Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap pajak Penghasilan Sebagai Salah Satu Sumber Penerimaan Negara Studi Empiris: Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di BEI Periode 2009 sampai dengan 2011)

(1)

SKRIPSI

PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP PAJAK PENGHASILAN SEBAGAI SALAH SATU SUMBER PENERIMAAN NEGARA

(Studi Empiris: Perusahaan Makanan dan Minuman Yang Terdaftar di BEI Periode

2009 sampai dengan 2011)

OLEH

NUDA KARTIKA HARAHAP 110522073

PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP PAJAK PENGHASILAN SEBAGAI SALAH SATU SUMBER PENERIMAAN NEGARA (Studi Empiris: Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di BEI Periode 2009 sampai dengan 2011) ” adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan, atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks skripsi Program S1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas dan benar apa adanya. Apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.

Medan, Januari 2011 Yang Membuat Pernyataan,

NIM: 110522073


(3)

ABSTRAK

PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP PAJAK PENGHASILAN SEBAGAI SALAH SATU SUMBER PENERIMAAN NEGARA (Studi Empiris: Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di BEI periode 2009 sampai dengan 2011)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kinerja keuangan berpengaruh baik simultan maupun parsial terhadap pajak penghasilan pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel Current Liability to Inventory (CLI), Operating Profit Margin (OPM), Earning Power of Total Investment (EPTI), dan Operating ratio (OPERA) sebagai variabel independen dan pajak penghasilan sebagai variabel dependen.

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan makanan dan minuman yang terdafatar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009 – 2011. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 19 perusahaan. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling dan sampel yang diperoleh dalam penelitian ini berjumlah 17 perusahaan. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik deskriptif, uji asumsi klasik dan uji hipotesis (uji t, uji F dan uji determinasi). Pengujian dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program komputer SPSS 18.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel Current Liability to Inventory (CLI), Operating Profit Margin (OPM) berpengaruh positif dan signifikan terhadap pajak penghasilan sedangkan Earning Power of Total Investment (EPTI) dan Operating ratio (OPERA) berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap pajak penghasilan.

Kata kunci:Current Liability to Inventory, Operating Profit Margin, Earning Power of Total Investment, Operating Ratio dan Pajak Penghasilan


(4)

ABSTRACT

PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP PAJAK PENGHASILAN SEBAGAI SALAH SATU SUMBER PENERIMAAN NEGARA (Studi Empiris: Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di BEI periode 2009 sampai dengan 2011)

This research have a purpose to knowing that profitability ratio have an effect neither simultaneous orpartialto income taxfood and beverage companylisted inIndonesia Stock Exchange. The variablesin this research consistedof a variableCurrentLiabilitytoInventory (CLI), OperatingProfitMargin(OPM), EarningPowerofTotalInvestment (EPTI), and Operatingratio (OPERA) as independent variablesandthe dependent variable isincome tax.

The populationin this researchis food andbeveragecompany listedin Indonesia Stock Exchangeyears2008 - 2011. The population inthis research is amounted to19 companies. Sample selectionis gotten bypurposivesamplingmethodand sampleinthis study is amounted to17 companies. Data analysis methodused inthis research isdescriptivestatistical analysis, classic assumptions test, and classicalhypothesis test(t test, F test and determination test). Testsconductedin this researchused acomputerprogramSPSS18.

The results of this research indicate that the variable Current Liability to Inventory (CLI) and Operating Profit Margin (OPM) have positive and significant effect to income tax while Earning Power of Total Investment (EPTI) and Operating ratio (OPERA) have positive and not significant effect to income tax .

Keyword: Current LiabilitytoInventory, OperatingProfitMargin, EarningPowerof TotalInvestment, and Operatingratio andIncome Tax


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala berkat dan anugerah-Nya, sehingga Penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan judul “PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP PAJAK PENGHASILAN SEBAGAI SALAH SATU SUMBER PENERIMAAN NEGARA (StudiEmpiris: Perusahaan Makanan dan Minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesiaperiode 2009 sampai dengan 2011) ”, sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana Strata 1 Akuntansi Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.

Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis telah mendapatkan banyak bimbingan, pengarahan, bantuan dari berbagai pihak. Sehingga pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih. Secara khusus Penulis persembahkan kepada keluarga Penulis yang sangat Penulis sayangi, Almarhum Ayahanda Damus Harahap, Ibunda Nurlan Lubis, Adik-adik Penulis: Surya Satia Harahap, Ainul Yaqin Harahap, Doharni Soraya Harahap dan M. Rizqullah Harahap terima kasih atas kasih sayang, didikan, dukungan, dan doa kalian. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Arifin Lubis,M.M.,Akselaku Plt. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafrudin Ginting, S.E., MAFIS., Ak Selaku Ketua Departeman Akuntansi S1 Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Bapak Drs.


(6)

Hotmal Ja’far, M.M., Ak selaku Sekretaris Departemen Akuntansi S1 Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si., Ak Selaku Ketua Program Studi Akuntansi S1 Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Ibu Drs. Mutia Ismail, M.M., Ak selaku Sekretaris Program Studi Akuntansi S1 Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Arifin Hamzah, M.M., Ak selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan petunjuk, pengarahan, bimbingan dan bantuan dari awal hingga selesainya skripsi ini.

5. Bapak Drs. Sucipto, M.M., Ak selaku Desen Pembaca Penilai yang telah banyak memberikan masukan dan arahan dalam penulisan skripsi ini.

6. Dosen-dosen di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang sudah mengajarkan dan membagi ilmu, pengetahuan, nasihat bagi Penulis. Juga teman-teman di Fakultas Ekonomi angkatan 2011 serta semua pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan penulis dalam pengetahuan dan pengulasan skripsi. Oleh karena itu Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga dapat dijadikan acuan dalam penulisan karya-karya ilmiah selanjutnya.


(7)

Akhir kata, Penulis berharap semoga skripsi ini menjadi bahan bacaan yang bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Januari 2012 Penulis

NIM: 110522073 Nuda Kartika Harahap


(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis ... 9

2.1.1 Laporan Keuangan ... 9

2.1.1.1 Pengertian Laporan Keuangan ... 9

2.1.1.2 Pengguna Laporan Keuangan ... 10

2.1.1.3 Laporan Keuangan dan Jenisnya ... 12

2.1.2 Analisis Laporan Keuangan ... 16

2.1.2.1 Pengertian Analisis Laporan Keuangan ... 16

2.1.2.2 Bentuk – Bentuk dan Teknik Analisis ... 17

2.1.3 Analisis Rasio Keuangan ... 19

2.1.3.1 Pengertian Analisis Rasio Keuangan ... 19

2.1.3.2 Jenis – Jenis Rasio Keuangan ... 19

2.1.3.3 Pengelompokan Rasio Keuangan ... 20

2.1.3.4 Keterbatasan Rasio Keuangan... 24

2.1.4 Pajak Penghasilan Badan ... 24

2.1.4.1 Pengertian Pajak Penghasilan Badan ... 24

2.1.4.2 Pajak Penghasilan yang Dapat Dikreditkan (Kredit Pajak) .... 26

2.1.4.3 Pajak Penghasilan Final ... 28

2.1.4.4 Laporan Keuangan Fiskal ... 29

2.1.4.5 Penghitungan Pajak Penghasilan ... 34

2.2 Hipotesis ... 41


(9)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian ... 43

3.2 Batasan Operasional ... 43

3.3 Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel ... 44

3.3.1 Variabel Dependent ... 44

3.3.2 Variabel Independent ... 45

3.4 Populasi dan Sampel ... 47

3.5 Jenis dan Sumber Data ... 49

3.6 Metode Pengumpulan Data ... 50

3.7 Teknik Analisis Data ... 51

3.7.1 Pengujian Asumsi Klasik ... 51

3.7.1.1 Uji Normalitas ... 51

3.7.1.2 Uji Heteroskedastisitas ... 53

3.7.1.3 Uji Autokorelasi ... 53

3.7.1.4 Uji Multikolinieritas ... 54

3.7.2 Pengujian Hipotesis ... 55

3.7.2.1 Koefisien Determinasi ... 56

3.7.2.2 Uji F ... 57

3.7.2.3 Uji t ... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum dan Data Deskriptif Obyek Penelitian ... 59

4.1.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 59

4.1.2 Data Deskriptif ... 59

4.2 Pengujian dan Analisis Data ... 73

4.2.1 Pengujian Asumsi Klasik ... 73

4.2.1.1 Uji Normalitas ... 73

4.2.1.2 Uji Heteroskedastisitas ... 79

4.2.1.3 Uji Autokorelasi ... 81

4.2.1.4 Uji Multikolinearitas ... 82

4.2.2 Pengujian Hipotesis ... 84

4.2.2.1 Koefisien Determinasi (R2) ... 84

4.2.2.2 Pengujian Simultan (Uji F) ... 86

4.2.2.3 Pengujian Parsial (Uji t) ... 88

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ... 89

4.3.1 Hipotesis 1 (H1) ... 89

4.3.2 Hipotesis 2 (H2) ... 89

4.3.3 Hipotesis 3 (H3) ... 90

4.3.4 Hipotesis 4 (H4) ... 90


(10)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 92

5.2 Saran ... 93

DAFTAR PUSTAKA ... 94


(11)

DAFTAR TABEL

NomorHalaman

Tabel 2.1 Laporan Laba Rugi PT.X ... 38

Tabel 3.1 Variabel dan Definisi Operasional ... 46

Tabel 3.2 Daftar Sampel Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di BEI (2009-2011)... 48

Tabel 4.1 Current Liabiliy to InventoryPada Perusahaan Makanan dan Minuman Periode 2009-2011 ... 60

Tabel 4.2 Operating Profit MarginPada Perusahaan Makanan dan MinumanPeriode 2009-2011 ... 63

Tabel 4.3 Earning Power of Total InvestmentPada Perusahaan Makanan dan MinumanPeriode 2009-2011 ... 65

Tabel 4.4 Operating RatioPada Perusahaan Makanan dan MinumanPeriode 2009-2011 ... 67

Tabel 4.5 Pajak PenghasilanPada Perusahaan Makanan dan MinumanPeriode 2009-2011 ... 70

Tabel 4.6 Deskripsi variabel penelitian observasi awal (n = 51) . ... 72

Tabel 4.7 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ... 76

Tabel 4.8 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ... 78

Tabel 4.9 Hasil Uji Glejser ... 80

Tabel 4.10 Hasil Uji Autokorelasi ... 81

Tabel 4.11 Hasil Uji Multikolinearitas... 83

Tabel 4.12 Nilai R² ... ... 85

Tabel 4.13 Hasil Regresi Uji F ... 86


(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 42

Gambar 4.1 Histogram ... 74

Gambar 4.2 Grafik P-P Plot ... 75

Gambar 4.3 Histogram (setelah transformasi) ... 77

Gambar 4.4 P – P Plot (setelah transformasi)... 77


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

Lampiran i Daftar Populasi dan Sampel ... 97

Lampiran ii Perhitungan Current Liabilities (X1) ... 98

Lampiran iii Perhitungan Operating Profit Margin (X2) ... 101

Lampiran iv Perhitungan Earning Power of Total Investment (X3) ... 104

Lampiran vPerhitungan Operating Ratio (X4) ... 107

Lampiran viPajak Penghasilan 2009-2011 (Y) ... 110

Lampiran vii Statistik Deskriptif ... 111

Lampiran viii Uji Normalitas (Sebelum Transformasi ke LN) ... 111

Lampiran ix Uji Normalitas (Sesudah Transformasi ke LN) ... 113

Lampiran x Uji Heteroskedastisitas ... 114

Lampiran xi Uji Autokorelasi ... 115

Lampiran xii Uji Multikolineritas ... 115


(14)

ABSTRAK

PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP PAJAK PENGHASILAN SEBAGAI SALAH SATU SUMBER PENERIMAAN NEGARA (Studi Empiris: Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di BEI periode 2009 sampai dengan 2011)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kinerja keuangan berpengaruh baik simultan maupun parsial terhadap pajak penghasilan pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel Current Liability to Inventory (CLI), Operating Profit Margin (OPM), Earning Power of Total Investment (EPTI), dan Operating ratio (OPERA) sebagai variabel independen dan pajak penghasilan sebagai variabel dependen.

