2 Unsur Ekstrinsik Unsur ekstrinsik adalah unsur yang berada di luar cerita, tetapi secara tidak
langsung juga mempengaruhi cerita tersebut Wiyatmi, 2009: 76. Unsur ekstrinsik meliputi:
a nilai-nilai dalam cerita agama, budaya, politik, ekonomi, dll, b latar belakang pengarang,
c keadaan sosial ketika cerita dibuat.
2. Menulis Cerpen
Menulis merupakan kegiatan yang produktif dan ekspresif. Keterampilan ini tidak didapat secara instan, melainkan harus melalui latihan dan praktik yang banyak
dan teratur Tarigan, 1986: 3. Zainurrahman 2013: 2 juga menjelaskan bahwa menulis merupakan kemampuan produktif. Disebut produktif karena kemampuan
tersebut digunakan untuk memproduksi bahasa demi penyampaian makna. Dengan demikian menulis dapat diartikan sebagai kegiatan memproduksi bahasa serta
pengekspresian ide dalam bentuk tulis demi menyampaikan makna. Keterampilan ini tidak didapat secara otomatis melainkan dengan latihan yang banyak dan teratur.
Sebagai salah satu keterampilan, menulis cerpen tidak dapat langsung mahir, harus melalui banyak praktik dan juga mengetahui seluk beluk cerpen, misal struktur
pembangun cerpen tersebut. Sebagai sebuah karya sastra, cerpen memiliki setruktur yang membangunnya. Menurut Sumardjo 2007: 63-65, struktur sebuah cerita terdiri
dari tiga bagian, yakni sebagai berikut. Pertama, bagian permulaan. Pada bagian permulaan dituturkan tentang apa, siapa, di mana, kapan, dan munculnya konflik.
Pada bagian permulaan ini, konflik dimunculkan untuk menceritakan timbulnya persoalan dalam cerita. Kedua, bagian tengah cerita. Bagian ini berisi perkembangan
dari konflik yang diajukan pengarang. Dalam hal ini banyak unsur yang menentukan panjang tidaknya, rumit atau sederhananya cerita. Bagian tengah cerita inilah yang
menantang pengarang untuk unjuk keterampilannya. Bagian inilah yang akan menggiring semua bahan cerita menuju suatu klimaks cerita. Ketiga, bagian akhir.
Bagian terakhir adalah bagian akhir, yakni bagian penutup cerita yang berisi pemecahan konflik atau pemecahan masalah.
Dalam menulis cerpen, penulis harus benar-benar memperhatikan unsur pembangun cerpen dan jalinan cerita dibuat menarik serta memperhatikan urutan
waktu dan penggambaran tokoh yang baik sehingga pembaca dengan mudah dapat memahami dan mengimajinasikan cerita tersebut. Hal yang tak kalah pentingnya
dalam menulis cerpen yaitu keorisinal dan keunikan cerita. Thahar 1999: 30 mengemukakan bahwa salah satu teknis menulis cerpen adalah merekayasa rangkaian
cerita menjadi unik, baru, dan tentu saja tidak ada duanya. Dengan kata lain, menulis cerpen dapat dikatakan sebagai kegiatan mengarang cerita dengan keunikan tersendiri
yang memiliki fantasi dan angan-angan agar dekat dengan hati pembaca.
Mangunwijaya via Thahar 1999: 33 mengemukakan bahwa esensi cerita pendek yang baik bukan soal panjang pendek cerita, akan tetapi bagaimana dalam dan
lewat suatu pengisahan peristiwa kecil yang kompak dapat bercahaya suatu pijar pamor kemanusiawian yang menyentuh, yang megharukan, yang menghimbau
pembaca mencicipi setetes madu atau racun pahit kemanusiawian terhadap sesama agar pembaca tersentuh nuraninya pada saat membaca cerpen tersebut. Suwarna
2012: 9 juga menjelaskan bahwa jangan biarkan sebuah cerpen dikemas dengan biasa-biasa saja dan tanpa kedalaman emosi.
Cerita harus memiliki “ruh”.
Ruh cerita adalah cara-cara mengungkapkan bahasa yang meyakinkan pengisahan perjalanan
menyentuh hati. Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa menulis cerita pendek ialah mengisahkan peristiwa kecil berupa cerita fiksi yang kompak
dengan merekayasa cerita menjadi unik dan tak ada duanya serta penyampaian cerita dengan bahasa yang meyakinkan dalam bentuk tulisan.
3. Proses Menulis Cerita Pendek