Perhitungan Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan di KPP Pratama Lubuk Pakam
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEUANGAN
PERHITUNGAN PEMOTONGAN DAN PEMUNGUTAN PAJAK PENGHASILAN DI KPP PRATAMA LUBUK PAKAM
TUGAS AKHIR
Diajukan Oleh:
NITA RIZKI K.SIREGAR 122101016
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Pada Program Diploma III
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2015
(2)
(3)
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis ucapkan Kepada Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan Anugerahnya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini berjudul “ Perhitungan Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan di KPP Pratama Lubuk Pakam”. Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi dan do’a dari berbagai pihak selama penulisan Tugas Akhir ini. Khususnya kepada kedua orangtua penulis yang telah memberikan dukungan motivasi maupun materi kepada penulis. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac, Ak selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Dr. Yeni Absah,SE,M.Si selaku Ketua Program Studi Diploma III
Jurusan Manajemen Keuangan.
3. Ibu Beby Kendida Hsb,SE,M.Si sebagai dosen pembimbing yang bersedia
meluangkan waktu, memberikan arahan serta masukan yang bermanfaat kepada penulis selama prosen penyelesaian Tugas Akhir ini.
4. Bapak Ibu dosen pengajar serta seluruh staf pegawai Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
5. Putra Ramadhansyah Napitupulu, Novriyanti, Elma Fadma Nolda, Giot
(4)
ii
6. setia mendukung dan memberikan motivasi selama proses penyelesaian
Tugas Akhir ini.
7. Seluruh Teman-teman Di Program Studi Manajeman Keuangan Group A
Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna, untuk itu dengan hati yang tulus dan ikhlas penulis megharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun dari pembaca Khususnya Bapak/Ibu Dosen yang dapat berguna untuk menyempurnakan Tugas Akhir ini.
Medan, 15 Juni 2015
Penulis
Nita Rizki K.Siregar
(5)
iii
Halaman
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... ii
DAFTAR TABEL ... iv
DAFTAR GAMBAR ... v
DAFTAR LAMPIRAN ... vi
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 3
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 3
1.3.1 Tujuan Penelitian ... 3
1.3.2 Manfaat Penelitian ... 4
BAB II PROFIL PERUSAHAAN ... 5
2.1 Sejarah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam .. 5
2.2 Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama ... 8
2.3 Kebijakan Kantor Pelayanan Pajak Pratama ... 9
2.4 Tugas Kantor Pelayanan Pajak Pratama ... 10
2.5 Fungsi Kantor Pelayanan Pajak Pratama ... 10
2.6 Struktur Organisasi ... 11
2.7 Deskripsi Tugas ... 11
(6)
iv
BAB III PEMBAHASAN ... 16
3.1 Pengertian Pajak... 16
3.2 Fungsi Pajak ... 17
3.3 Jenis Pajak ... 18
3.4 Cara Pemungutan Pajak ... 19
3.5 Sistem Pemungutan Pajak ... 19
3.6 Tarif Pajak ... 20
3.7 Sarana Perpajakan ... 21
3.8 Pengertian gaji dan upah ... 24
3.9 Pengertian Pajak Penghasilan ... 25
3.10 Tarif Pajak Pengasilan ... 26
3.11 Penghasilan yang dikenakan PPh Pasal 21 ... 29
3.12 Prinsip Dasar Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan 33 3.13 Cara Menghitung Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 di KPP Pratama Lubuk Pakam ... 34
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN... 42
4.1 Kesimpulan ... 42
4.2 Saran ... 42
DAFTAR PUSTAKA……… . 43
(7)
v
NAMA JUDUL HALAMAN
Tabel 3.1 Lapisan Penghasilan Kena Pajak ... 32
Tabel 3.2 PPh Pasal 21 atas gaji dan Bonus (penghasilan setahun)... 36
Tabel 3.3 PPh Pasal 21 atas gaji setahun ... 37
Tabel 3.4 PPh Pasal 21 atas bonus ... 38
Tabel 3.5 Cara menghitung PPh Pasal 21 atas gaji karyawan ... 39
Tabel 3.6 Perhitungan PPh Pasal 21 terhadap pegawai yang menerima Tunjangan Pajak ... 40
(8)
vi
DAFTAR GAMBAR
NAMA JUDUL HALAMAN
(9)
vii NAMA JUDUL
Lampiran I : Daftar Gaji Pegawai Golongan II Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam
(10)
1 BAB 1
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Sejalan dengan Perkembangan yang dialami Bangsa dan Negara Indonesia di berbagai sektor seperti ekonomi dan bisnis sosial, politik dan juga hubungan antar Negara (Internasional), pemerintah terus berupaya untuk memperbaiki beberapa peraturan (regulation) khususnya aturan-aturan yang berkenaan dengan perpajakan. Hal ini terlihat dari terjadinya perubahan-perubahan terhadap peraturan perpajakan dan reformasi perpajakan (tax reform)
Pajak merupakan alat bagi pemerintah didalam mencapai tujuan untuk mendapatkan penerimaan baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung dari masyarakat, guna membiayai pengeluaran rutin serta pembangunan sosial dan ekonomi warga negara dan anggota masyarakat untuk membiayai keperluan negara berupa pembangunan nasional yang pelaksanaannya diatur dalam Undang-Undang dan peraturan untuk tujuan kesejahteraan bangsa dan negara.
Fakta yang ada menunjukkan bahwa sebagian besar penerimaan negara Indonesia adalah dari sektor pajak. Suatu negara yang memiliki penerimaan pajak yang tinggi akan dapat membiayai pembangunan nasional dari kekuatannya sendiri,dengan demikian perekonomian negara tersebut menjadi kokoh dan tidak perlu lagi tergantung dengan pinjaman negara maju lainnya atau lembaga pembiayaan Internasional lainnya.
(11)
Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan adalah suatu mekanisme yang memberikan penugasan dan tanggung jawab kepada pihak ketiga untuk melakukan pemotongan atau pemungutan pajak penghasilan yang terutang pada suatu transaksi yang dikenakan pajak. Sesuai dengan sitem pemungutan pajak yang berlaku di Indonesia yaitu Self Assestment System, yaitu system pemungutan pajak yang memberi wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak,dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Pemotong dan pemungut pajak bukanlah subjek pajak namun, diberi tanggung jawab untuk memotong, memungut dan menyetorkan serta melaporkan pemotongan dan pemungutan pajak yang dilakukannya. Yang menjadi Subjek Pajak adalah penghasilan, dan objek pajaknya adalah penghasilan yang diterima
atau diperoleh. Tanggung jawab pelaksanaan mekanisme witholding tax system
diberikan oleh undang-undang kepada pemotong dan pemungut pajak sehingga terdapat sanki-sanksi perpajakan dan tidak terdapat ketidakpatuhan atau penyalahgunaan dalam menjalankan kewajiban sebagai pemotong atau pemungut pajak.
Peraturan yang sudah ditetapkan pemerintah harus dilaksanakan dengan sebenar-benarnya. Namun sejauh mana peraturan-peraturan pemerintah mengenai Pajak Penghasilan khususnya pada perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 yang telah dipahami,diterapkan dan diaplikasikan dalam praktiknya oleh subjek
(12)
3
pajak terhadap objek-objek pajak yang telah ditentukan pemerintah saat ini,perlu diteliti untuk mengetahui dan mengukur tingkat pemahaman dan ketaatan para wajib pajak terhadap peraturan dan ketetapan dari pemerintah.
