Pasal 46, menyatakan bahwa: Pemerintah mengalokasikan Dana Darurat yang berasal dari APBN untuk keperluan mendesak yang diakibatkan oleh bencana nasional
danatau peristiwa luar biasa yang tidak dapat ditanggulangi oleh daerah dengan menggunakan sumber APBD. Keadaan yang dapat digolongkan sebagai bencana
nasional danatau peristiwa luar biasa ditetapkan oleh presiden, dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 47, menyatakan bahwa: Pemerintah dapat
mengalokasikan Dana Darurat pada daerah yang dinyatakan mengalami krisis solvabilitas. Kriteria Daerah yang mengalami krisis solvabilitas adalah, daerah yang
dinyatakan mengalami krisis keuangan daerah, yang tidak mampu diatasi sendiri, sehingga mengancam keberadaannya sebagai daerah otonom.
2.1.3. Belanja Daerah
Belanja Daerah adalah semua kewajiban Daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan
UU Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 1 ayat 16. Sidik et.al 2004: 93 mengatakan, sumber-sumber pembiayaan daerah yang utama dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi fiskal terdiri dari: 1 Pendapatan Asli Daerah PAD, 2 Dana Perimbangan, dan 3 Pinjaman Daerah. Davey 1988: 15 menegaskan, hubungan
keuangan pusat dan daerah, pada prinsipnya lebih menyangkut persoalan tentang pembagian kekuasaan. Terutama hak mengambil keputusan mengenai anggaran, yaitu
bagaimana memperoleh dan membelanjakannya. Belanja Daerah dipergunakan dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan provinsi atau
kabupatenkota yang terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan yang ditetapkan
pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se
Ge t you r s n ow
“ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA
Universitas Sumatera Utara
dengan ketentuan perundang-undangan. Belanja urusan wajib diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya
memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial, dan fasilitas umum yang layak, serta
mengembangkan sistem jaminan sosial. Belanja urusan pilihan, terdiri dari: pertanian, kehutanan, energi dan sumber daya mineral, pariwisata, kelautan dan perikanan,
perdagangan, perindustrian, dan transmigrasi. Tim Asistensi Menteri Keuangan Bidang Desentralisasi Fiskal 2008: 39 mengatakan, Desentralisasi fiskal
di Indonesia adalah desentralisasi di sisi pengeluaran. Hal ini berarti dana besar yang telah ditransfer akan dikelola oleh daerah dengan diskresi yang cukup luas dalam
penggunaannya. Sudah seharusnya belanja daerah akan lebih banyak memberikan warna dalam konsolidasi belanja pemerintah secara nasional. Dengan demikian,
keberhasilan pembangunan nasional dan perekonomian nasional juga akan dipengaruhi oleh pola belanja daerah.
Menurut Mardiasmo 2004: 168, selama ini kapabilitas dan efektivitas pemerintah daerah dirasakan masih terlalu lemah. Pengalaman masa lalu
menunjukkan bahwa pada umumnya unit kerja pemerintahan daerah belum menunjukkan fungsi dan perannya secara efisien. Pemborosan adalah fenomena
umum yang terjadi di berbagai unit kerja pemerintah daerah. Kondisi seperti ini muncul karena pendekatan umum yang digunakan dalam penentuan besar alokasi
dana untuk tiap kegiatan adalah dengan pendekatan incrementalism maupun line-item budget. Menurut Halim dan Damayanti 2007: 175, aspek utama budgeting reform
pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se
Ge t you r s n ow
“ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA
Universitas Sumatera Utara
adalah perubahan dari pendekatan anggaran tradisional traditional budgeting ke pendekatan baru yang dikenal dengan anggaran berbasis kinerja performance based
budgeting. Anggaran berbasis kinerja adalah sistem penyusunan dan pengelolaan anggaran daerah yang berorientasi pada pencapaian hasil atau kinerja. Kinerja
tersebut mencerminkan efisien, efektivitas pelayanan kepada publik yang berorientasi kepada kepentingan publik. Artinya peran pemerintah daerah sudah tidak lagi
merupakan alat kepentingan pemerintah pusat, tetapi untuk memperjuangkan aspirasi dan kepentingan daerah. Bastian 2006a: 52 mengatakan, anggaran dengan
pendekatan kinerja adalah suatu sistem anggaran yang mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja atau output dari perencanaan alokasi biaya atau input yang
ditetapkan. Anggaran berbasis kinerja yang efektif lebih dari sebuah objek anggaran program atau organisasi, dengan outcome yang telah diantisipasi. Hal ini akan
menjelaskan hubungan biaya Rp dengan hasil result.
2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu