Quantum Dot dengan Pengaruh Medan Magnet Luar

Gambar 4.3 . Hasil eksperimen quantum dot sebagai atom buatan L.P. Kowenhoven,1997 kedua terisi penuh oleh 6 elektron. Kulit ketiga dapat dipenuhi oleh 6 elektron yang masing-masing pasangan menempati keadaan 0,2, 0,-2, dan 1,0, sehingga kulit ketiga akan terisi penuh oleh 12 elektron. Pengisian secara penuh kulit atom buatan ini membentuk ”bilangan magic” untuk N=2,6,12,20 yang sama dengan hasil eksperimen yang dilakukan oleh L.P Kouwnhoven dan S.M Tarucha.

4.2. Quantum Dot dengan Pengaruh Medan Magnet Luar

Munculnya medan magnet luar yang dikenal secara tegak lurus pada dot akan mengubah Hamiltonian sistem melalui tambahan suku vektor potensial r A r r yang bersimetri Gauge. Dengan alasan ini dapat dipilih bentuk r x B r A r r 2 1 = . Dengan demikian , Hamiltonian berubah menjadi Wahyu Tri Cahyanto dkk, 2007 Universitas Sumatera Utara 2 2 2 ˆ 2 1 ˆ ˆ 2 1 ˆ r m r A c e p m H r r r r ω + ⎥⎦ ⎤ ⎢⎣ ⎡ − = 4.17 Simetri Gauge berarti juga Coulomb Gauge . = ∇ r A r r , dan . kemudian suku dalam kurung dapat diuraikan menjadi Wahyu Tri Cahyanto dkk, 2007 ˆ , ˆ = ⎥⎦ ⎤ ⎢⎣ ⎡ p r A r r r 2 2 2 2 2 2 8 . 2 2 ˆ ˆ 2 1 r c m B e B x r p c m e m p r A c e p m + + = ⎥⎦ ⎤ ⎢⎣ ⎡ − r r r r r r r 4.18 dengan memanfaatkan aturan perkalian tiga C B A C B A r r r r r r ⋅ × = × ⋅ dan dengan mendefenisikan frekwensi siklotron c B m e c = ω , Hamiltonian sistem menjadi Wahyu Tri Cahyanto dkk, 2007 ⎟⎟⎠ ⎞ ⎜⎜⎝ ⎛ + + ∂ ∂ − ⎟⎟⎠ ⎞ ⎜⎜⎝ ⎛ ∂ ∂ + ∂ ∂ + ∂ ∂ − = 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 8 2 1 1 2 r m r m i r r r r m H c c ω ω ϕ ω ϕ h h 4.19 Gambar 4.3. Aras-aras partikel tunggal vs medan magnet B Spektrum Fock- Darwin untuk potensial parabolik dengan kekuatan meV 3 = ω h . Kurva putus- putus menunjukkan transisi yang terjadi saat medan magnet diperbesar L.P. Kouwenhoven dkk, 2001 Universitas Sumatera Utara Mengingat suku z l i r = ∂ ∂ − ϕ adalah operator momentum sudut dengan swanilai bilangan kuantum azimuth m, dan mengambil 4 2 2 2 c ω ω + = Ω sebagai frekwensi efektif, maka Hamiltonian menjadi Wahyu Tri Cahyanto dkk, 2007 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 1 2 r m i r r r r m H c Ω + ∂ ∂ − ⎟⎟⎠ ⎞ ⎜⎜⎝ ⎛ ∂ ∂ + ∂ ∂ + ∂ ∂ − = ϕ ω ϕ h h 4.20 yang sangat mirip dengan kasus quantum dot tanpa medan magnet luar. Berdasarkan alasan bahwa z l r juga komut rukun dengan Hamiltonian, maka dengan proses perhitungan yang sama seperti sebelumnya diperoleh Wahyu Tri Cahyanto dkk, 2007 2 2 2 1 1 2 1 r m n E c nm ω ω − + = h 4.21 yang dikenal sebagai spektrum Fock-Darwin. Tampak jika ω ω 〉 c elektron akan memasuki kawasan Landau dengan energi c ω n n E h ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ + = 2 1 hanya bergantung pada bilangan kuantum radial n. Pada keadaan ini elektron dalam dot berlaku seperti partikel bebas dalam pengaruh medan magnet. Plot E nm dalam ω h terhadap medan magnet B dalam ω ω c Persamaan 4.21 memberikan spektrum Fock-Darwin seperti tampak pada Gambar 4.3L.P. Kouwenhoven, 2001. Saat medan magnet diperbesar, level-level energi dengan m maksimum akan cenderung menurun dan kemudian naik perlahan melampaui seluruh level- level kulit yang lebih rendah. Elektron-elektron yang menempati aras energi tertinggi dipaksa berpindah ke orbital yang berbeda. Kurva putus-putus menunjukkan transisi antar orbital yang terjadi pada quantum dot. Pada medan magnet rendah, aras tertinggi dijumpai pada state 0,2, kemudian pada medan magnet B=1,3 T berubah keadaan ke 0,-1. Selanjutnya transisi kedua terjadi pada B=2 T menuju aras 0,3. Pada limit ∞ → B , swanilai yang terendah yang Universitas Sumatera Utara dilabelkan oleh 0, m, dengan cenderung asimtotik berkaitan dengan level Landau terendah. Asimtot kedua dengan slope yang lebih curam berkaitan dengan level Landau tereksitasi pertama, dan seterusnya. Osilasi ini akan berakhir setelah elektron memasuki kawasan Landau Wahyu Tri Cahyanto dkk, 2007. 〉 m

4.3. Analisis Persamaan Schrödinger Quantum Dot sebagai Atom Buatan