.8 Dimana: K’ = kebutuhan armada pada periode sibuk trip kendaraan K = jumlah armada per waktu sirkulasi unit kendaraan W = periode jam sibuk menit CT ABA = waktu sirkulasi kendaraan dari A ke B, kembali ke A menit

II.6. Indikator Kualitas Pelayanan Angkutan Umum