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan makanan dan minuman yang terdafatar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009 – 2011. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 19 perusahaan. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling dan sampel yang diperoleh dalam penelitian ini berjumlah 17 perusahaan. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik deskriptif, uji asumsi klasik dan uji hipotesis (uji t, uji F dan uji determinasi). Pengujian dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program komputer SPSS 18.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel Current Liability to Inventory (CLI), Operating Profit Margin (OPM) berpengaruh positif dan signifikan terhadap pajak penghasilan sedangkan Earning Power of Total Investment (EPTI) dan Operating ratio (OPERA) berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap pajak penghasilan.

Kata kunci:Current Liability to Inventory, Operating Profit Margin, Earning Power of Total Investment, Operating Ratio dan Pajak Penghasilan


(15)

ABSTRACT

PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP PAJAK PENGHASILAN SEBAGAI SALAH SATU SUMBER PENERIMAAN NEGARA (Studi Empiris: Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di BEI periode 2009 sampai dengan 2011)

This research have a purpose to knowing that profitability ratio have an effect neither simultaneous orpartialto income taxfood and beverage companylisted inIndonesia Stock Exchange. The variablesin this research consistedof a variableCurrentLiabilitytoInventory (CLI), OperatingProfitMargin(OPM), EarningPowerofTotalInvestment (EPTI), and Operatingratio (OPERA) as independent variablesandthe dependent variable isincome tax.

The populationin this researchis food andbeveragecompany listedin Indonesia Stock Exchangeyears2008 - 2011. The population inthis research is amounted to19 companies. Sample selectionis gotten bypurposivesamplingmethodand sampleinthis study is amounted to17 companies. Data analysis methodused inthis research isdescriptivestatistical analysis, classic assumptions test, and classicalhypothesis test(t test, F test and determination test). Testsconductedin this researchused acomputerprogramSPSS18.

The results of this research indicate that the variable Current Liability to Inventory (CLI) and Operating Profit Margin (OPM) have positive and significant effect to income tax while Earning Power of Total Investment (EPTI) and Operating ratio (OPERA) have positive and not significant effect to income tax .

Keyword: Current LiabilitytoInventory, OperatingProfitMargin, EarningPowerof TotalInvestment, and Operatingratio andIncome Tax


(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak bisa terlepas dari kegiatan ekonomi. Kegiatan ekonomi ini merupakan kegiatan yang melibatkan lebih dari satu individu atau satu organ. Oleh karena itu, pembentuk berjalannya kegiatan ekonomi adalah organ (individu dan atau korporasi dalam jumlah lebih dari satu) yang saling membutuhkan dan saling melengkapi dalam proses kegiatan ekonomi. Para pelaku ekonomi saling berinteraksi hingga terjadinya transaksi ekonomi.

Pelaku Ekonomi di Indonesia pada hakekatnya sangat bervariasi, baik mengenai eksistensinya di dalam peraturan kegiatannya maupun kedudukan institusinya. Pada strata terendah biasanya terdiri dari pelaku ekonomi perorangan dengan kekuatan modal yang relatif terbatas. Pada strata menengah ke atas dapat dijumpai beberapa bentuk badan usaha, baik yang bukan Badan Hukum maupun yang mempunyai status sebagai Badan Hukum yaitu Perseroan Terbatas dan Koperasi. Sebagai suatu Korporasi, Perseroan Terbatas atau PT pasti mempunyai kemampuan untuk lebih mengembangkan dirinya dibandingkan dengan Badan Usaha yang lain, terutama yang tidak berbentuk Badan Hukum dalam menjalankan perannya sebagai pelaku ekonomi.

Eksistensi perusahaan sebagai salah satu pelaku ekonomi di Indonesia tidak dapat dielakkan lagi. Perusahaan sudah menjadi salah satu anggota komunitas


(17)

masyarakat. Bahkan hadirnya perusahaan di masyarakat telah membuat tatanan baru dalam komunitas akar rumput (masyarakat bawah). Tatanan tersebut dapat berupa tatanan ekonomi maupun tatanan sosiologis. Hadirnya perusahaan ditengah-tengah masyarakat ini tentunya memainkan peran dalam sistem ekonomi di Indonesia.

Menurut rumusan Pasal 1 huruf (b) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Wajib Daftar Perusahaan, dikemukakan bahwa: “Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat tetap dan terus-menerus dan yang didirikan, bekerja serta berkedudukan dalam wilayah Negara Republik Indonesia, untuk tujuan memperoleh keuntungan dan atau laba”.

Perusahaan didirikan dengan banyak tujuan diantaranya tujuan pelayanan primer yang mengandalkan kualitas output yang harus dihasilkan agar tercapai maksimalisasi profit, tujuan pelayanan kolateral yang memberikan nilai-nilai ekonomi yang lebih luas bagi kesejahteraan masyarakat umum, serta tujuan pelayanan skunder yang merupakan nilai-nilai yang diperlukan oleh perusahaan untuk mencapai tujuan primer. Namun secara umum, tujuan perusahaan dapat berupa pencapaian keuntungan maksimal, mempertahankan kelangsungan hidup, mengejar pertumbuhan, dan menampung tenaga kerja.

Untuk mencapai semua tujuannya tersebut, perusahaan harus memiliki kinerja yang baik, khususnya kinerja keuangan. Pengukuran kinerja keuangan perusahaan dapat kita lihat dari analisis rasio keuangan. Variabel-variabel rasio keuangan yang menjadi ukuran kinerja dan kualitas sistem keuangan perusahaan dapat memberikan gambaran kepada penganalisa (manajer, kreditur, investor,


(18)

masyarakat umum dan pemerintah) tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan dari suatu periode ke periode berikutnya.

Rasio menggambarkan suatu hubungan atau pertimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah lain. Rasio keuangan yang digunakan oleh penulis dintaranya adalah Current Liability to Inventory (CLI), Operating Profit Margin (OPM), Earning Power of Total Investment (EPTI), dan Operating Ratio (OPERA). CLI digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi hutang jangka pendek dengan mengandalkan persediaan, EPTI digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen perusahaan dalam mengelola modal perusahaan yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi semua investor (pemegang obligasi + saham), dan OPERA digunakan untuk mengukur biaya operasi per rupiah penjualan, semakin kecil angka rasio menunjukan kinerja yang semakin baik.

Perusahaan memang mempunyai andil yang cukup besar dalam memenuhi kesejahteraan rakyat, selain menyediakan produk bagi masyarakat, perusahaan juga dapat berkontribusi dalam pembangunan nasional melalui pajak. Sommerfeld Ray M., Anderson Herschel M., dan Brock Horace R, mengatakan pajak adalah suatu pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor pemerintah, bukan akibat pelanggaran hukum, namun wajib dilaksanakan, berdasarkan ketentuan yang ditetapkan lebih dahulu, tanpa mendapat imbalan yang langsung dan proporsional, agar pemerintah dapat melaksanakan tugas-tugasnya untuk menjalankan pemerintahan. Sektor swasta yang dimaksud oleh Sommerfeld Ray M, dapat kita


(19)

artikan sebagai perusahaan-perusahaan Indonesia yang bergerak di bidangnya masing-masing. Untuk itu perusahaan memiliki peran yang cukup besar berkontribusi dalam penerimaan pajak.

Unsur-unsur dari tiap-tiap variable rasio keuangan yang telah dijelaskan menggunakan unsur laba bruto atau laba sebelum bunga dan pajak (EBIT). Hal ini penting menurut penulis karena dalam pengukuran pengaruh kinerja keuangan terhadap beban pajak penghasilan, tidak menjadi akurat jika kita menggunakan unsur laba setelah pajak (EAIT) yang tidak lagi dapat menggambarkan pengaruh terhadap beban pajak penghasilan. Dimana EAIT diperoleh dari :

Laba sebelum pajak – Beban pajak penghasilan = Laba setelah pajak/Laba bersih. Perusahaan memiliki andil dalam penerimaan pajak negara khususnya pajak penghasilan. Besarnya pajak penghasilan dapat kita temukan pada laporan keuangan perusahaan, yaitu pada laporan laba rugi perusahaan.

Pembangunan nasional merupakan suatu rangkaian pembangunan yang terencana dan berkesinambungan yang tersusun dalam Repelita (Rencana Pembangunan Lima Tahun) atau sekarang lebih dikenal dengan nama Propenas (Program Pembangunan Nasional). Program Pembangunan Nasional (Propenas) bertujuan untuk memajukan taraf kehidupan masyarakat.

Kondisi yang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini sangat kompleks serta bersifat multidimensional sehingga membutuhkan penanganan yang serius dan bersungguh-sungguh. Berdasarkan kondisi umum dan arah kebijakan dalam GBHN 1999-2004, dapat diidentifikasikan lima permasalahan pokok yang dihadapi oleh


(20)

bangsa Indonesia saat ini. Permasalahan-permasalahan pokok tersebut adalah sebagai berikut:

1. Merebaknya konflik sosial dan munculnya gejala disintegrasi bangsa 2. Lemahnya penegakan hukum dan hak asasi manusia

3. Lambatnya pemuliahan ekonomi

4. Rendahnya kesejahteraan rakyat, meningkatnya penyakit sosial, dan lemahnya ketahanan budaya nasional

5. Kurang berkembangnya kapasitas pembangunan daerah dan masyarakat

Dengan mempertimbangkan latar belakang keterkaitan masalah dan tantangan seperti diuraikan di atas, Propenas merumuskan lima prioritas pembangunan nasional, yaitu sebagai berikut:

1. Mebangun sistem politik yang demokratis serta mempertahankan persatuan dan kesatuan

2. Mewujudkan supremasi hukum dan pemerintahan yang baik

3. Mempercepat pemulihan ekonomi dan memperkuat landasan pembangunan berkelanjutan dan berkeadilan yang berdasarkan sistem ekonomi kerakyatan 4. Membangun kesejahteraan rakyat, meningkatkan kualitas kehidupan

beragama, dan ketahanan budaya 5. Meningkatkan pembangunan daerah

Untuk menjalankan kelima prioritas program pembangunan nasional tersebut diperlukan dana anggaran yang cukup besar untuk pembiayaan pembangunan yang


(21)

dituangkan dalam suatu sistem anggaran dan pembiayaan keuangan negara atau yang disebut APBN (Anggaran Pendapatan Belanja Negara).