Berdasarkan uraian diatas,penulis tertarik untuk mebahas permasalahan ini kedalam suatu penelitian dengan mengambil judul “ Perhitungan dan Pemotongan Pajak Penghasilan di KPP Pratama Lubuk Pakam “
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut : “ Apakah KPP Pratama Lubuk Pakam telah melakukan Perhitungan Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan (PPh) pasal 21 sesuai dengan Undang-undang No.36 Tahun 2008 tentang pajak penghasilan yang berlaku di Indonesia?
1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah KPP Pratama Lubuk Pakam telah melakukan Perhitungan dan Pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 telah sesuai dengan Undang-Undang No.36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan yang berlaku di Indonesia.
(13)
1.3.2 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah :
1. Sebagai masukan pada KPP Pratama Lubuk Pakam dalam hal Perhitungan
Pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21
2. Untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan penulis mengenai perhitungan
Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21
3. Sebagai tambahan informasi dan pengetahuan tentang Perhitungan dan
(14)
5 BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
2.1 Sejarah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam Untuk mengimplementasikan konsep administrasi perpajakan modern yang berorientasi pada pelayanan dan pengawasan, maka struktur organisasi Direktorat Jenderal Pajak perlu di ubah, baik dilevel kantor pusat sebagai pembuat kebijakan maupun dilevel kantor operasional sebagai pelaksana implementasi kebijakan.
Sebagai langkah pertama, untuk memudahkan Wajib Pajak, kantor pajak dibagi atas 3 jenis, yaitu Kantor Pelayanan Pajak (KPP), Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KPPBB), Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan (Karipka), dilebur menjadi Kantor Pelayanan Pajak (KPP). Struktur yang berbasis fungsi yang diterapkan kepada KPP dengan system administrasi yang modern untuk dapat merealisasikan debirokratisasi pelayanan sekaligus melaksanakan pengawasan terhadap wajib pajak secara lebih sistematis berdasarkan analisis resiko unit vertical Direktorat Jenderal Pajak dibedakan berdasarkan segmentasi Wajib Pajak, yaitu KPP Wajib Pajak Besar, KPP Madya, dan KPP Pratama.
Dengan pembagian seperti ini, diharapkan strategi dan pendekatan terhadap wajib pajak pun dapat disesuaikan dengan karekteristik wajib pajak yang ditangani, sehingga hasil yang diperoleh dapat lebih optimal. Pada
(15)
Tahap pertama, dibentuk Kantor Wilayah (Kanwil) dan Kedua dibentuk Kantor Pelayanan Pajak Wajib Pajak Besar pada bulan
Juli Tahun 2002 untuk mengasministrasikan 300 wajib Badan terbesar di seluruh Indonesia sebagai Pilot Project. Karena Program modernisasi yang diterapkan pada Kantor Pelayanan Pajak Wajib Pajak (KPPWP) besar dianggap cukup berhasil maka konsep yang kurang lebih sama dicoba untuk diterapkan pada KPP lain secara bertahap. Dimana sampai akhir tahun 2007, 22 Kanwil dan 202 KPP (3 KPP WP besar,28 KPP Madya,dan 171 KPP Pratama) telah berhasil dimodernisasi. Pada akhir tahun 2006, struktur organisasi KPP Direktorat Jenderal Pajak bersamaan dengan Penerapan administrasi dengan dibentuknya 128 KPP Pratama untuk menggantikan seluruh kantor pajak yang ada di daerah tersebut. Perbedaan utama antara KPP Pratama dengan KPP Wajib Pajak Besar maupun Madya antara lai dengan adanya seksi Ekstensifikasi pada KPP Pratama, sehingga dapat dikatakan pula KPP Pratama merupakan ujung tombak bagi Direktorat Jenderal Pajak untuk menambah rasio perpajakan di Indonesia.
Kantor Pelayanan Pajak adalah Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak yang berada dibawah ini akan bertanggung jawab langsung kepada kepala kantor.
KPP Pratama akan melayani Pajak Penghasilan (PPH), Pajak Pertambahan nilai (PPN), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), dan Bea Perolehan Hak atas tanah dan Bangunan (BPHTB). Selain itu KPP Pratama
(16)
7
juga melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan tetapi bukan sebagai lembaga yang memutuskan keberatan, struktur organisasi organisasi KPP Pratama berdasarkan fungsi pajak bukan jenis pajak.
Pada KPP Pratama terdapat Account Representative (AR) yang memiliki tugas antara lain memantau keadaan Wajib Pajak dan penghubung wajib pajak untuk berkonsultasi. Keberadaan AR disetiap KPP Pratama merupakan bentuk peningkatan pelayanan wajib pajak untuk berkonsultasi. Dengan perubahan struktur organisasi baru, maka wajib pajak akan dilayani oleh AR yang telah ditunjuk sehingga akan terjalin saling keterbukaan.
Pembentukan KPP Pratama merupakan bagian program reformasi birokrasi perpajakan yang sifatnya komperhensif dan telah berjalan sejak tahun 2002 ditandai dengan terbentuknya kantor Wilayah (Kanwil) dengan kantor Pelayanan pajak wajib Pajak Besar. Terbentuknya KPP pratama ini secara otomatis Kantor Pelayanan Bumi dan Bangunan (KPPBB) dan kantor Pemeriksaan dan Penyidikan (Karipka) tidak ada lagi. Langkah ini diambil sebagai bagian dan usaha meningkatkan pelayanan kepada Wajib pajak untuk memberikan pelayanan yang lebih baik dan personal dalam pelaksanaa good governance.
(17)
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam didirikan pada tahun 2008 berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan. Wilayah kerja kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam adalah Kabupaten Deli Serdang yang terdiri dari 22 kecamatan. Sebelumnya wilayah kerja kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam merupakan bagian wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tebing Tinggi dan kantor Pelayanan kepada wajib Pajak Pratama Binjai. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan mutu pelayanan kepada wajib pajak. Dengan berdirinya KPP Pratama Lubuk Pakam diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan eveksivitas pelayanan bagi wajib pajak yang berdomisi atau berlokasi di Kabupaten Deli Serdang.
2.2 Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama
a. Visi
Menjadi instusi pemerintahan yang menyelenggarakan system administrasi perpajakan modern yang efektif, efiuesien, dan dipercaya masyarakat dengan integritas dan profesionalisme yang tinggi.
b. Misi
Menghimpun penerimaan Pajak Negara berdasarkan Undang-undang Perpajakan yang mampu mewujudkan kemandirian pembiayaan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) melalui system Administrasi perpajakan yang efiesien dan efektif.
(18)
9
Sebagaimana kebijkan yang telah dicanangkan oleh Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak, Visi kantor Pelayanan Pajak Prtama Lubuk Pakam adalah “ Menjadi Model Pelayanan Masyarakat yang Dipercaya dan Dibanggakan Masyarakat “
d. Misi dan Penjelasannya
Misi Direktorat Jenderal Pajak menjadi 4 aspek, yaitu :
1. Misi Fiskal, yaitu menghimpun penerimaan dalam Negeri dari sector pajak yang mampu menunjang kemandirian pembiayaan pemerintah berdasarkan Undang-Undang Perpajakan dengan tingkat efektifitas dan efisiensi yang tinggi.
2. Misi Ekonomi, yaitu mendukung kebijaksanaa pemerintah dalam
mengatasi permasalahan ekonomi bangsa dengan kebijakan perpajakan yang meminimalkan disitorsi.
3. Misi Politik, yaitu mendukung proses domokratis bangsa.
4. Misi Kelembagaan, yaitu senantiasa memperbaharui diri, selaras
dengan asparasi masyarakat dan teknokrasi perpajakan serta administrasi perpajakan yang muthakir.
