BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut data Badan Kesehatan Dunia WHO, kanker serviks merupakan penyakit kanker yang menempati peringkat teratas diantara berbagai penyakit kanker
yang menyebabkan kematian pada perempuan di dunia. Di seluruh dunia, kasus kanker serviks sudah menjangkit 1,4 juta jiwa wanita dan tiap tahunnya terdapat 493.243 jiwa
pengidap penyakit kanker serviks baru dengan angka kematian sebanyak 273.505 jiwa Emilia,2010. Berdasarkan data riskesdas tahun 2013 menyatakan bahwa kanker
serviks merupakan penyakit kanker dengan prevalensi tertinggi di Indonesia yaitu sebesar 0,8 dengan total wanita yang mengidap kanker serviks berjumlah 98.692
jiwa. Angka ini meningkat secara signifikan sejak tahun 2006 sebanyak 72.523 jiwa. Prevalensi pengidap kanker di bali sebesar 0,7 dengan total wanita yang mengidap
kanker serviks sebanyak 1.438 jiwa. Provinsi Bali sendiri merupakan salah satu provinsi dengan jumlah pengidap kanker serviks terbanyak di Indonesia.
Penyakit kanker serviks pada tahap awal tidak menimbulkan gejala sehingga wanita tidak akan menyadari peyakitnya. Biasanya penderita penyakit ini baru
ditemukan ketika mereka sudah memasuki tahapan stadium lanjut. Berdasarkan hasil penelitian metanalisis yang melibatkan 27.929 sampel didapatkan progesivitas sel
atipik dalam kurun waktu 2 tahun menjadi displasia ringan sebesar 21, displasia berat sebesar 21. Sedangkan progesivitas menjadi kanker serviks invasif dari fase
atipik sebesar 0,25 dan dari displasia ringan sebesar 0,15. Dari hasil penelitian ini juga didapatkan bahwa periode laten dari fase prainvasif untuk menjadi invasif
1
memakan waktu sekitar 10 tahun sehingga apabila dideteksi pada tahap prainvasif penyakit ini masih dapat disembuhkan Andrijono,2010.
Pap smear merupakan metode skrining yang sudah dikenal secara luas. Sensitivitas pap smear bila dikerjakan setiap tahun dapat menurunkan insiden kanker
serviks sebanyak 92.5, sedangkan apabila skrining dilakukan setiap tiga tahun mampu menurunkan angka insiden kanker serviks sebanyak 90.8, lalu apabila
skrining dilakukan setiap lima tahun dapat menurunkan kejadian kanker serviks sebanyak 83.6 dan jika skrining dilakukan setiap sepuluh tahun maka angka insiden
kanker serviks menurun hingga 64.2 dengan demikian, frekuensi terhadap pemeriksaan pap smear sangat berpengaruh terhadap menurunnya angka insiden
kanker serviks Andrijono,2010. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tri Wahyuningsih 2013 yang
berjudul Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian Lesi Prakanker Serviks dalam Deteksi Dini Kanker Serviks melalui Metode IVA di Puskesmas Jatinegara
Tahun 2013 yang menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara umur responden, paritas, umur pertama kali berhubungan seksual, lama penggunaan pil
kontrasepsi hormonal dengan kejadian lesi prakanker serviks. Pada variabel umur, responden yang memiliki umur diatas 35 tahun memiliki risiko terkena kanker serviks
menjadi 2 kali lipat. Hal ini disebabkan karena faktor imunitas yang mulai menurun pada umur diatas 35 tahun. Pada variabel umur pertama kali berhubungan seksual,
responden yang berhubungan seksual kurang dari umur 20 tahun meningkatkan risiko terkena kanker serviks dua kali lipat. Hal ini disebabkan kurang matangnya mukosa
serviks saat mendapatkan penetrasi seksual serta rentan terinfeksi IMS. Pada variabel paritas, responden yang pernah melahirkan lebih dari tiga kali memiliki risiko 9 kali
lebih tinggi mengidap kanker serviks. Hal ini disebabkan akibat perlukaan jalan lahir akibat melahirkan yang terlalu sering memudahkan infeksi HPV. Pada variabel
penggunaan kontrasepsi hormonal, responden yang menggunakan kontrasepsi hormonal berupa pil akan meningkatkan risiko mengidap kanker serviks menjadi 2,5
kali lebih tinggi. Hal ini disebabkan kontrasepsi hormonal dapat menurunkan kekebalan alami tubuh dan mengganggu penyerapan asam folat.
Penelitian ini akan menggali hubungan antara umur, umur pertama kali berhubungan seksual, paritas, riwayat IMS dan penggunaan kontrasepsi hormonal
terhadap kejadian lesi prakanker serviks yang akan dilaksanakan di Klinik Kespro Yayasan Rama Sesana. Klinik ini merupakan sebuah klinik kesehatan yang terletak di
lantai empat Pasar Badung dan Pasar Intaran Sanur. Klinik ini memberikan pelayanan reproduksi seperti pencegahan HIVAIDS, pemeriksaan kehamilan, keluarga
berencana, deteksi kanker dan konseling kesehatan reproduksi kepada para wanita. Tindakan pap smear dilakukan pada wanita yang bersedia terutama mereka yang
bekerja sebagai pedagang dan buruh tukang suun. Di klinik ini juga belum pernah dilakukan penelitan mengenai faktor risiko lesi prakanker serviks berdasarkan hasil
pap smear yang ada. Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti faktor risiko lesi prakanker serviks berdasarkan hasil pap smear di Klinik Kespro Yayasan
Rama sesana periodetahun 2013-2015.
1.2 Rumusan Masalah