Sumber penerimaan APBN yang berasal dari pajak, meliputi : Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan (BPHTB) & Cukai, dan Pajak lainnya seperti Pajak Perdagangan (bea masuk dan pajak/pungutan ekspor). Sedangkan Sumber penerimaan APBN yang berasal dari bukan pajak, meliputi : penerimaan dari sumberdaya alam, setoran laba BUMN, dan penerimaan bukan pajak lainnya. Diantara semua sumber APBN tersebut, penerimaan yang bersumber dari pajak adalah penerimaan yang paling dominan dan paling dapat diandalkan. Pajak memang sangat berkontribusi dalam pembangunan nasional, dimana pembiayaan pembangunan telah dituangkan dalam suatu sistem anggaran dan pembiayaan keuangan negara atau yang disebut APBN (Anggaran Pendapatan Belanja Negara).

Berdasarkan uraian diatas, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai ada tidaknya pengaruh kinerja keuangan perusahaan terhadap pajak penghasilan pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2011.


(22)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, maka perumusan masalah dalam penelitian ini dapat diindentifikasikan sebagai berikut: “Apakah kinerja keuangan yang dapat dilihat dari current liability to inventory (CLI) , operating profit margin (OPM), earning power of total investment (EPTI), operating ratio

(OPERA) berpengaruh terhadap pajak penghasilan pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2009-2011”

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kinerja keuangan yang dapat dilihat dari current liability to inventory (CLI) , operating profit margin (OPM), earning power of total investment (EPTI), operating ratio (OPERA) berpengaruh terhadap pajak penghasilan pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2009-2011.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut,yaitu: 1. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat membuka wawasan penulis tentang pengaruh kinerja keuangan terhadap pajak penghasilan.


(23)

2. Bagi Perusahaan

Sebagai sumber informasi dan masukan bagi perusahaan dalam memprediksi besarnya pajak penghasilan perusahaan dengan melakukan analisis laporan keuangan dan juga menilai apakah kinerja keuangan perusahaan yang semakin baik akan mengakibatkan beban pajak penghasilan yang semakin besar pula atau sebaliknya.

3. Bagi Investor dan Masyarakat

Sebagai sumber informasi dan dapat membantu pihak-pihak yang terlibat dalam perusahaan untuk dapat digunakan dalam pengambilan keputusan investasi dan juga menambah wawasan bagi pengamat pajak atau masyarakat dalam menilai apakah kinerja keuangan perusahaan yang semakin baik akan mengakibatkan beban pajak penghasilan yang semakin besar pula atau sebaliknya.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapan dapat menjadi sumbangan pikiran dan dapat membantu untuk pihak yang ingin melakukan penelitian selanjutnya.


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Laporan Keuangan

2.1.1.1Pengertian Laporan Keuangan

“Laporan serta catatan atas laporan keuangan mengandung informasi yang berguna mengenai posisi keuangan suatu perusahaan, keberhasilan operasi, kebijakan dan strategi manajemen, dan pandangan atas kinerja masa depan” (Fraser dkk 2008:3). Kasmir (2010) menyatakan bahwa

dalam praktiknya laporan keuangan oleh perusahaan tidak dibuat secara serampangan, tetapi harus dibuat dan disusun sesuai dengan aturan atau standar yang berlaku. Hal ini perlu dilakukan agar laporan keuangan mudah dibaca dan dimengerti. Laporan keuangan yang disajikan perusahaan sangat penting bagi manajemen dan pemilik perusahaan. Disamping itu, banyak pihak yang memerlukan dan berkepentingan terhadap laporan keuangan yang dibuat perusahaan, seperti pemerintah, kreditor, investor maupun para supplier.

Sudah merupakan kewajiban setiap perusahaan untuk membuat dan melaporkan keuangan perusahaannya pada suatu periode tertentu. Hal yang dilaporkan kemudian dianalisis sehingga dapat diketahui kondisi dan posisi perusahaan terkini. Kemudian laporan keuangan juga akan menentukan langkah apa yang dilakukan perusahaan sekarang dan kedepan, dengan melihat berbagai persoalan yang ada baik kelemahan maupun kekuatan yang dimilikinya.


(25)

Menurut PSAK No.1 Paragraf ke 7 (Revisi 2009), “tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi”. Laporan keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Menurut PSAK No.1 Paragraf ke 7 (Revisi 2009), “dalam rangka mencapai tujuan laporan keuangan, laporan keuangan menyajikan informasi mengenai entitas yang meliputi: asset, liabilitas, ekuitas, pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian, kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik dan arus kas”. Informasi tersebut, beserta informasi lainnya yang terdapat dalam catatan atas laporan keuangan, membantu pengguna laporan dalam memprediksi arus kas masa depan dan khususnya, dalam hal waktu dan kepastian diperolehnya kas dan setara kas.

2.1.1.2 Pengguna Laporan Keuangan

Laporan keuangan dapat dikatakan sebagai hasil dari proses akuntansi dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan kondisi keuangan dan hasil operasi perusahaan. Pihak-pihak yang berkepentingan tersebut adalah manajemen, pemilik, kreditur, investor, penyalur, karyawan, lembaga pemerintah, dan masyarakat umum.

“Disamping laporan keuangan umum perlu juga disusun laporan keuangan lain untuk keperluan penetapan pajak yang harus disampaikan kepada Direktorat Jenderal Pajak. Sedangkan untuk kepentingan lembaga pemerintah lainnya seperti


(26)

Biro Pusat Statistik, Dinas Perindustrian, Kantor Perdagangan, Departemen Tenaga Kerja, dan dinas lainnya, diperlukan laporan-laporan lain yang bersifat khusus” (Djarwanto 2001:2).

Berikut adalah pihak-pihak yang berkepentingan terhadap Laporan Keuangan menurut Djarwanto (2001:3) :

1. Pimpinan Perusahaan, dengan mengadakan analisa laporan keuangan perusahaannya akan dapat mengetahui keadaan perkembangan keuangan perusahaan dan hasil-hasil keuangan yang telah dicapai baik pada waktu-waktu yang lalu maupun waktu-waktu yang sekarang. Dengan mengadakan analisa data keuangan dari waktu ke waktu yang lalu akan dapat diketahui keberhasilan-keberhasilan atau kegagalan-kegagalan di waktu yang lalu. Hasil analisa tersebut akan sangat penting artinya untuk penyusunan kebijaksanaan yang akan dilakukan di waktu yang akan datang.

2. Para Kreditur, dimana mereka adalah pemberi pinjaman. Mereka perlu mengetahui kondisi kerja atau kondisi keuangan jangka pendek (likuiditas), stabilitas, dan profitabilitas, dari perusahaan, sebelum mereka memutuskan untuk memberi atau memperluas kreditnya.

3. Investor, memerlukan analisa laporan keuangan dalam rangka penentuan kebijaksanaan penanaman modalnya. Bagi investor yang penting adalah tingkat imbalan hasil (rate of return) dari modal yang telah atau akan ditanam dalam suatu perusahaan.

4. Para Pedagang Besar (Supplier), juga menaruh perhatian terhadap laporan keuangan dari perusahaan dimana mereka bertindak sebagai perantara dalam menyalurkan hasil produksi perusahaan tersebut kepada para konsumen. Mereka perlu mengetahui harga penjualan barang per satuan, syarat pembayaran piutang, dan lain sebagainya.

5. Pemerintah dimana perusahaan tersebut berada, sangat berkepentingan terhadap laporan keuangan perusahaan tersebut. Disamping untuk menentukan besarnya pajak yang harus ditanggung perusahaan tersebut juga sangat diperlukan oleh lembaga pemerintah lainnya seperti Biro Pusat Statistik, Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Tenaga Kerja untuk dasar dalam membuat perencanaan pemerintah dan untuk dasar pengambilan kebijaksanaan pemerintah.

6. Karyawan dan Serikat Kerja, berkepentingan dengan laporan keuangan dari perusahaan dimana mereka bekerja, karena sumber penghasilan tergantung pada perkembangan perusahaan bersangkutan.

7. Masyarakat Umum disekitar diamana perusahaan berdomisili, secara tidak langsung juga berkepentingan terhadap laporan keuangan perusahaan.


(27)

Kepentingan mereka berhubungan dengan kesempatan kerja, pendapatan masyarakat, dan fasilitas-fasilitas lain yang bermanfaat bagi masyarakat. 2.1.1.2Laporan Keuangan dan Jenisnya

Menurut PSAK No. 1 Paragraf 49 (Revisi 2009), laporan keuangan yang disusun guna memberikan informasi kepada berbagai pihak terdiri dari Neraca, Laporan Laba Rugi, Laporan Perubahan Modal, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan.

Neraca merupakan salah satu laporan keuangan yang terpenting bagi perusahaan. Oleh karena itu, setiap perusahaan diharuskan untuk menyajikan laporan keuangan dalam bentuk neraca . Neraca biasanya disusun pada periode tertentu, misalnya satu tahun. Namun neraca juga dapat dibuat pada saat tertentu untuk mengetahui kondisi perusahaan saat ini bila diperlukan. Menurut James C Van Horne, neraca adalah ringkasan posisi keuangan perusahaan pada tanggal tertentu yang menunjukkan total aktiva dengan total kewajiban ditambah total ekuitas pemilik. Neraca menunjukkan posisi keuangan berupa aktiva (harta), kewajiban (utang), dan modal perusahaan (ekuitas) pada saat tertentu. Neraca perusahaan disajikan sedemikian rupa yang menggambarkan posisi keuangan suatu perusahaan pada saat tertentu maksudnya adalah menunjukkan keadaan keuangan pada tanggal tertentu biasanya pada saat tutup buku. Neraca minimal mencakup pos – pos berikut (PSAK No.1 Paragraf 49, Revisi 2009):

1) aktiva berwujud, 2) aktiva tidak berwujud, 3) aktiva keuangan,


(28)

5) persediaan,

6) piutang usaha dan piutang lainnya, 7) kas dan setara kas,

8) hutang usaha dan hutang lainnya, 9) kewajiban yang diestimasi,

10)kewajiban berbunga jangka panjang, 11)hak minoritas,

12)modal saham dan pos ekuitas lainnya.

Jenis laporan keuangan lainnya selain neraca adalah laporan laba rugi. Berbeda dengan neraca yang melaporkan tentang kekayaan, utang dan modal, laporan laba rugi memberikan informasi tentang hasil-hasil usaha yang diperoleh perusahaan. Laporan laba rugi juga berisi jumlah pendapatan yang diperoleh dan jumlah biaya yang dikeluarkan. Dengan kata lain, laporan laba rugi merupakan laporan yang menunjukkan jumlah pendapatan atau penghasilan yang diperoleh dan biaya-biaya yang dikeluarkan dan laba rugi dalam suatu periode tertentu.

Menurut James C. Van Horne, laporan laba rugi yaitu ringkasan pendapatan dan biaya perusahaan selama periode tertentu yang diakhiri dengan laba atau rugi pada periode tersebut. Menurut Kasmir (2010:46), komponen pendapatan yang dilaporkan dalam laporan laba rugi terdiri dua jenis, yaitu :

1) Pendapatan atau penghasilan yang diperoleh dari usaha pokok (usaha utama) perusahaan ;

2) Pendapatan atau penghasilan yang diperoleh dari di luar usaha pokok (usaha sampingan) perusahaan ;

Untuk komponen pengeluaran atau biaya-biaya juga terdiri dari dua jenis, yaitu:

1) Pengeluaran atau biaya yang dibebankan dari usaha pokok (usaha utama) perusahaan;

2) Pengeluaran atau biaya yang dibebankan dari luar usaha pokok (usaha sampingan) perusahaan.


(29)

Laporan laba rugi perusahan disajikan sedemikian rupa yang menonjolkan berbagai unsur kinerja keuangan yang diperlukan bagi penyajian secara wajar. Laporan laba rugi minimal mencakup pos – pos berikut (PSAK No.1 Paragraf 56, Revisi 2009) :

1) Pendapatan, 2) Laba rugi usaha 3) Beban pinjaman

4) Bagian dari laba atau rugi perusahaan afiliasi dan asosiasi yang diperlukan menggunakan metode ekuitas,

5) Beban pajak,

6) Laba atau rugi dari aktivitas normal perusahaan, 7) Pos luar biasa,

8) Hak minoritas,

9) Laba atau rugi bersih untuk periode berjalan.

Laporan perubahan ekuitas menggambarkan peningkatan atau penurunan aktiva bersih atau kekayaan selama periode yang bersangkutan. Perusahaan harus menyajikan laporan perubahan ekuitas sebagai komponen utama laporan keuangan, yang menunjukan (PSAK No.1 Paragraf 66, Revisi 2009) :

1) Laba rugi bersih periode yang bersangkutan,

2) Setiap pos pendapatan dan beban, keuntungan atau kerugian beserta jumlahnya yang berdasarkan PSAK terkait diakui secara langsung dalam ekuitas,

3) pengaruh komulatif dari perubahan kebijakan akuntansi dan perbaikan terhadap kesalahan mendasar sebagaimana diatur dalam PSAK terkait,

4) transaksi modal dengan pemilik dan distribusi kepada pemilik,

5) saldo akumulasi laba atau rugi pada awal dan akhir periode serta perubahan, 6) frekonsiliasi antar nilai tercatat dari masing-masing jenis modal saham, agio

dan cadangan pada awal dan akhir periode yang mengungkapkan secara terpisah setiap perubahan.

Laporan perubahan ekuitas, kecuali untuk perubahan yang berasal dari transaksi dengan pemegang saham seperti setoran modal dan pembayaran dividen,


(30)

menggambarkan jumlah keuntungan dan kerugian yang berasal dari kegiatan perusahaan selama periode yang bersangkutan.

“Laporan arus kas dapat memberikan informasi yang memungkinkan para pemakai untuk mengevaluasi perubahan dalam aktiva bersih perusahaan, struktur keuangan (termasuk likuiditas dan solvabilitas) dan kemampuan untuk mempengaruhi jumlah serta waktu arus kas dalam rangka adaptasi dengan perubahan keadaan dan peluang” (PSAK No. 2, 2009). Informasi arus kas berguna untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas dan memungkinkan para pemakai mengembangkan model untuk menilai dan membandingkan nilai sekarang dari arus kas masa depan (future cash flow) dari berbagai perusahaan.

Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara sistematis. Setiap pos dalam neraca, laporan laba rugi dan laporan arus kas harus berkaitan dengan informasi yang terdapat pada catatan laporan keuangan. Catatan laporan keuangan mengungkapkan (PSAK No. 1 Paragraf 68, Revisi 2009):

1) Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi yang penting,

2) Informasi yang diwajibkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan tetapi tidak disajikan di neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas,

3) Informasi tambahan yang tidak diasajikan dalam laporan keuangan tetapi diperlukan dalam rangka penyajian secara wajar.


(31)

1.1.2 Analisis Laporan Keuangan

1.1.2.1Pengertian Analisis Laporan Keuangan

Analisis terhadap laporan keuangan suatu perusahaan pada dasarnya dilakukan untuk melihat prospek dan resiko perusahaan. Prospek untuk mengetahui tingkat keuntungan (profitabilitas) sedangkan resiko untuk mengetahui perusahaan tersebut sedang mengalami kesulitan keuangan atau tidak. Untuk menganalisis laporan keuangan, seorang analis keuangan harus melakukan beberapa hal :

1. Menentukan tujuan dari analisis keuangan

2. Memahami konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang mendasari laporan keuangan dan rasio-rasio keuangan dari laporan keuangan tersebut.

3. Memahami kondisi ekonomi dan bisnis yang mempengaruhi usaha perusahaan tersebut.

Analisis laporan keuangan suatu perusahaan tidak hanya dilakukan untuk satu periode tertentu saja, tetapi diperlukan analisis komparatif (perbandingan), sehingga dapat dilihat hubungan keuangan atau kecenderungan (trend) yang bersifat signifikan. Analisis laporan keuangan dapat dibagi menjadi tiga jenis: intracompany basis (perbandingan internal perusahaan untuk mendeteksi adanya perubahan-perubahan keuangan perusahaan atau trend yang signifikan), intercompany basis (perbandingan dengan perusahaan lain yang dapat memberikan gambaran posisi kompetitif perusahaan yang bersangkutan) dan industry average (perbandingan dengan rata-rata industri dari industri yang sama dengan perusahaan yang akan dianalisis).


(32)

1.1.2.2Bentuk-Bentuk dan Teknik Analisis

“Untuk melakukan analisis laporan keuangan diperlukan metode dan teknik analisis yang tepat. Tujuan penentuan metode dan teknik analisis yang tepat adalah agar laporan keuangan tersebut dapat memberikan hasil yang maksimal. Selain itu, para pengguna hasil analisis tersebut dapat dengan mudah untuk menginterpretasikannya” (Kasmir, 2010:68).

Menurut Kasmir (2010:69), dalam praktiknya, terdapat dua macam metode analisis laporan keuangan yang biasa dipakai, yaitu sebagai berikut:

1. Analisis Vertikal

Analisis vertikal merupakan analisis yang dilakukan terhadap hanya satu periode laporan keuangan saja. Analisis dilakukan antara pos-pos yang ada, dalam satu periode. Informasi yang diperoleh hanya untuk satu periode saja dan tidak diketahui perkembangan dari periode ke periode.

2. Analisis Horizontal

Analisis horizontal merupakan analisis yang dilakukan dengan membandingkan laporan keuangan untuk beberapa periode. Dari hasil analisis ini akan terlihat perkembangan perusahaan dari satu periode ke periode berikutnya.

“Kemudian, disamping metode yang digunakan untuk menganalisis laporan keuangan, terdapat beberapa jenis-jenis teknik analisis laporan keuangan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut” (Kasmir 2010:70) :

1. Analisis perbandingan antara laporan keuangan; 2. Analisis trend;

3. Analisis persentase per komponen; 4. Analisis sumber dan penggunaan dana; 5. Analisis sumber dan penggunaan kas; 6. Analisis rasio;

7. Analisis kredit; 8. Analisis laba kotor; 9. Analisis titik ulang pokok.


(33)

Kasmir (2010:71) “Penjelasan masing-masing teknik analisis laporan keuangan di atas adalah sebagai berikut”:

1. Analisis perbandingan antara laporan keuangan dilakukan dengan membandingkan laporan keuangan lebih dari satu periode.

2. Analisis trend atau tendensi merupakan analisis laporan keuangan yang biasanya dinyatakan dalam persentase tertentu. Analisis ini dilakukan dari periode satu ke periode berikutnya sehingga akan terlihat apakah perusahaan mengalami perubahan yaitu naik, turun, atau tetap, serta seberapa besar perubahan tersebut yang dihitung dalam persentase.

3. Analisis persentase per komponen merupakan anlisis yang dilakukan untuk membandingkan antara komponen yang ada dalam suatu laporan keuangan. 4. Analisis sumber dan penggunaan dana merupakan analisis yang dilakukan

untuk mengetahui sumber-sumber dana perusahaan dan penggunaan dana dalam suatu periode.

5. Analisis sumber dan penggunaan kas merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui sumber-sumber kas perusahaan dan penggunaan uang kas dalam satu periode.

6. Analisis rasio keuangan merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan pos-pos yang ada dalam satu laporan keuangan atau pos-pos antara laporan keuangan neraca dan laporan laba rugi.

7. Analisis kredit merupakan analisis yang digunakan untuk menilai layak tidaknya suatu kredit dikucurkan oleh lembaga keuangan seperti bank.

8. Analisis laba kotor merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui jumlah laba kotor dari periode ke periode yang lain.

9. Analisis titik ulang pokok disebut analisis titik impas atau break even point. Tujuan analisis ini adalah untuk mengetahui pada kondisi berapa penjualan produk dilakukan dan perusahaan tidak mengalami kerugian. Kegunaan analisis ini adalah untuk menentukan jumlah keuntungan pada berbagai tingkat penjualan.


(34)

1.1.3 Analisis Rasio Keuangan

1.1.3.1Pengertian Analisis Rasio Keuangan

Menurut Djarwanto (2001:123), “yang dimaksud rasio dalam analisa laporan keuangan adalah suatu angka yang menunjukkan hubungan antara suatu unsur dengan unsur lainnya dalam laporan keuangan”.

Analisis rasio keuangan ini berguna sebagai analisis intern bagi manajemen perusahaan untuk mengetahui hasil keuangan yang telah dicapai guna perencanaaan yang akan datang dan juga untuk analisis intern bagi kreditur dan investor untuk menentukan kebijakan pemberian kreditur dan investor untuk menentukan kebijakan pemberian kredit dan penanaman modal perusahaan.

1.1.3.2Jenis – Jenis Rasio Keuangan

Djarwanto (2001:127), ratio keuangan dapat digolongkan menjadi tiga kategori, yaitu:

1. Ratio likuiditas, bertujuan menguji kecukupan dana, solvency perusahaan, kemampuan perusahaan membayar kewajiban-kewajiban yang segera harus dipenuhi. Yang termasuk rasio likuiditas misalnya rasio lancer (current ratio), rasio tunai (quick ratio), perputaran piutang (receivables turnover), perputaran persediaan (inventory turnover).

2. Ratio profitabilitas, bertujan mengukur efisiensi aktivitas perusahaan dan kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan. Misalnya margin keuntungan (profit margin),margin laba bruto (gross profit margin), perputaran aktiva (operating asset turnover), imbalan hasil dari investasi (return on investment), rentabilitas modal sendiri (return on equity) dan lain sebagainya.

3. Rasio pemilikan, berkaitan langsung atau tidak langsung dengan keuntungan dan likuiditas. Membantu pemilik saham dalam mengevaluasi aktivitas dan kebijaksanaan perusahaan yang berpengaruh terhadap harga saham di pasaran. Misalnya keuntungan per lembar saham (earning per share), nilai buku per lembar saham (book value per share), rasio hutang dan modal sendiri (capital structure ratio), ratio dividen, dan lain sebagainya.


(35)

Rasio keuangan merupakan perbandingan dua data yang terdapat dalam laporan keuangan perusahaan. Rasio keuangan digunakan kreditur untuk mengetahui kinerja suatu perusahaan dengan melihat keampan perusahaan dalam membayar hutang-hutangnya.

2.1.3.3 Pengelompokan Rasio Keuangan

Rasio keuangan dikelompokkan dengan istilah yang berbeda-beda, sesuai dengan tujuan analisisnya. Beberapa rasio keuangan yang sering dipakai oleh seorang analisis dalam mencapai tujuannya, yaitu rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Rasio likuiditas untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek tepat pada waktunya.

Rasio keuangan digolongkan menjadi rasio likuiditas, rasio solvabilitas (leverage ratio), rasio aktivitas dan rasio profitablitas. menggolongkan rasio keuangan kedalam tiga macam rasio likuiditas, profitabilitas dan solvency. Secara umum, rasio keuangan dapat dikelompokkan menjadi rasio likuiditas, rasio leverage, rasio aktivitas dan rasio profitabilitas.

1) Rasio Likuiditas

(Widjaja 2008:154), “rasio lancar biasanya dipergunakan sebagai alat untuk mengukur keadaan likuiditas suatu perusahaan dan juga merupakan petunjuk untuk dapat mengetahui dan menduga sampai dimanakah kiranya kita, apabila memberikan


(36)

kredit berjangka pendek kepada seorang nasabah, dapat merasa aman atu tidak”. Rasio likuiditas dapat dibagi menjadi tiga:

a. Current Ratio (CR) yaitu perbandingan antara aktiva lancar dan hutang lancar.

b. Quick Ratio (QR) yaitu perbandingan antara aktiva lancar dikurangi persediaan terhadap hutang lancar.

c. Working Capital to Total Asset (WCTA) yaitu perbandingan antara aktiva lancar dikurangi hutang lancar terhadap jumlah aktiva. WCTA = (Aktiva Lancar – Hutang Lancar) / Jumlah Aktiva Aktiva lancar berupa kas, persediaan dan trade receivables (pendapatan dari dagang). Hutang lancar berupa trade payable, taxes payable dan currentmaturities of long term debt. Jumlah aktiva merupakan penjumlahan dari aktiva lancar dengan aktiva tetap (ICMD 2004).

2) Rasio Solvabilitas/Leverage

Menurut Fraser (2005:233) rasio hutang “mengukur sejauh mana perusahaan mendanai dengan hutang”. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Rasio ini terdiri atas:

a. Debt Ratio (DR) yaitu perbandingan antara total hutang dengan total asset. b. Debt to Equity Ratio (DER) yaitu perbandingan antara jumlah hutang lancar

dan hutang jangka panjang terhadap modal sendiri.

c. Long Term Debt to Equity Ratio (LTDER) yaitu perbandingan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri.


(37)

d. Times Interest Earned (TIE) yaitu perbandingan antara pendapatan sebelum pajak (earning before tax, selanjutnya disebut EBIT) terhadap bunga hutang jangka panjang.

e. Current Liability to Inventory (CLI) yaitu perbandingan antara hutang lancar terhadap persediaan.

f. Operating Income to Total Liability (OITL) yaitu perbandingan antara laba operasi sebelum bunga dan pajak (hasil pengurangan dari penjualan bersih dikurangi harga pokok penjualan dan biaya operasi) terhadap total hutang. 3) Rasio Aktivitas

Rasio ini menunjukkan kemampuan serta efisiensi perusahaan dalam memanfaatkan aktiva yang dimilikinya atau perputaran (turnover) dari aktiva-aktiva. Rasio aktivitas dapat diproksikan dengan:

a. Total Asset Turnover (TAT) yaitu perbandingan antara penjualan bersih dengan jumlah aktiva.

b. Inventory Turnover (IT) yaitu perbandingan antara harga pokok penjualan dengan persediaan rata-rata.

c. Average Collection Period (ACP) yaitu perbandingan antara piutang rata-rata dikalikan 360 dibanding dengan penjualan kredit.

d. Working Capital Turnover (WCT) yaitu perbandingan antara penjualan bersih terhadap modal kerja.


(38)

4) Rasio Profitabilitas

Menurut (Mannan dkk 2003 : 4.22), “profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba, hal ini sering juga disebut rentabilitas”. Rasio profitabilitas/rentabilitas digunakan untuk mengukur efisiensi suatu perusahaan dalam menggunakan aktivanya, efisiensi ini dikaitkan dengan penjualan yang berhasil diciptakan. Rasio profitabilitas dapat diproksikan dengan:

a. Net Profit Margin (NPM) yaitu perbandingan antara laba bersih setelah pajak (NIAT) terhadap total penjualannya.

b. Gross Profit Margin (GPM) yaitu perbandingan antara laba kotor terhadap penjualan bersih.

c. Return on Asset (ROA) yaitu perbandingan antara laba setelah pajak dengan jumlah aktiva.

d. Return on Equity (ROE) yaitu perbandingan antara laba setelah pajak terhadap modal sendiri.

e. Operating Profit Margin (OPM) yaitu perbandingan antara laba dari hasil operasi terhadap penjualan bersih.

f. Earning Power of Total Investment (EPTI) yaitu perbandingan antara laba sebelum bunga dan pajak terhadap total aktiva.

g. Operating Ratio (OPERA) yaitu perbandingan antara semua biaya termasuk harga pokok penjualan, biaya operasional dan biaya administrasi terhadap penjualan bersih.


(39)

2.1.3.4 Keterbatasan Rasio Keuangan

Kasmir (2010:117) “J. Fred Weston menyebutkan kelemahan rasio keuangan adalah sebagai berikut” :

1. Data keuangan disusun dari data akuntansi. Kemudian data tersebut ditafsirkan dengan berbagai macam cara, misalnya masing-masing perusahaan menggunakan:

• Metode penyusutan yang berbeda untuk menentukan nilai penyusutan terhadap aktivanya sehingga menghasilkan nilai penyusutan setiap periode juga berbeda ; atau

• Penilaian sediaan yang berbeda.

2. Prosedur pelaporan yang berbeda, mengakibatkan laba yang dilaporkan berbeda pula (dapat naik atau turun), tergantung prosedur pelaporan keuangan tersebut.

3. Adanya manipulasi data, artinya dalam menyusun data, pihak penyusun tidak jujur dalam memasukkan angka-angka ke laporan keuangan yang mereka buat. Akibatnya hasil perhitungan rasio keuangan tidak menunjukkan hasil yang sesungguhnya.

4. Penggunaan tahun fiskal yang bebeda juga dapat menghasilkan perbedaan.

1.1.4 Pajak Penghasilan Badan

2.1.4.1Pengertian Pajak Penghasilan Badan

Yang dimaksud badan di sini adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas (PT), perseroan komanditer (CV), perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap (UU Nomor 28 tahun 2007).


(40)

Pajak Penghasilan yaitu pajak yang dikenakan terhadap penghasilan badan, penghasilan disini yaitu penghasilan menurut peraturan perpajakan. Penghitungan pajak penghasilan badan dimulai dengan penghitungan penghasilan bersih dengan menggunakan pembukuan. Di dalam akuntansi penghasilan tersebut disebut sebagai laba sebelum pajak, sedangkan laba sebelum pajak yang telah dikoreksi fiskal akan menjadi penghasilan kena pajak, penghasilan kena pajak ini lah yang akan di kenakan pajak penghasilan dengan tarik efektif yang telah ditentukan pada pasal Pasal 17 dan Pasal 31 E Undang-Undang No.36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan.

Tarif PPh Pasal 17 dan Pasal 31 E UU No. 36 Tahun 2008, telah dirangkum sebagai berikut :

• Tarif Pajak untuk tahun pajak 2009 adalah sebesar 28 %

• Tarif Pajak untuk tahun pajak 2010, 2011, 2012 dan seterusnya adalah sebesar 25 %

• Wajib Pajak badan dalam negeri yang berbentuk perseroan terbuka yang paling sedikit 40% (empat puluh persen) dari jumlah keseluruhan saham yang disetor diperdagangkan di bursa efek di Indonesia dan memenuhi persyaratan tertentu lainnya dapat memperoleh tarif sebesar 5% (lima persen) lebih rendah daripada tarif tersebut yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.


(41)

• Wajib Pajak badan dalam negeri dengan peredaran bruto sampai dengan Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah) mendapat fasilitas berupa pengurangan tarif sebesar 50% (lima puluh persen) dari tarif tersebut (28% atau 25 %) yang dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto sampai dengan Rp 4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah).

• Untuk keperluan penerapan tarif pajak, jumlah Penghasilan Kena Pajak dibulatkan ke bawah dalam ribuan rupiah penuh.

2.1.4.2Pajak Penghasilan yang Dapat Dikreditkan (Kredit Pajak)

Kredit Pajak untuk Pajak Penghasilan adalah karena denga yang dibayar atau terutang di luar negeri, dikurangi denga

Pajak yang dapat dikreditkan dapat juga diartikan sebagai pajak yang dapat mengurangi pajak penghasilan akhir tahun yang harus disetor ke kas negara, karena kredit pajak tersebut adalah pajak penghasilan yang telah dibayar terlebih dahulu atau disebut pajak dibayar di muka yang telah disetor pada saat periode berjalan. Dimana jenis- jenis pajak yang dapat dikreditkan adalah sebagai berkut :


(42)

1. Pajak yang dibayar sendiri oleh Wajib Pajak

Pajak yang dibayar sendiri oleh Wajib Pajak adalah PPh pasal 25, pajak penghasilan pasal 25 merupakan kredit pajak penghasilan yang disetor ke kas negara setiap bulan, atau bisa dikatakan sebagai cicilan pajak penghasilan pada periode tertentu yang dimana dasar pengenaan pajaknya diambil dari pajak penghasilan periode yang lalu.