Misi tersebut sebagai salah satu pernyataan tujuan keberadaan (eksitensi) tugas, fungsi, peranan, dan tanggung jawab Direktorat Jenderal Pajak maupun Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang dan peraturan sertra kebijakan Pemerintah dengan dijiwai prinsip-prinsip dan nilai-nilai strategis organisasi diberbagai bidang.
(19)
2.3 Kebijakan Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Demi tercapainya tujuan dan sasaran berdasarkan visi dan misi yang telah ditetapkan, KPP Pratama Lubuk Pakam telah mengambil langkah-langkah sebagaimana tertuang dalam kebijakan yang dijadikan pedoman, petunjuk atau pegangan bagi setiap usaha kegiatan yang dilaksanakan yaitu
1. Meningkatkan kualitas Pelayanan
2. Mengamankan pencapaian rencana penerimaan pajak
3. Terciptanmya masyarakat sadar dan peduli pajak
2.4 Tugas Kantor Pelayanan Pajak Pratama
KPP Pratama mempunyai tugas yaitu melaksanakan penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan wajib pajak dibidang Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan nilai, Pajak penjualan atas barang mewah, Bea Perolehan hak atas Tanah dan Bangunan dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2.5 Fungsi Kantor Pelayanan Pajak Pratama
(20)
11
1) Pengumpulan, Pencarian, dan pengolahan data, pengamatan potensi perpajakan, penyajian informasi perpajakan, penetapan dan penerbitsn produk hokum perpajakan.
2) Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penetapan dan penertiban produk hokum perpajakan.
3) Penyuluhan perpajakan.
4) Penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak. 5) Pelaksanaan pemeriksaan pajak.
6) Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan wajib pajak. 7) Pelaksanaan konsultasi perpajakan.
8) Pelaksanaan Intensifikasi dan Ekstensifikasi. 9) Pelaksanaan administrasi Kantor Pelayanan Pajak.
2.6 Struktur Organisasi
Struktur organisasi adalah suatu susunan dan hubungan antara tiap bagian serta posisi yang ada pada suatu organisasi atau perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasional untuk mencapai tujuan. Struktur organisasi menggambarkan dengan jelas pemisahaan kegiatan antara bagian yang satu dengan bagian yang lain dan bagaimana hubungan aktivitas dan fungsi dibatasi dalam struktur organisasi yang baik harus menjelaskan hubungan wewewnang siapa melapor kepada siapa.
(21)
2.7 Deskripsi Tugas
Adapun tugas dari masing-masing bagian adalah sebagai berikut :
a. Sub Bagian Umum
Sub bagian umum terdiri dari 3 bagian, yaitu : 1) Tata Usaha dan Kepegawaian
Tugasnya adalah menyelenggarakann tugas pelayanan di bidang tata usaha dan kepegawaian dengan cara melakukan pengurusan surat, pengetikan dan pengadaan, penataan berkas, penyusunan arsip, tata usaha kepegawaian dan pengiriman laporan agar dapat menunjang kelancaran tugas kantor itu sendiri.
2) Keuangan
Tugasnya adalah menyusun anggaran dan administrasi keuangan untuk pembiayaan administrasi kantor dan penggajian para pegawai KPP Pratama lubuk pakam agar dapat menunjang kelancaran tugas Kantor Pelayanan Pajak.
3) Bagian Rumah Tangga
Tugasnya adalah mengurusi segala keperluan rumah tangga dan keperluan perlengkapan KPP Pratama Lubuk Pakam agar dapat menunjang kelancaran tugas Kantor Pelayanan Pajak.
b. Seksi Pengolahan Data dan Informasi
Seksi Pengolahan Data dan Informasi dipinpin oleh seorang Kepala Seksi yang bernama Parlagutan Simatupang. Adapun tugas dari seksi adalah mengkoordinir urusan pengolahan data dan penyajian
(22)
13
informasi, pembuatan monografi pajak, penggalian potensi perpajakan serta ekstensifikasi wajib pajak dan intensifikasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Seksi Pengolahan Data dan Informasi mempunyai tugas melakukan pengumpulan, pencarian, pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen perpajakan, urusan tata usaha penerimaan perpajakan, pengalokasian Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, pelayanan teknis computer, pemantauan aplikasi elektronik, pengaplikasian Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SESMIOP), dan Sistem Informasi Geografi (SIG), serta penyajian laporan kinerja.
c. Seksi Pelayanan
Seksi pelayanan mempunyai fungsi atau tugas melakukan penetapan dan penertiban produk hokum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan (SPT), serta penerimaan surat lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi WP, serta melakukan kerjasama perpajakan.
d. Seksi Penagihan
Seksi Penagihan mempunyai tugas melakukan urusan penatausahaan piutang pajak, penundaan dan angsuran, tunggakan pajak, serta penyimmpanan dokumen-dokumen penagihan.
(23)
Seksi Penagihan mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penertiban dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.
f. Seksi Ekstensifikasi
Seksi Ekstensifikasi Perpajakan mempunyai tugas melakukan pengamatan potensi perpajakan, pendataan wajib pajak baru, pendapatan objek dan subjek pajak, penilaian objek-objek pajak dalam rangka ekstensifikasi.
g. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I, II, III, dan IV
Seksi Pengawasan dan Konsultasi terdiri dari 4 kelompok bagian. Seksi ini masing-masing mempunyai tugas melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan wajib pajak, bimbingan dan himbauan kepada wajib pajak sera sebagai tempat konsultasi teknis perpajakan, penyusunan profil wajib pajak, analisis kerja wajib pajak, melakukan rekonsiliasi data wajib pajak dalam rangka melakukan intensifikasi dan melakukan evaluasi hasil banding.
h. Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari Supervisor, Ketua tim, Anggota tim. Kantor Pelayanan Pajak Pratama mempunyai 2 kelompok fungsional sesuai dengan bidang keahliannya. Setiap kelompok tersebut di
(24)
15
koordinasikan oleh pejabat fungsional senior yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Wilayah, atau Kepala Kantor Pelayanan Pajak yang bersangkutan. Jumlah Jabatan Fungsional tersebut ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja.
(25)
16
PEMBAHASAN
3.1 Pengertian Pajak
Pajak menurut Pasal 1 Undang-Undang No 27 adalah kontribusi wajib kepada Negara oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Berikut ini penulis mengutip pendapat beberapa ahli tentang pajak :
Menurut Soemitro dalam Mardiasmo (2009 :1) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
Menurut Andriani dalam Bohari (2008:23)Pajak adalah iuran kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan,dengan tidak mendapat prestasi kembali,yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas Negara yang menyelenggarakan pemerintahan.
Menurut Soemahamidja Pajak adalah iuran wajib berupa uang atau barang yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hokum,guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum.
(26)
17
Dari Pengertian pajak diatas,dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki unsur-unsur :
1. Iuran dari rakyat kepada Negara
2. Berdasarkan undang-undang
3. Tanpa jasa timbale balik atau jasa kontraprestasi dari Negara yang secara langsung dapat ditunjuk.
4. Digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara,yakni
pengeluaran-pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat.
Uraian diatas menunjukkan bahwa pajak sebagai salah satu sumber penerimaan dalam bidang perekonomian mengarahkan para pelaku ekonomi untuk membayar kewajibannya kepada Negara.
3.2 Fungsi Pajak
Menurut Dr. Rochmat soemitro Ada dua jenis fungsi pajak yaitu :
3.2.1 Fungsi budgetair
Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya.
3.2.2 Fungsi Reguler
Pajak sebagai alat untuk mengatur dan melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang social dan ekonomi.
(27)
3.3 Jenis Pajak
Jenis-jenis Pajak digolongkan menjadi 3 (tiga) macam (Waluyo dan Irawan,2002 : 13-14), yaitu menurut golongan, sifat,dan lembaga pemungutan.
3.3.1 Menurut golongannya
1. Pajak langsung,yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.
Contoh : Pajak Penghasilan.
2. Pajak tidak langsung,pajak yang ada yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.
Contoh : Pajak Pertambahan nilai
3.3.2 Menurut sifatnya
1. Pajak subjektif,yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subyeknya,dalam arti memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.
Contoh : Pajak penghasilan
2. Pajak memperhatikan keadaan diri wajib pajak.
Contoh: Pajak Pertambahan nilai dan Pajak penjualan atas Barang Mewah
(28)
19
1. Pajak pusat,yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara.
Contoh : Pajak penghasilan,Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Brang Mewah,Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Materai.
2. Pajak daerah,yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah yang digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.
Contoh : Pajak kendaraan bermotor dan pajak bahan bakar kendaraan bermotor,pajak hotel.
3.4 Cara Pemungutan Pajak
Menurut MardiasmoAda 3 cara pemungutan pajak yaitu :
1. Stelsel nyata (riil stelsel)
Pengenaan pajak didasarkan pada objek (penghasilan) yang nyata,sehingga pemungutannya baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak,yakni setelah penghasilan sesungguhnya telah dapat diketahui.
2. Stelsel anggapan (fictive stelsel)
Pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh undang-undang.
3. Stelsel campuran
(29)
3.5 Sistem Pemungutan Pajak
Menurut Mardiasmo (2011:7) system pemungutan pajak terdiri atas :
3.5.1 Offical Assesment System
Sistem ini merupakan sistempemungutan pajak yang member wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang.
3.5.2 Self Assesment System
System ini merupakan system pemungutan pajak yangmemberi wewenang,kepercayaan,tanggung jawab kepada Wajib Pajak untuk
menghitung,memperhitungkan,membayar dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar.
3.5.3 Witholding System
Sistem ini merupakan system pemungutan pajak yang member wewenang kepada pihak ketiga untuk memotong atau memungut besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.
3.6 Tarif Pajak
Ada 4 macam tarif antara lain :
1. Tarif Pajak Proporsional/sebanding
Tarif pajak proposional yaitu tariff pajak berupa persentase tetap terhadap jumlah berapapun yang menjadi dasar pengenaan pajak.
(30)
21
Contoh : dikenakan Pajak Pertambahan Nilai 10% atas penyerahan barang kena pajak.
2. Tarif Pajak Progresif
Tarif pajak progresif adalah tarif pajak yang persentasenya menjadi lebih besar apabila jumlah yang menjadi dasar pengenaannya semakin besar.
Contoh : tarif pajak penghasilan tahun Tarif pajak 2011 yang berlaku di Indonesia untuk Wajib Pajak orang pribadi berdasarkan ketentuan Pasal 17 UU Pajak No.36 tahun 2008 yaitu :
Tarif progresif dibagi menjadi beberapa tarif,antara lain :
1. Tarif Progresif Progresif
Dalam hal ini kenaikan persentase pajaknya semakin besar 2. Tarif Progresif Tetap
Kenaikan persentase pajaknya tetap 3. Tarif Progresif Degresif
Kenaikan persentase pajaknya semakin kecil a. Tarif Pajak Degresif
Tarif pajak degresif adalah persentase tariff pajak yang semakin menurun apabila jumlah yang menjadi dasar pengenaan pajak menjadi semakin besar.
b. Tarif Pajak Tetap
Tarif pajak tetap adalah tariff berupa jumlah yang tetap terhadap berapapun jumlah yang menjadi dasar pengenaan pajak.
(31)
3.7 Sarana Perpajakan
Dalam Perpajakan ada sarana atau alat bantu yang diperlukan untuk menunjang pelaksanaannya,antara lain :
3.7.1 Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) adalah nomor yang diberikan
oleh Direktur Jenderal Pajak kepada Wajib Pajak sebagai sarana perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban Pajak hanya diberikan satu NPWP dan NPWP tersebut berfungsi sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dan untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan dalam pengawasan administrasi perpajakan.
3.7.2 Surat Setoran Pajak (SSP) merupajan sarana Wajib Pajak dalam pembayaran atau penyetoran pajak yang terutanng ke Kas Negara melalui bank atau PT.Pos Indonesia. SSP ini selanjutnya berfungsi sebagai bukti dan laporan pembayaran pajak.Dan sekarang pembayaran setoran pajak melalui system online dalam bentuk digital telah diatur dalam keputusan Direktur Jenderal Pajak No.Kep.383/PJ/2002 Tanggal 14 Agustus 2002.
3.7.3 Surat Tagihan Pajak (SPT) yaitu surat untuk melakukan tagihan
pajak atau sanksi administrasi berupa bunga dan ataiu denda. Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan SPT apabila :
(32)
23
2. dari hasil penelitian Surat Pemberitahuan terhadap kekurangan pembayaran pajak sebagai akibat salah tulis dan atau salah hitung.
3. Wajib Pajak dikenakan sanksi administrasi berupa denda atau bunga,
4.pengusaha yang dikenai pajak berdasarkan Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai dan perubahannya,tetapi tidak melaporkan kegiatan usahanya untuk dikenakan sebagai Pengusaha Kena Pajak,
5. pengusaha yang tidak dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak tetapi membuat Faktur Pajak.
6. pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak tetapi tidak membuat Faktur Pajak,atau membuat Faktur Pajak ,atau membuat Faktur Pajak atau membuat Faktur Pajak tetapi tidak tepat waktu,atau tidak mengisi selengkapnya Faktur Pajak.
3.7.4 Ketetapan Pajak kurang bayar (SKPBK), yaitu surat ketetapan yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi, dan jumlah yang masih harus dibayar.
3.7.5 Surat ketetapan Pajak kurang bayar (SKPBK), adalah surat ketetapan yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan atau koreksi atas ketetapan pajak sebelumnya.
3.7.6 Surat ketetapan Pajak Lebih Bayar(SKPLB),yaitu surat pajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah
(33)
kredit pajak lebih besar daripada pajak yang terutang atau tidak seharusnya terutang
3.7.7 Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN),adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah utang pajak yang terutang sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.
3.8 Pengertian gaji dan upah 3.8.1 Pengertian Gaji
Menurut Mulyadi, istilah gaji biasanya digunakan untuk pembayaran atas jasa manajemen, administrasi atau jasa-jasa yang serupa. Tingkat gaji biasanya dinyatakan dalam (satu) bulan.
3.8.2 Pengertian Upah
Upah merupakan imbalan terhadap karyawan yang didasarkan atas jam kerja,jumlah hari kerja,atau borongan.
Menurut Niswonger, pengertian dan gambaran daftar gaji dan upah adalah daftar dengan banyak kolom yang digunakan untuk mengumpulkan dan meringkaskan data yang pada akhir periode penggajian.
Informasi yang tersedia dalam daftar gaji dan upah merupakan informasi yang telah dipersyaratkan menurut ketentuan undang-undang yang berlaku khususnya undang-undang mengenai buruh.Bagi perusahaan daftar ini bermanfaat
(34)
25
untuk menyedisksn informasi untuk pencatatan jurnal gaji dan upah untuk menyediakan laporan Kantor Pajak.
Catatan penghasilan penghasilan pegawai merupakan unsure dari sebuah system akuntansi penmggajian dan pengupahan yang mengandung informasi penghasilan kumulatif setiap pegawai.Informasi yang tersedia dalam catatan ini menunjukkan jumlah pajak yang harus dipungut/dipotong untuk suatu periode berjalan.Catatan penghasilan pegawai adalah terpisah dan berbeda untuk setiap pegawai dan dimuthakirkan (up date) setiap periode pembayaran.