2. Pajak yang Dipotong atau Dipungut

Pajak yang dipotong atau dipungut yang dapat dijadikan kredit pajak pada pajak penghasilan badan adalah PPh 23 dan PPh 22. Pajak penghasilan pasal 23 merupakan pajak yang dipotong oleh pihak lain akibat dari suatu transaksi, misalnya menjual JKP (Jasa Kena Pajak). Ketika suatu badan menjual jasa kena pajak, maka penghasilan dari menjual jasa tersebut harus dipotong pajak penghasilan pasal 23. Pajak penghasilan pasal 22 adalah pajak yang dipungut oleh Bendahara Pemerintah Pusat/Daerah, instansi atau lembaga pemerintah dan lembaga-lembaga negara lainnya, berkenaan dengan pembayaran atas penyerahan barang, badan-badan tertentu, baik badan pemerintah maupun swasta berkenaan dengan kegiatan di bidang impor atau kegiatan usaha di bidang lain dan Wajib Pajak Badan yang melakukan penjualan barang yang tergolong sangat mewah.

3. Pajak atas Penghasilan yang Dibayar atau Terutang Di Luar Negeri

Pajak atas penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri adalah pajak penghasilan pasal 24. Pajak atas penghasilan yang terutang di luar negeri adalah


(43)

pajak yang berkenaan atas usaha atau pekerjaan di luar negeri. Pajak atas penghasilan yang dibayarkan di luar negeri adalah pajak atas penghasilan dari modal dan penghasilan lainnya di luar negeri misalnya bunga, deviden, royalty. 2.1.4.3Pajak Penghasilan Final

Pajak penghasilan final adalah pajak penghasilan yang dikenakan terhadap penghasilan kena pajak yang bersifat final, yang artinya penghasilannya tidak diperhitungkan/dimasukkan ke dalam penghitungan pajak penghasilan terhutang akhir tahun. Jumlah PPh final yang telah dipotong pihak lain ataupun dibayar sendiri tidak dapat dijadikan kredit pajak penghasilan terhutang.

Penghasilan yang dapat dikenai PPh final yaitu :

1) penghasilan berupa

surat utang negara, da

3) penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivatif yang diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan modal pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura;

4) penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan,


(44)

2.1.4.4Laporan Keuangan Fiskal

Pajak tidak mengatur secara khusus mengenai cara atau alur dalam menyusun sebuah laporan keuangan. Oleh karena itu, wajib pajak dapat mengikuti alur penyusunan laporan keuangan yang terdapat dalam akuntansi komersial. Karena terdapat beberapa perbedaan antara komersial dan pajak maka untuk kepentingan pajak, laporan keuangan komersial disesuaikan dengan ketentuan pajak yang berlaku sehingga diperoleh sebuah laporan keuangan fiskal. Penyesuaian laporan keuangan komersial dengan ketentuan pajak lebih dikenal dengan sebutan rekonsiliasi fiskal.

Penyebab terjadinya koreksi fiskal adalah perbedaan pengakuan secara komersial dan secara fiskal (pajak), Perbedaan tersebut adalah beda tetap dan beda waktu. Beda tetap adalah perbedaan atas penghasilan biaya yg secara fiskal / pajak tidak dapat diakui tetapi di komersial dapat diakui, Contoh : Sumbangan, hibah, deviden, PPh, dll. Beda waktu adalah perbedaan pengakuan atas penghasilan / biaya karena selisih waktu pengakuannya saja artinya sama – sama tetap diakui tetapi dalam waktu yang berbeda. Contoh : Penyusutan secara komersial dibebankan selama 5 tahun tetapi menurut fiskal hanya 4 tahun.

Jenis koreksi fiskal dibedakan menjadi dua yaitu koreksi fiskal positif dan koreksi fiskal negatif.

1. Koreksi fiskal positif bersifat menambah atau memperbesar penghasilan kena pajak berdasarkan laporan keuangan komersial atau mengurangi biaya-biaya komersial yang akibatnya akan menambah jumlah pajak yang terutang. Koreksi


(45)

fiskal positif yang mengakibatkan bertambahnya laba bersih kena pajak atau penghasilan kena pajak adalah:

• Biaya yang dibebankan / dikeluarkan untuk kepentingan pemegang saham, sekutu, atau anggota. Penyesuaian ini berdasarkan Pasal 9 ayat (1) huruf b UU PPh, pengeluaran perusahaan untuk pembelian / perbaikan rumah atau kendaraan pribadi, biaya perjalanan pribadi / keluarga, biaya premi asuransi pribadi / keluarga, dan pengeluaran lainnya untuk kepentingan pemegang saham, sekutu, atau anggota, tidak dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan.

• Pembentukan atau pemupukan dana cadangan Penyesuaian berdasarkan Pasal 9 ayat (1) huruf c UU PPh, pembentukan atau pemupukan dana cadangan secara fiskal tidak dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan. Namun untuk jenis-jenis usaha tertentu yang secara ekonomis memang diperlukan adanya cadangan untuk menutup beban atau kerugian yang akan terjadi di kemudian hari, secara fiskal diperkenankan, yang terbatas pada : piutang tak tertagih untuk usaha bank dan sewa guna usaha dengan hak opsi ( financial lease ), cadangan klaim dan cadangan kerugian untuk usaha asuransi, serta cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan (Keputusan Menteri Keuangan Nomor 80 / KMK.04 / 1995 s.t.d.t.d. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 204 / KMK.04 / 2000)


(46)

• Penggantian atau imbalan pekerjaan atau jasa dalam bentuk natura dan kenikmatan. Namun pemberian natura berupa penyediaan makanan / minuman di tempat kerja bagi seluruh pegawai, demikian pula pemberian natura dan kenikmatan di daerah terpencil yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan, serta pemberian natura atau kenikmatan yang merupakan keharusan dalam pelaksanaan pekerjaan sebagai sarana keselamatan kerja atau karena sifat pekerjaan tersebut mengharuskannya ( seperti : pakaian dan peralatan khusus untuk keselamatan kerja, pakaian seragam petugas keamanan, antar-jemput pegawai, serta akomodasi untuk awak kapal ), dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan (Keputusan Menteri Keuangan Nomor 466 / KMK.04 / 2000; Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor Kep- 213 / PJ / 2001; Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor Kep- 220 / PJ / 2002)

• Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham / pihak yang mempunyai hubungan istimewa sehubungan dengan pekerjaan. Penyesuaian berdasarkan Pasal 9 ayat (1) huruf f UU PPh, pembayaran gaji, honorarium, dan imbalan lain sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan kepada pemegang saham atau pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (4) UU PPh, dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan sepanjang jumlahnya tidak melebihi kewajaran.


(47)

• Harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, Penyesuaian berdasarkan Pasal 9 ayat (1) huruf g UU PPh, bagi Wajib Pajak pemberi bantuan atau sumbangan dan harta hibahan tersebut tidak dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan. Penyesuaian berdasarkan Pasal 9 ayat (1) huruf h UU PPh, bahwa Pajak Penghasilan badan serta kredit pajak bukan merupakan biaya perusahaan, tetapi sebagai kredit pajak. Sedangkan pajak selain pajak penghasilan seperti pajak bumi dan bangunan (PBB), Bea Materai dapat dibiayakan (tidak dikoreksi fiskal). • Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma atau cv yang

modalnya tidak terbagi atas saham.

• Sanksi administrasi. Penyesuaian berdasarkan Pasal 9 ayat (1) huruf k UU PPh, sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan, serta sanksi pidana berupa denda yang berkenaan dengan pelaksanaan perundang-undangan di bidang perpajakan bukan merupakan biaya perusahaan sehingga harus dikoreksi fiskal.

• Selisih penyusutan dan/atau amortisasi komersial di atas penyusutan fiskal. Apabila terjadi selisih penghitungan penyusutan dan/atau amortisasi yang mengakibatkan penyusutan dan/atau amortisasi menurut pajak lebih kecil dari penyusutan dan/atau amortisasi komersial.

• Biaya yang ditangguhkan pengakuannya. Penyesuaian berdasarkan Pasal 7 Peraturan Pemerintah Nomor 138 Tahun 2000, dengan Keputusan


(48)

Direktur Jenderal Pajak dapat ditetapkan saat pengakuan biaya dalam hal-hal tertentu dan bagi Wajib Pajak tertentu sesuai dengan kebijaksanaan Pemerintah. Seperti biaya bunga yang belum dibayar (bunga kredit macet).

• Penyesuaian fiskal positif lainnya. Contoh penyesuaian fiskal positif lainnya adalah : Pembagian laba dalam bentuk apapun, deviden dll (Pasal 9 (1) UU PPh), biaya telepon seluler hanya dapat dibebankan 50% (KEP-220/PJ/2002), biaya kendaraan (penyusutan dan pemeliharaan) sedan dan sejenisnya untuk perusahaan hanya dapat dibebankan 50%. KEP-220/PJ/2002), biaya untuk mendapatkan penghasilan yang bukan obyek pajak. Contoh: CV Cofia menerima sumbangan dari Walikota Surabaya, tetapi untuk mendapatkan sumbangan tersebut dikeluarkan biaya sebesar Rp. 500.000,- untuk biaya administrasi. Atas biaya tersebut dikoreksi positif karena biaya untuk mendapatkan penghasilan yang bukan obyek pajak.

2. Koreksi fiskal negatif bersifat mengurangi penghasilan kena pajak berdasarkan laporan keuangan komersial dan menambah beban komersial sehingga mengakibatkan berkurangnya besarnya pajak penghasilan.Koreksi fiskal negatif yang mengakibatkan berkurangnya laba bersih kena pajak atau penghasilan kena pajak adalah :

• Selisih penyusutan dan/atau amortisasi komersial di bawah penyusutan dan/atau amortisasi fiskal. Apabila penyusutan dan/atau amortisasi


(49)

menurut pajak lebih besar dari komersial maka selisihnya adalah koreksi fiskal negatif yang mengakibatkan laba menurut pajak menjadi lebih kecil.

• Penghasilan yang ditangguhkan pengakuannya. Penyesuaian berdasarkan Pasal 7 Peraturan Pemerintah Nomor 138 Tahun 2000, dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak dapat ditetapkan saat pengakuan penghasilan dalam hal-hal tertentu dan bagi Wajib Pajak tertentu sesuai dengan kebijaksanaan Pemerintah. Contohnya adalah penangguhan penghasilan dari pendapatan bunga macet diakui pada saat bunga tersebut berhasil ditagih/dibayar.

• Penyesuaian fiskal negatif lainnya. Penyesuaian berdasarkan ketentuan umum Pasal 6 UU PPh beserta peraturan pelaksanaannya, dalam hal terdapat biaya-biaya perusahaan lainnya atau kerugian yang tidak diakui secara komersial akan tetapi dapat diakui secara fiskal.

2.1.4.5Penghitungan Pajak Penghasilan Badan

Pajak penghasilan badan yang harus dihitung terbagi dua yaitu : 1. Pajak Kini

Pajak kini merupakan pajak penghasilan terhutang selama periode tertentu. Dimana pajak kini merupakan gabungan dari kredit pajak termasuk PPh 25 (PPh terhutang yang telah dicicil), dan PPh 29. PPh 29 merupakan pajak penghasilan kurang bayar akhir tahun yang akan disetorkan pada SPT Tahunan.