3.8.3 Pengertian Pegawai
Yang dimaksud dengan pegawai menurut Keputusan Direktur Jenderal Pajak No.KEP-545/PJ/2000 adalah sebagai berikut :
(1) Pegawai adalah setiap orang pribadi,yang melakukan pekerjaan
berdasarkan perjanjian atau kesepakatan kerja baik tertulis maupun tidak tertulis,termasuk yang melakukan pekerjaan dalam jabatan negeri atau badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah.
(2) Pegawai adalah setiap orang pribadi yang bekerja pada pemberi kerja yang menerima atau memperoleh gaji dalam jumlah tertentu secara berkala,termasuk anggota dewan komisaris dan anggota dewan pengawas yang secara teratur terus menerus ikut mengelola kegiatan perusahaan secara langsung.
(35)
3.9 Pengertian Pajak Penghasilan
Pengertian Pajak Penghasilan menurut Erly Suandi (2006:81) adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam Tahun pajak atau dapat pula dikenakan pajak untuk penghasilan dalam bagian tahun pajak,apabila kewajiban pajak subjektifnya dimulai atau berakhir dalam tahun pajak.
Yang dimaksud Tahun Pajak adalah tahun takwim,namun wajib pajak dapat menggunakan tahun buku meliputi jangka waktu 12 (dua belas)bulan.
310. Tarif Pajak Penghasilan
3.10.1 Besarnya PTKP setahun menurut Undang-Undang No.36 Tahun 2008 Pasal 7 adalah sebagai berikut :
1.Rp.15.840.000 untuk diri wajib pajak orang pribadi
2.Rp 1.320.000 tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin.
3.Rp.15.000.000 tambahan untuk istri yang berpenghasilan digabungkan dengan penghasilan suami,dengan syarat :
a. Penghasilan istri tidak semata-mata diterima atau diperoleh dari suatu pemberi kerja yang telah dipotong pajak berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang PPh pasal 21.
b . Pekerjaan istri tidak ada hubungannya dengan usaha atau pekerjaan bebas suami atau anggota keluarga lainnya.
(36)
27
3.10.2 Rp.1.320.000 tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan sekeluarga semenda dalam garis keturunan lurus satu derajat serta anak angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya (maksimal 3 orang).
Biaya yang dapat dikurangi dari penghasilan bruto adalah sebagai berikut : 1. Biaya untuk mendapatkan,menagih dan memelihara penghasilan,termasuk biaya pembelian bahan,biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah,gaji,honorarium,bonus,gratifikasi dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang, gaji, honorium, bonus, gratifikasi dan tunjangan yang diberikan dalam uang, bunga, sewa royalty, biaya perjalanan, biaya pengolahan limbah, premi asuransi, biaya administrasi dan pajak kecuali pajak penghasilan.
2. Penyusutan atas Pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1(satu) tahun.
3. Iuran kepada dana pension yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan.
4. Kerugian karena penjualan atau penagihan harta yang dimiliki dan digunakan dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan.
5. Kerugian dari selisih kurs mata uang asing.
6. Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia. 7. Biaya beasiswa,magang dan penelitian.
8. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih.
9. Pembentukan atau pemupukan dana cadangan berupa cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan sewa guna usaha dengan hak opsi.
(37)
a. Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuraransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa yang dibayar oleh pemberi kerja.
b. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang
diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan berupa penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh pegawai.
c. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang
diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan.
d. Kompensasi kerugian fiscal tahun sebelumnya (maksimal 5 tahun)
e. Zakat atas penghasilan yang nyata-nyata dibayarkan oleh wajib pajak
orang pribadi oleh pemeluk agama Islam kepada badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk oleh pemerintah.
Biaya-Biaya yang tidak boleh dikurangkan oleh penghasilan bruto menurut Undang-Undang PPh adalah :
1. Pembagian laba dengan nama dan bentuk apapun seperti dividen.
2. Biaya yang dikeluarkan atau dibebankan untuk kepentingan pribadi pemegang saham,sekutu atau anggota.
3. Pembentukan atau pemupukan dana cadangan keculai cadangan piutang tak tertagih.
4. Premi asuransi kecelakaan,asuransi kecelakaan,asuransi jiwa,asuransi dwiguna dan asuransi beasiswa yang dibayarkan oleh pemberi kerja. 5. Penggantian imbalan atau sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang
diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan kecuali imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah tertentu berkaitan dengan
(38)
29
pelaksanaan pekerjaan dan yang ditetapkan dengan keputusan Menteri Keuangan.
6. Jumlah yang dimiliki kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewasebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan.
7. Harta yang dihibahkan atau sumbangan atau warisan,kecuali zakat atas penghasilan yang nyata-nyata dibayarkan oleh wajib pajak orang pribadi pemeluk agama islam.
8. Pajak Penghasilan.
9. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi wajib pajak atau orang yang menjadi tanggungan.
10. Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan,firma atau perseroan komanditer yang modalnya tidak berbagi atas aham.
11. Sanksi administrasi berupa bunga,denda dan kenaikan serta sanksi pidana berupa denda yang berkenaan dengan pelaksanaan dengan perundang-undangan dibidang perpajakan.
12. Biaya-biaya untuk mendapatkan,menagih dan memelihara penghasilan yang PPh nya dihitungan dengan menggunakan Norma Perhitungan Penghasilan Netto.
3.11 Penghasilan yang dikenakan PPh pasal 21
Penghasilan yang diterima atau diperoleh Pegawai tetap,baik berupa penghasilan yang bersifat teratur maupun tidak teratur.
(39)
Tatacara Perhitungan
1. Dasar Pengenaan dan Pemotongan PPh Pasal 21
Dasar pengenaan dan pemotongan PPh Pasal 21 Pegawai tetap adalah penghasilan Kena Pajak.
2. Menghitung Penghasilan Kena Pajak
Penghasilan Kena Pajak bagi pegawai tetap adalah sebesar penghasilan neto dikurangi Penghasilan tidak kena Pajak (PTKKP) Besarnya penghasilan neto bagi pegawai tetap yang dipotong PPh Pasal 21 adalah jumlah seluruh penghasilan bruto dikurangi dengan :
a. Biaya jabatan, sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 ayat (3)
Undang-Undang Pajak Penghasilan.
b. Iuran yang terkait dengan gaji yang dibayar oleh pegawai kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan atau badan penyelenggara tunjangan hari tua atau jaminan tua yang dipersamakan dengan dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan.
Penghasilan kena Pajak bagi penerima pensiun berkala adalah sebesar penghasilan neto dikurangi Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP), Besarnya penghasilan neto bagi penerima pensiun berkala yang dipotong PPh Pasal 21 adalah jumlah seluruh penghasilan bruto dikurangi dengan Biaya pensiun.
3. Biaya Jabatan dan Biaya Pensiun
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK-250/PMK.03/2008, besarnya biaya jabatan yang dapat dikurangkan dari
(40)
31
penghasilan bruto unuk perhitungan pemotongan Pajak Penghasilan bagi pegawai tetap ditetapkan sebesar 5% dari Penghasilan Bruto,setinggi-tingginya Rp.6.000.000,00 setahun atau Rp.500.000 sebulan.
Sedangkan besarnya biaya pensiun yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto untuk perhitungan pemotongan Pajak Penghasilan bagi penerima pensiun berkla ditetapkan sebesar 5% dari Penghasil Bruto,setinggi-tingginya Rp.2.400.000,00 atau 200.000,00 sebulan.
4. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) a. Wajib Pajak : Rp. 15.840.000,-
b. Tambahan status kawin : Rp. 1.320.000,- c. Istri Bekerja : Rp. 15.840.000,-
d. Tambahan Tanggungan : Rp. 1.320.000,-
Besarnya PTKP ditentukan berdasarkan keadaan pada awal tahun kalender.Kecuali bagi pegawai yang baru dating dan menetap di Indonesia dalam tahun kalender,ditentukan berdasarkan keadaan pada awal bulan dari bagian tahun kalender yang bersangkutan.
PTKP bagi Karyawati
Besarnya PTKP bagi karyawati berlaku ketentuan sebagai berikut :
a. Bagi karyawati kawin,sebesar PTKP untuk dirinya sendiri.
b. Bagi karyawati tidak kawin,sebesar PTKP untuk dirinya sendiri ditambah
(41)
Dalam hal karyawati kawin dapat menunjukkan keterangan tertulis dari pemerintah daerah setempat serendah-rendahnya kecamatan yang menyatakan suaminya tidak menerima atau memperoleh penghasilan,besarnya PTKP adalah PTKP untuk dirinya sendiri ditambah PTKP untuk status kawin dan PTKP untuk keluarga yang menjadi tanggungan sepenuhnya.
5.Tarif Pemotongan PPh Pasal 21
Tarif pajak yang diterapkan atas penghasilan kena pajak bagi wajib pajak orang pribadi dalam negeriberdasarkan ketentuan pasal 17 UU pajak penghasilan No.36 tahun 2008 adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1. Lapisan Penghasilan Kena Pajak
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak
Sampai dengan Rp.50.000.000 5 %
Diatas Rp.50.000.000 s.d Rp.250.000.000
15%
Diatas Rp.250.000.000 s.d Rp.500.000.000
25%
Diatas Rp. 500.000.000 30%
Sumber : www.pajak.go.id
6. Ketentuan Perhitungan PPh Pasal 21
1. Untuk perhitungan PPh Pasal 21 yang harus dipotong setiap masa pajak,kecuali masa pajak terakhir,tariff diterapkan atas perkiraan
(42)
33
penghasilan yang akan diperoleh selama (satu)tahun,dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Perkiraan atas penghasilan yang bersifat teratur adalah jumlah penghasilan teratur dalam 1(satu)bulan dikalikan 12 (dua belas) b. Dalam hal ini terdapat tambahan penghasilan yang bersifat tidak
teratur,maka perkiraan penghasilan yang akan diperoleh selama satu tahun adalah sebesar jumlah pada huruf a ditambah dengan jumlah penghasilan yang bersifat tidak teratur.
2. Jumlah PPh Pasal 21 yang harus dipotong untuk setiap masa pajak adalah :
a. Atas penghasilan yang tidak teratur adalah sebesar Pajak Penghasilan terutang atas jumlah penghasilan sebagaimana angka 1 huruf a dibagi 12 (dua belas).
b. Atas penghasilan yang bersifat tidak teratur adalah sebesar selisih antara Pajak Penghasilan yang terutang,atas jumlah penghasilan sebagaimana dimaksud angka 1 huruf b dengan Pajak Penghasilan yang terutang atas jumlah penghasilan teratur.
3.12 Prinsip Dasar Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Pemotongan Pajak dapat diartiakan sebagai kegiatan memotong sebesar pajak yang terutang dari keseluruhan pembayaran yang dilakukannya.Pemotongan dilakukan pihak-pihak yang melakukan pembayaran terhadap penerima penghasilan. pihak membayar bertanggung jawab atas penotongan dan penyetoran serta pelaporannya. Pemotongan psjsk berbeda dengan pemotongan.Pemotongan
(43)
pajak adalah kegiatan memungut sejumlah pajak yang terutang atas suatu transaksi, pemungutan pajak akan menambah besarnya jumlah pembayaran atas perolehan barang ,namun demikian ada juga pemungutan yang dilakukan oleh pihak pembayar dengan mekanisme yang sama dengan pemotongan. Misalnya pemungutan oleh bendaharawan pemerintah atas pengadaan barang. Secara mekanisme pemungutannya lebih menyerupai pemotongan pajak, karena dilakukan oleh pihak pembayar. Dengan demikian, pemungutan pajak dilakukan dengan dua cara yaitu :
1. Dengan cara pemotongan atau pembayaran yang dilakukan oleh
pembeli barang,misalnya pemungutan PPh Pasal 22 Bendaharawan dan BUMN /BBUMD,PPh Pasal 22 atas pedagang pengumpul.
2. Pemungutan pihak oleh pihak yang menjual barang atau yang
memiliki otoritas mengeluarkan barang,misalnya PPh Pasal 22 atas penebusan DO migas,penjualan semen,kertas,otomotif barang sangat mewah dan PPh Pasal 22 impor oleh Ditjen Bea dan Cukai.
3.13 Cara Menghitung Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 di KPP Pratama lubuk pakam
3.13.1 Mekanisme Perhitungan PPh Pasal 21 Karyawan KPP Pratama Lubuk Pakam
Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas karyawan pada KPP Pratama Lubuk Pakam adalah sebagai berikut :
(44)
35
1. Instansi membayar gaji karyawan berdasarkan besarnya jumlah gaji yang
tertera pada slip gaji setiap bulannya yang berupa total gaji sebulan,
2. Menghitung besarnya Pajak Penghasilan berdasarkan statusnya yaitu
sudah kawin atau belum/ tidak kawin dan juga sudah punya anak atau tanggungan atau belum punya anak untuk membantu proses Penetapan Pajak Penghasilan,
3. Perhitungan biaya pada jabatan pada pegawai telah dilakukan sesuai
dengan Undang-undang Perpajakan yaitu sebesar 5% dan maksimum Rp.6.000.000
4. Pembayaran Pajak Penghasilan dilakukan setiap tahun dengan memotong
penghasilan karyawan.
5. Perusahaan menetapkan bahwa perusahaan menggunakan pembayaran
pajak dengan cara tahunan yaitu dengan menggunakan SPT Tahunan.
6. Perusahaan dalam menentukan Pajak Penghasilan,menggunakan
pembukuan dalam hal ini ditandai dengan penggunaan daftar gaji pada karyawan.
Cara menentukan pajak penghasilan pasal 21 untuk pegawai tetap adalah sebagai berikut :
1. Untuk menentukan besarnya penghasilan netto pegawai tetap,penghasilan bruto dikurang dengan :
2. Biaya jabatan,yaitu biaya untuk mendapatkan,menagih dan memelihara penghasilan yang besarnya 5% (lima persen) dari penghasilan bruto,setinggi-tingginya Rp.6.000.000 (enam juta rupiah )sebulan.Biaya jabatan dapat dikurangkan dari penghasilan setiap orang yang bekerja sebagai pegawai tetap
(45)
tanpa memandang mempunyai jabatan atau tidak.dipersamakan dengan dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan.
3. Pengurangan Biaya jabatan dan iuran tersebut tidak berlaku bagi penghasilan yang diterimanya berupa upah harian,tebusan pensiun,honorium secara keseluruhan sebagaimana tersebut pada penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 butir 3, butir 4, dan butir 5
4. Pengurangan biaya jabatan dan iuran diatas juga tidak berlaku juga terhadap penghasilan Wajib Pajak luar negeri yang terutang PPh Pasal 26.
Pemotongan dan Perhitungan PPh Pasal 21 atas gaji karyawan :
Niko (tidak kawin) yang telah memiliki NPWP adalah karyawan Pada KPP Pratama Lubuk Pakam,menerima gaji Rp. 2.700.000,00/bulan, tunjangan beras Rp.300.000,00 /bulan. Perhitungan PPh Pasal 21 :
Tabel 3.2. PPh Pasal 21 atas gaji dan bonus (penghasilan setahun)
Gaji setahun (12 x Rp. 2.000.000) = Rp. 24.000.000,
Bonus = Rp. 5.000.00 +
Penghasilan bruto setahun = Rp. 29.000.000
Pengurangan :
Biaya jabatan ( 5% x 29.000.000) = Rp. 1.450.000
Iuran pensiun setahun (12 x 60.000) = Rp. 720.000 +
= Rp. 2.170.000 Penghasilan netto setahun :
(46)
37
(Rp. 29.000.000,00 – Rp. 2.170.000,00) = Rp. 26.830.000
PTKP
Untuk Wajib Pajak sendiri = Rp. 15.840.000
Penghasilan kena Pajak = Rp. 10.990.000
PPh Pasal 21 terutang :
(5% x Rp. 10.990.000) = Rp. 549.500
Sumber : KPP Pratama Lubuk Pakam
Tabel 3.3. PPh Pasal 21 atas gaji setahun
Gaji setahun (12 x Rp. 2.000.000) = Rp. 24.000.000
Pengurangan : Biaya jabatan
(5% Rp. 24.000.000) = Rp. 1.200.000
Iuran pensiun setahun :
(12 x Rp. 60.000) = Rp. 720.000 +
= Rp. 1.920.000 Penghasilan netto setahun :
(Rp. 24.000.000 – Rp. 1.920.000) = Rp. 22.080.000
(47)
Untuk Wajib Pajak sendiri = Rp. 15.840.000
Penghasilan Kena Pajak = Rp. 6.240.000
PPh Pasal 21 terutang :
(5% x Rp. 6.240.000) = Rp. 312.000
Sumber : KPP Pratama Lubuk Pakam
PPh Pasal 21 atas bonus
PPh Pasal 21 atas bonus adalah :
(Rp. 549.500 – Rp. 312.000) = Rp. 237.000
Perhitungan PPh Pasal 21 atas penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan lainnya yang diberikan oleh Wajib Pajak yang pengenaan pajak penghasilannya bersifat final atau berdasarkan norma perhitungan khusus (demed Profit).
Jems Alsajo adalah seorang pegawai yang bekerja di KPP Pratama Lubuk Pakam yang pengenaan pajaknya menggunakan norma perhitungan khusus (demed profit), memperoleh gaji sebesar RP. 1.5000.000 sebulan beserta beras 30 kg dan gula 10 kg.Jems berstatus menikah dengan 1 orang anaak. Nilai yang dari beras dan gula dihitung berdasarkan harga pasir yaitu :
(48)
39
Tabel 3.4. PPh Pasal 21 atas bonus
Harga beras = Rp. 10.000/kg
Harga gula = Rp. 8.000/kg
Perhitungan PPh Pasal 21
Penghasilan Kena Pajak = Rp. 2.952.000
PPh Pasal 21 setahun adalah :
(5% x Rp. 2.952.000) = Rp. 147.600
PPh Pasal 21 sebulan :
(Rp. 147.600 : 12) = Rp. 12.300
Sumber : KPP Pratama Lubuk Pakam
PPh Pasal 21 seluruh atau sebagian ditanggung oleh pemberi kerja.
Irwan sinaga adalah seorang pegawai di KPP Pratama Lubuk Pakam dengan status menikah dan mempunyai 3 orang anak. Irwan menerima gaji Rp. 4.000.000,- sebulan dan PPh ditanggung oleh pemberi kerja. Tiap bulan ia membayar iuran pensiun ke dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh menteri keuangan sebesar Rp. 150.000.
(49)
Tabel 3.5. Cara menghitung PPh Pasal 21 atas gaji karyawan
Gaji sebulan = Rp. 4.000.000
Pengurangan : Biaya jabatan
(5% x Rp. 4.000.000) = Rp. 200.000
Iuran Pensiun = Rp. 150.000 +
= Rp. 350.000 Penghasilan netto sebulan :
(Rp. 4.000.000 – 350.000) = Rp. 3.650.000
Penghasilan netto setahun :
(12 x Rp. 3.650.000) = Rp. 43.800.000
PTKP
Untuk Wajib Pajak sendiri = Rp. 15.840.000
Tambahan karena menikah = Rp. 1.320.000
Tambahan untuk 3 anak = Rp. 3.960.000 +
= Rp. 21.120.000
Penghasilan Kena Pajak = Rp. 22.680.000
PPh Pasal 21 setahun :
(5% x Rp. 22.680.000) = Rp. 1.134.000
PPh Pasal 21 sebulan :
(Rp. 1.134.000 : 12) = Rp. 94.500
(50)
41
PPh Pasal 21 sebesar Rp. 94.500 ini ditanggung dan dibayar oleh pemberi kerja.
Perhitungan pemotongan PPh Pasal 21 terhadap pegawai tetap yang menerima tunjangan pajak.
Rudi (status kawin dengan 3 orang anak) bekerja pada KPP Pratama Lubuk Pakam dengan memperoleh gaji sebesar Rp. 2.500.000 sebulan.Kepada Rudi diberikan tunjangan pajak sebesar Rp. 25.000. Iuran pensiun yang dibayar oleh Rudi adalah sebesar Rp. 25.000 sebulan.
Tabel 3.6. Perhitungan PPH Pasal 21 Terhadap Pegawai Tetap Yang Menerima Tunjangan Pajak
Gaji sebulan = Rp. 2.500.000
Tunjangan Pajak = Rp. 25.000 +
Penghasilan bruto sebulan = Rp. 2.525.000
Pengurangan :
Biaya jabatan 5% x Rp. 2.525.000 = Rp. 126.250
Iuran Pensiun = Rp. 25.000 –
= Rp. 151.250 Penghasilan neto sebulan :
(Rp 2.525.000 – Rp. 151.250) = Rp. 2.373.250
Penghasilan neto setahun :
(12 x Rp. 2.373.750) = Rp. 28.485.000
(51)
Untuk WP sendiri = Rp. 15.840.000
Tambahan karena menikah = Rp. 1.320.000
Tambahan 3 anak = Rp. 3.960.000 +
Penghasilan Kena Pajak :
(Rp. 28.485.000 - Rp. 21.120.000) = Rp. 7.365.000
PPh Pasal 21 setahun :
(5% x Rp. 7.365.000) = Rp. 368.250
PPh Pasal 21 sebulan :
(Rp. 368.250 : 12) = Rp. 30.688
Sumber : KPP Pratama Lubuk Pakam
Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah pemotongan pajak yang dilakukan oleh pihak pemberi penghasilan kepada oleh Wajib Pajak orang Pribadi sehubungan dengan pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan. Misalnya pembayaran gaji yang diterima oleh pegawai dipotong oleh perusahaan pemberi kerja.Wajib Pajak berbentuk badan ditunjuk oleh UU Perpajakan sebagai pemotong PPh Pasal 21 atas penghasilan yang dibayarkan kepada karyawannya maupun yang bukan karyawannya. Wajib Pajak orang pribadi dapat juga ditunjuk sebagai pemotong PPh Pasal 21 sepanjang ada penunjukannya dari KPP tempat Wajib Pajak orang Pribadi orang terdaftar.