(50)

Ketika badan menghitung PPh 29 atau disebut PPh Kurang Bayar, rumusnya adalah :

PPh 29 (PPh Kurang Bayar) = Pajak Kini – Kredit Pajak 2. Pajak Tangguhan

Pada dasarnya pajak tangguhan tidak diperlukan bagi perpajakan. Pajak tangguhan dibuat hanya untuk kepentingan akuntansi/komersial. Pajak tangguhan timbul pada laporan keuangan disebabkan adanya koreksi fiskal akibat perbedaan temporer. Pajak tangguhan dapat dijadikan sebagai pendapatan atau sebagai beban.

Pajak tangguhan dijadikan sebagai pendapatan dalam laporan keuangan yaitu akibat terjadinya koreksi fiskal positif. Dimana koreksi fiskal positif mengakibatkan beban pajak PPh menurut fiskal dapat menjadi lebih besar daripada beban pajak penghasilan komersial. Perusahaan menganggap selisih perbedaan temporer itu sebagai kelebihan bayar sehingga perusahaan menganggap pajak kini yang telah disetor bukanlah Beban PPh menurut komersial, selisih Beban PPh Kini dengan Pendapatan Pajak Tangguhan adalah Beban PPh komersial yang sesungguhnya. Timbulnya akun pendapatan pajak tangguhan diikuti timbulnya akun aktiva pajak tangguhan.

Pajak tangguhan dijadikan sebagai beban dalam laporan keuangan yaitu akibat terjadinya koreksi fiskal negatif. Dimana koreksi fiskal negatif mengakibatkan beban pajak PPh menurut fiskal dapat menjadi lebih kecil daripada beban pajak penghasilan komersial. Perusahaan menganggap selisih perbedaan temporer itu sebagai kekurangan bayar sehingga perusahaan menganggap pajak kini yang telah


(51)

disetor bukanlah Beban PPh menurut komersial yang sesungguhnya, penjumlahan Beban PPh Kini dengan Kewajiban Pajak Tangguhan adalah Beban PPh komersial yang sesungguhnya. Timbulnya akun beban pajak tangguhan diikuti timbulnya akun kewajiban pajak tangguhan.

Contoh perhitungan pajak penghasilan badan adalah sebagai berkut :

PT. RAFI bergerak dalam bisnis perdagangan Kain Batik yang merupakan Wajib Pajak Badan yang berdomisili di Pekalongan. Informasi yang diperoleh adalah sbb :

• Penyusutan fiskal menggunakan metode garis lurus

• Persediaan akhir dinilai dengan metode LIFO, sedangkan apabila dinilai dengan metode FIFO sebesar Rp. 700,000,000

• Membayar PPh pasal 22 sebesar (1,5 % x Rp. 200,000,000) = Rp. 3,000,000

• Membayar PPh pasal 23 sebesar (1,5% x Rp. 10,000,000) = Rp. 150,000 • Membayar PPh pasal 25 selama 12 bulan untuk setiap masa pajak Rp.

5,000,000 selama tahun 2009 Pertanyaan :

• Hitunglah Penghasilan Kena pajak

• Tentukan Beban Pajak Penghasilan Badan (Pajak Kini dan Pajak Tangguhan)


(52)

• Hitunglah PPh pasal 25 untuk tahun 2011 • Buatlah jurnal dan penyajiannya.


(53)

Tabel 2.1 PT. X Laporan Laba Rugi

31 Desember 2009 (Ribuan Rupiah)

Keterangan

Menurut

Akuntansi Koreksi Positif

Koreksi Negatif

Menurut Fiskal

Penjualan (termasuk penjualan kepada instansi pemerintah sebesar Rp.

200.000 harga belum termasuk PPN) 1,250,000 1,250,000

Persediaan, 1 Januari 2009 200,000 200,000

Pembelian 1,000,000 1,000,000

Persediaan, 31 Desember 2009 720,000 20,000 700,000

HPP 480,000 500,000

Pendapatan 770,000 750,000

Beban Operasional :

Gaji 55,000 55,000

Tunjangan transport karyawan 45,000 45,000

Beban makan kantor 6,000 6,000

Beban pengobatan ditanggung perusahaan 20,000 20,000 0

Beban training karyawan 15,000 15,000

Beban seragam satpam 12,000 12,000

Beban sanksi administrasi pajak 10,000 10,000 0

Beban bunga pinjaman 7,000 7,000

Cadangan penghapusan piutang 5,000 5,000 0

Beban jamuan tamu tanpa daftar nomatif 10,000 10,000 0

Beban listrik dan telepon kantor 24,000 24,000


(54)

Penyusutan asset tetap 40,000 5,000 35,000

Premi asuransi kebakaran pabrik 10,000 10,000

Bantuan untuk panitia HUT RI 5,000 5,000 0

Sumbangan ke Panti Asuhan Rizky 8,000 8,000 0

Total Beban Operasional 275,000 212,000

Laba Bruto 495,000 538,000

Pendapatan Lain-lain :

Sewa kendaraan boks kepada Fa. Maju (setelah PPh) 9,850 150 10,000

Keuntungan selisih kurs 5,000 5,000

Penerimaan kembali PBB yang telah dibebankan 5,000 5,000

Jasa giro Bank JAYA (sebelum PPh) 2,000 2,000 0

Penghasilan bunga deposito (sebelum PPh) 1,000 1,000 0

Laba neto penjualan dari Singapura (sebelum dipotong PPh Negara

sumber sebesar 20%) 200,000

200,000

Total Pendapatan Lain-lain 222,850 220,000


(55)

Tarif PPh 2010 (25% x 758,000,000)

Beban Pajak Kini

Tarif PPh 2010 (25% x 5,000,000)

Pendapatan Pajak Tangguhan

Beban Pajak Kini Kredit Pajak : PPh 22 PPh 23

PPh 24 (200jt : 758jt x 106,120,000) PPh 25

Total Kredit Pajak

PPh Kurang Bayar (PPh 29) tahun 2010

Beban Pajak Kini Kredit Pajak : PPh 22 PPh 23

PPh 24 (200jt : 758jt x 106,120,000) Total kredit pajak

PPh 25 tahun 2011

PPh 25 tahun 2011 (setiap bulan) Jurnal :

Aktiva Pajak Tangguhan Beban Pajak Kini

Pendapatan Pajak Tangguhan PPh dibayar di muka

PPh Kurang Bayar/ PPh 29

Penyajian dalam Laporan Laba Rugi :

Laba Sebelum Pajak Pajak Kini Pajak Tangguhan Beban Pajak Penghasilan Laba Bersih


(56)

2.2 Hipotesis

Hipotesis menurut Erlina (2007:41), “Hipotesis adalah hubungan yang diduga secara logis antara dua variable atau lebih dalam rumusan preposisi yang dapat diuji secara empiris”. Hipotesis adalah dugaan atau jawaban sementara terhadap masalah yang akan diuji kebenarannya, melalui analisis data yang relevan dan kebenarannya akan diketahui setelah dilakukan penelitian. Berdasarkan kajian teori dan kerangka pemikiran yang telah disusun maka pnelitian hipotesisnya adalah sebagai berikut : 1. H1: Gross profit margin berpengaruh secara parsial terhadap pajak penghasilan

perusahaan.

2. H2: Operating profit margin berpengaruh secara parsial terhadap pajak penghasilan perusahaan.

3. H3: Earning power of total investment berpengaruh secara parsial terhadap pajak penghasilan perusahaan.

4. H4: Operating Ratio berpengaruh secara parsial terhadap pajak penghasilan perusahaan.

5. H5: Gross profit margin, operating profit margin, earning power of total investment dan operating ratio berpengaruh secara simultan terhadap pajak penghasilan perusahaan.

2.3 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan sintesis atau ekstrapolasi dari tinjauan teori yang mencerminkan keterkaitan antara variabel yang diteliti dan merupakan tuntutan


(57)

Pajak Penghasilan (Y) Current Liability to Inventory

(X1)

Operating Profit Margin (X2)

Earning Power of Total Investment (X3)

Operating Ratio (X4)

untuk memecahkan masalah penelitian serta merumuskan hipotesis (Jurusan Akuntansi, 2004:13). Kerangka konseptual di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :

Dalam penelitian ini, yang merupakan variabel independen adalah Current Liability to Inventory, Operating Profit Margin, Earning Power Of Total Investment Dan OperatingRatio sedangkan variabel dependen atau variabel terikatnya adalah pajak penghasilan perusahaan.

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

H1

H2

H3


(58)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan menggunakan desain kausal. Desain kausal berguna untuk menganalisis hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya (Umar, 2006:63). Jadi, ada variabel independen (variabel yang mempengaruhi) dan variabel dependen (variabel yang dipengaruhi). Dalam penelitian ini dilihat bagaimana kinerja keuangan (variabel independen) mempengaruhi pajak penghasilan (variabel dependen).

3.2 Batasan Operasional

Adapun batasan operasional penelitian ini adalah hanya untuk melihat pengaruh rasio profitabilitas yang terdiri dari Current Liability to Inventory (CLI), Operating Profit Margin (OPM), Earning Power of Total Investment (EPTI), dan Operating Ratio (OPERA) sebagai variabel independent terhadap pajak penghasilan sebagai variabel dependent pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di BEI (Bursa Efek Indonesia) dengan memakia laporan keuangan pada periode 2009 sampai 2011 yang telah diaudit.


(59)

3.3 Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel

Merupakan penjelasan suatu variabel-variabel ke dalam indikator yang lebih terperinci, sehingga variabel tersebut dapat diketahui ukurannya. Dalam penelitian ini variabel yang digunakan penulis adalah :

3.3.1 Variabel Dependent

Variabel dependent adalah variabel yang dapat mempengaruhi perubahan dalam variabel dependent dan mempunyai hubungan yang positif ataupun yang negatif bagi variabel dependent nantinya. Variabel independent sering juga disebut dengan variabel bebas atau variabel yang mempengaruhi. Variabel Independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Current Liability to Inventory(CLI)

CLI termasuk salah satu rasio solvabilitas/leverage yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka panjangnya, persediaan yang dimaksud adalah persediaan yang masuk kedalam aktiva lancar. Dihitung dengan rumus berikut :

Current Liability to Inventory = Hutang Lancar/Persediaan 2. Operating Profit Margin (OPM)

Dipergunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba operasi sebelum bunga dan pajak yang dihasilkan oleh setiap rupiah penjualan. Rumusnya adalah sebagai berikut :


(60)

3. Earning Power of Total Investment(EPTI)

Digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen perusahaan dalam mengelola modal perusahaan yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi semua investor (pemegang obligasi + saham). Rumusnya sebagai berikut :Earning Power Of Total Investment = EBIT / Jumlah Aktiva

4. Operating Ratio (OPERA)

Operating Ratio digunakan untuk mengukur biaya operasi per rupiah penjualan, semakin kecil angka rasio menunjukan kinerja yang semakin baik. Rumusnya sebagai berikut :

Operating Ratio = (HPP + By Adm.Penjualan & Umum)/Penjualan Bersih 3.3.2 Variabel Independent

Variabel Independent adalah variabel yang menjadi perhatian utama dalam sebuah pengamatan. Tujuan penelitian adalah memahami dan membuat variabel terikat , menjelaskan variabilitasnya. Variabel dependen sering juga disebut dengan variabel terikat atau variabel terpengaruh. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pajak penghasilan bagi perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di BEI, dimana pajak penghasilan yang diketahui merupakan hasil dari selisih antara beban pajak penghasilan dengan pajak tangguhan yang ada pada laporan laba rugi perusahaan. Pajak penghasilan yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil transformasi pajak penghasilan ke logaritma natural (LN).


(61)

Ringkasan variabel dan definisi operasional variabel dari penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut ini.

Tabel 3.1

Variabel dan Definisi Operasional

NO Variabel Definisi Skala Pengukuran

1

Pajak Penghasilan DEPENDEN

Selisih (jumlah) antara Beban Pajak dengan Pendapatan Pajak Tangguhan (Beban Pajak Tangguhan)

Rasio

PPh = Beban PPh – Pendapatan pajak tangguhan Atau

PPh = Beban PPh + Beban pajak tangguhan

2 CLI

INDEPENDEN

(X1)

Rasio antara hutang jangka pendek terhadap pesediaan

Rasio CL / I

3

OPM (X2)

Rasio antara laba operasi terhadap penjualan bersih


(62)

4

EPTI (X3)

Rasio antara laba sebelum bunga dan pajak terhadap total aktiva

Rasio EBIT / Total Assets

5

OPERA (X4)

Rasio antara jumlah harga pokok penjualan dan beban operasional

terhadap penjualan bersih

Rasio

(COGS + OE) / Net Sales

3.4 Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari subjek atau objek yang memiliki karakteristik dan kualitas tertentu yang dikumpulkan dari satuan individu yang membentuk suatu data statistik yang akan dipelajari oleh peneliti, kemudian akan ditarik suatu kesimpulan (Sugiyono 2004:72). Adapun jumlah populasi dalam penelitian ini adalah seluruh emiten perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di BEI pada periode tahun 2009 sampai 2011.

Sampel adalah bagian dari populasi yang digunakan untuk memperkirakan karakteristik populasi (Mulyani 2007:74). Oleh sebab itu, sampel yang diambil dari populasi harus benar-benar representatif atau mewakili. Jika sampel kurang representatif maka mengakibatkan nilai yang dihitung dari sampel tidak cukup tepat untuk menduga nilai populasi sesungguhnya (Erlina dan Mulyani, 2007:74).


(63)

Teknik pengambilan sampel yaitu menggunakan teknik Purposive Sampling. Pengambilan sampel dilakukan dengan mengambil sampel dari populasi berdasarkan suatu kriteria tertentu. Kriteria yang digunakan dapat berdasarkan pertimbangan (judgement) tertentu atau jatah (quota) tertentu.

Kriteria perusahaan yang akan dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah: 1. Perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di BEI pada tahun 2009-2011 2. Menerbitkan laporan keuangan yang diaudit periode tahun 2009-2011

3. Data yang dimiliki perusahaan lengkap dan sesuai dengan variabel yang diteliti. Berdasarkan kriteria tersebut maka sampel yang digunakan berjumlah 17 perusahaan dari jumlah populasi N = 19. Periode penelitian berlangsung selama 3 tahun sehingga jumlah observasi/amatan adalah 51 buah.

Tabel 3.2

Daftar Sampel Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di BEI (2009-2011)

No Kode

Perusahaan

Nama Perusahaan Kriteria Sampel 1 2 3

1 ADES PT. Akasha Wira International Tbk √ √ √ Sampel 1 2 AISA PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk √ √ √ Sampel 2

3 CEKA PT. Cahaya Kalbar Tbk √ √ √ Sampel 3

4 DAVO PT. Davomas Abadi Tbk √ X X Bukan

Sampel

5 DLTA PT. Delta Djakarta Tbk √ √ X Bukan

Sampel

6 FAST PT. Fast Food Indonesia Tbk √ √ √ Sampel 4

7 ICBP PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk √ √ √ Sampel 5 8 INDF PT. Indofood Sukses Makmur Tbk √ √ √ Sampel 6 9 MLBI PT. Multi Bintang Indonesia Tbk √ √ √ Sampel 7


(64)

11 PSDN PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk √ √ √ Sampel 9 12 PTSP PT. Pioneerindo Gourmet International Tbk √ √ √ Sampel 10 13 ROTI PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk √ √ √ Sampel 11

14 SIPD PT. Sierad Produce Tbk √ √ √ Sampel 12

15 SKLT PT. Sekar Laut Tbk √ √ √ Sampel 13

16 SMAR PT. Sinar Mas Agro Resources And

Technology Tbk √ √ √ Sampel 14

17 STTP PT. Siantar Top Tbk √ √ √ Sampel 15

18 TBLA PT. Tunas Baru Lampung Tbk √ √ √ Sampel 16

19 ULTJ PT. Ultrajaya Milk Industry And Trading

Company Tbk √ √ √ Sampel 17

3.5 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh/dikumpulkan dan disatukan oleh studi-studi sebelumnya atau yang diterbitkan oleh berbagai instansi lain, biasanya sumber tidak langsung berupa data dokumentasi dean arsip-arsip resmi (Helmi 2010:2). Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berupa laporan keuangan yaitu laporan laba rugi perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di BEI dan Indonesian Capital Market Directory (ICMD). Laporannya berkaitan dengan variable-variabel rasio keuangan dan pajak penghasilan perusahaan tersebut. Laporan keuangan yang digunakan yaitu laporan keuangan perusahaan dari tahun 2009 sampai 2011. Data penelitian diambil dari situs resmi BEI yaitu www.idx.co.id dan Indonesian Capital Market Directory (ICMD).


(65)

3.6 Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan adalah data eksternal. Pola penelitian ini dilakukan dengan dua tahap. Salah satu kegiatan dalam penelitian ini adalah merumuskan teknik pengumpulan data sesuai dengan masalah yang diteliti. Agar diperoleh data dan keterangan yang lengkap maka harus digunakan teknik pengumpulan data yang tepat. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data yang bersumber pada benda-benda tertulis (Arikunto, 2002: 135). Metode ini dilakukan dengan cara melihat dan mempelajari dokumen-dokumen serta mencatat data tertulis yang ada hubungannya dengan objek penelitian. Metode dokumentasi dalam penelitian ini adalah mengambil data laporan keuangan perusahaan makanan dan minuman go-public di Bursa Efek Indonesia dari internet dan Indonesian Capital Market Directory.

2. Metode Studi Pustaka

Metode studi pustaka yaitu metode yang digunakan dengan memahami literatur-literatur yang memuat pembahasan yang berkaitan dengan penelitian dan juga pengumpulan data dengan membaca buku-buku dan sumber bacaan yang relevan, seperti buku-buku akuntansi pajak, analisa laporan keuangan, pajak penghasilan perusahaan, dan sebagainya.


(1)

Lampiran viii (Lanjutan)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardiz ed Residual

N 51

Normal Parametersa,b Mean .0000000 Std. Deviation 3.80387818E

5 Most Extreme

Differences

Absolute .257

Positive .257

Negative -.189

Kolmogorov-Smirnov Z 1.839

Asymp. Sig. (2-tailed) .002

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.


(2)

UJI NORMALITAS (SETELAH TRANSFORMASI KE LN)

Lampiran ix (Lanjutan)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 50

Normal Parametersa,b Mean .0000000

Std. Deviation 1.72435985 Most Extreme Differences Absolute .129

Positive .042

Negative -.129

Kolmogorov-Smirnov Z .912

Asymp. Sig. (2-tailed) .377

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.


(3)

Lampiran x (Lanjutan)

Coefficientsa Model

Unstandardized Coefficients

Standardize d Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 3.528 1.421 2.483 .017

Ln_CLI -.026 .314 -.016 -.082 .935

Ln_OPM .755 .397 .497 1.903 .063

Ln_EPTI -.158 .298 -.104 -.529 .599 Ln_OPERA 6.067 3.302 .494 1.837 .073 a. Dependent Variable: absut


(4)

UJI AUTOKORELASI

Lampiran xii

UJI MULTIKOLINERITAS

Coefficientsa Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 18.351 2.272 8.077 .000

Ln_CLI -1.319 .501 -.422 -2.631 .012 .522 1.915 Ln_OPM 2.067 .634 .696 3.259 .002 .294 3.402 Ln_EPTI .793 .477 .268 1.662 .103 .516 1.937 Ln_OPER

A

2.423 5.280 .101 .459 .649 .277 3.613 Model Summaryb

Model

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of

the Estimate Durbin-Watson

1 .630a .397 .343 1.79937 1.621

a. Predictors: (Constant), Ln_OPERA, Ln_EPTI, Ln_CLI, Ln_OPM b. Dependent Variable: Ln_Pajak_Penghasilan


(5)

UJI KOEFISIEN DETERMINASI

Lampiran xiii (Lanjutan)

UJI F

Model Summaryb Model

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .630a .397 .343 1.79937

a. Predictors: (Constant), Ln_OPERA, Ln_EPTI, Ln_CLI, Ln_OPM

b. Dependent Variable: Ln_Pajak_Penghasilan

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 95.794 4 23.948 7.397 .000a

Residual 145.697 45 3.238

Total 241.491 49

a. Predictors: (Constant), Ln_OPERA, Ln_EPTI, Ln_CLI, Ln_OPM b. Dependent Variable: Ln_Pajak_Penghasilan


(6)

Uji t

Coefficientsa Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 18.351 2.272 8.077 .000

Ln_CLI -1.319 .501 -.422 -2.631 .012

Ln_OPM 2.067 .634 .696 3.259 .002

Ln_EPTI .793 .477 .268 1.662 .103

Ln_OPERA 2.423 5.280 .101 .459 .649


Dokumen yang terkait

Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Leverage Terhadap Kinerja Perusahaan Pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di BEI Tahun 2010-2014

0 72 99

Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap pajak Penghasilan Sebagai Salah Satu Sumber Penerimaan Negara Studi Empiris: Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di BEI Periode 2009 sampai dengan 2011)

2 71 132

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan pada Perusahaan Telekomunikasi dan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di BEI

4 72 105

Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Pertumbuhan Laba Perusahaan Manufaktur Industri Makanan dan Minuman yang Terdaftar di BEI

8 104 89

Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar Di BEI Periode Tahun 2010-2012

0 6 6

Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Leverage Terhadap Kinerja Perusahaan Pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di BEI Tahun 2010-2014

1 0 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Laporan Keuangan 2.1.1.1 Pengertian Laporan Keuangan - Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap pajak Penghasilan Sebagai Salah Satu Sumber Penerimaan Negara Studi Empiris: Perusahaan Makanan dan Minuman yang

0 0 34

Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap pajak Penghasilan Sebagai Salah Satu Sumber Penerimaan Negara Studi Empiris: Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di BEI Periode 2009 sampai dengan 2011)

0 0 8

Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kinerja Keuangan 2.1.1 Pengertian Kinerja - Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan pada Perusahaan Telekomunikasi dan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di BEI

0 1 27