(52)
43 BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Setelah penulis melakukan penelitian pada KPP Pratama Lubuk Pakam, maka penulis dapat menganalisa dan mengevaluasi mengenai kebijaksanaan yang ditetapkan dalam penetapan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan mengetahui prinsip dasar dan tata cara Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan serta cara menghitung Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21. Maka di diakhir penulisan ini penulis menarik kesimpulan bahwa dalam melakukan Perhitungan Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan telah dilakukan dengan benar dan juga secara jelas dan terperinci, Sesuai dengan tata cara Perhitungan Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan menurut (PPh) Pasal 21.
4.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas penulis mencoba untuk memberi saran yang mungkin dapat berguna bagi instansi atau perusahaan untuk melaksanakan wajib pajaknya.Sebaiknya juga melakukan kaji ulang untuk penghasilan pegawai atau karyawan perusahaan dan memasukkan penghasilan yang belum dicantumkan dan juga mencantumkan uang lembur sebagai penambah elemen penghasilan untuk masing-masing laporan.
(53)
44
Bohari. 2008.Pengantar Hukum Pajak, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Fakultas Ekonomi,2013.Buku Pedoman Penulisan Tugas Akhir Mahasiswa Diploma III Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara,Medan.
Fitriandi,Primandita. 2008.Komplikasi Undang-Undang Perpajakan Terlengkap, Salemba Empat, Jakarta.
Mardiasmo. 2009.Perpajakan Edisi revisi 2009, Andi,Yogyakarta.
Suandy, Erly. 2006.Perpajakan : Edisi Kedua,Salemba Empat,Jakarta.
(1)
Tabel 3.4. PPh Pasal 21 atas bonus
Harga beras = Rp. 10.000/kg
Harga gula = Rp. 8.000/kg
Perhitungan PPh Pasal 21
Penghasilan Kena Pajak = Rp. 2.952.000 PPh Pasal 21 setahun adalah :
(5% x Rp. 2.952.000) = Rp. 147.600 PPh Pasal 21 sebulan :
(Rp. 147.600 : 12) = Rp. 12.300
Sumber : KPP Pratama Lubuk Pakam
PPh Pasal 21 seluruh atau sebagian ditanggung oleh pemberi kerja.
Irwan sinaga adalah seorang pegawai di KPP Pratama Lubuk Pakam dengan status menikah dan mempunyai 3 orang anak. Irwan menerima gaji Rp. 4.000.000,- sebulan dan PPh ditanggung oleh pemberi kerja. Tiap bulan ia membayar iuran pensiun ke dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh menteri keuangan sebesar Rp. 150.000.
(2)
40
Tabel 3.5. Cara menghitung PPh Pasal 21 atas gaji karyawan
Gaji sebulan = Rp. 4.000.000
Pengurangan : Biaya jabatan
(5% x Rp. 4.000.000) = Rp. 200.000
Iuran Pensiun = Rp. 150.000 +
= Rp. 350.000 Penghasilan netto sebulan :
(Rp. 4.000.000 – 350.000) = Rp. 3.650.000 Penghasilan netto setahun :
(12 x Rp. 3.650.000) = Rp. 43.800.000 PTKP
Untuk Wajib Pajak sendiri = Rp. 15.840.000 Tambahan karena menikah = Rp. 1.320.000 Tambahan untuk 3 anak = Rp. 3.960.000 +
= Rp. 21.120.000 Penghasilan Kena Pajak = Rp. 22.680.000 PPh Pasal 21 setahun :
(5% x Rp. 22.680.000) = Rp. 1.134.000 PPh Pasal 21 sebulan :
(Rp. 1.134.000 : 12) = Rp. 94.500
(3)
PPh Pasal 21 sebesar Rp. 94.500 ini ditanggung dan dibayar oleh pemberi kerja.
Perhitungan pemotongan PPh Pasal 21 terhadap pegawai tetap yang menerima tunjangan pajak.
Rudi (status kawin dengan 3 orang anak) bekerja pada KPP Pratama Lubuk Pakam dengan memperoleh gaji sebesar Rp. 2.500.000 sebulan.Kepada Rudi diberikan tunjangan pajak sebesar Rp. 25.000. Iuran pensiun yang dibayar oleh Rudi adalah sebesar Rp. 25.000 sebulan.
Tabel 3.6. Perhitungan PPH Pasal 21 Terhadap Pegawai Tetap Yang Menerima Tunjangan Pajak
Gaji sebulan = Rp. 2.500.000
Tunjangan Pajak = Rp. 25.000 + Penghasilan bruto sebulan = Rp. 2.525.000 Pengurangan :
Biaya jabatan 5% x Rp. 2.525.000 = Rp. 126.250
Iuran Pensiun = Rp. 25.000 –
= Rp. 151.250 Penghasilan neto sebulan :
(Rp 2.525.000 – Rp. 151.250) = Rp. 2.373.250 Penghasilan neto setahun :
(12 x Rp. 2.373.750) = Rp. 28.485.000 PTKP
(4)
42
Untuk WP sendiri = Rp. 15.840.000
Tambahan karena menikah = Rp. 1.320.000 Tambahan 3 anak = Rp. 3.960.000 + Penghasilan Kena Pajak :
(Rp. 28.485.000 - Rp. 21.120.000) = Rp. 7.365.000 PPh Pasal 21 setahun :
(5% x Rp. 7.365.000) = Rp. 368.250 PPh Pasal 21 sebulan :
(Rp. 368.250 : 12) = Rp. 30.688
Sumber : KPP Pratama Lubuk Pakam
Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah pemotongan pajak yang dilakukan oleh pihak pemberi penghasilan kepada oleh Wajib Pajak orang Pribadi sehubungan dengan pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan. Misalnya pembayaran gaji yang diterima oleh pegawai dipotong oleh perusahaan pemberi kerja.Wajib Pajak berbentuk badan ditunjuk oleh UU Perpajakan sebagai pemotong PPh Pasal 21 atas penghasilan yang dibayarkan kepada karyawannya maupun yang bukan karyawannya. Wajib Pajak orang pribadi dapat juga ditunjuk sebagai pemotong PPh Pasal 21 sepanjang ada penunjukannya dari KPP tempat Wajib Pajak orang Pribadi orang terdaftar.
(5)
43
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Setelah penulis melakukan penelitian pada KPP Pratama Lubuk Pakam, maka penulis dapat menganalisa dan mengevaluasi mengenai kebijaksanaan yang ditetapkan dalam penetapan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan mengetahui prinsip dasar dan tata cara Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan serta cara menghitung Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21. Maka di diakhir penulisan ini penulis menarik kesimpulan bahwa dalam melakukan Perhitungan Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan telah dilakukan dengan benar dan juga secara jelas dan terperinci, Sesuai dengan tata cara Perhitungan Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan menurut (PPh) Pasal 21.
4.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas penulis mencoba untuk memberi saran yang mungkin dapat berguna bagi instansi atau perusahaan untuk melaksanakan wajib pajaknya.Sebaiknya juga melakukan kaji ulang untuk penghasilan pegawai atau karyawan perusahaan dan memasukkan penghasilan yang belum dicantumkan dan juga mencantumkan uang lembur sebagai penambah elemen penghasilan untuk masing-masing laporan.
(6)
44
DAFTAR PUSTAKA
Bohari. 2008.Pengantar Hukum Pajak, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Fakultas Ekonomi,2013.Buku Pedoman Penulisan Tugas Akhir Mahasiswa Diploma III Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara,Medan.
Fitriandi,Primandita. 2008.Komplikasi Undang-Undang Perpajakan Terlengkap, Salemba Empat, Jakarta.
Mardiasmo. 2009.Perpajakan Edisi revisi 2009, Andi,Yogyakarta.
Suandy, Erly. 2006.Perpajakan : Edisi Kedua,Salemba Empat,Jakarta.