Tahap-Tahap Cervical Intraepithelial Neoplasia

Ditemukan sejumlah besar sel prakanker yang tampak sangat berbeda dari sel normal. Perubahan prakanker ini hanya terjadi pada sel di permukaan seviks. Lesi tingkat tinggi disebut juga displasia menengah, displasia berat dan karsinoma in situ. Lesi tingkat tinggi paling banyak ditemukan pada wanita berumur 30-40 tahun. Menurut Bobak 2005, lesi prakanker serviks dibagi menjadi: CIN I : displasia ringan CIN II : displasia sedang CIN III : displasia berat Sehingga perkembangan kanker serviks dapat digambarkan sebagai berikut: CIN I-CIN II-CIN III-CIS-Ca invasif

2.1.3 Faktor Risiko Lesi Prakanker Serviks

Lesi prakanker serviks merupakan awal dari perubahan menuju kanker serviks. Pada dasarnya faktor risiko lesi prakanker dan kanker serviks adalah sama. Serviks secara secara alami mengalami proses pertumbuhan sel abnormal akibat terjadinya penekanan pada kedua sel lapisan pada serviks. Dengan masuknya virus, porsio yang dalam keadaan erosi yang awalnya fisiologis berkembang menjadi patologis. Berdasarkan konsep regresi spontan serta lesi yang persisten menunjukkan bahwa lesi prakanker tidak seluruhnya berkembang menjadi invasif, sebagian kasus antara 30- 70 dapat menjadi normal kembali sehingga diakui masih banyak faktor yang mempengaruhi Andrijono,2010. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tri Wahyuningsih 2013, didapatkan hasil bahwa faktor risiko lesi prakanker serviks sama dengan faktor risiko kanker serviks. Berbagai faktor dianggap sebagai kofaktor faktor yang menyertai terjadinya kanker serviks. Menurut Bobak 2005, berikut ini merupakan faktor risiko kanker serviks: 1. Umur Rata-rata umur wanita yang menderita kanker serviks adalah 40-50 tahun. Kondisi prainvasif mampu bertahan antara 10-15 tahun sebelum berkembang menjadi karsinoma invasif. Meningkatnya risiko kanker leher rahim pada usia lanjut merupakan gabungan dari meningkatnya dan bertambah lamanya waktu pemaparan terhadap karsinogen serta melemahnya sistem kekebalan tubuh akibat usia. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Setyarini 2009 menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antar usia responden dengan kejadian kanker leher rahim di RSUD DR Moewardi Surakarta. Wanita berusia ≥ 35 tahun berisiko untuk terkena kanker serviks 4,23 kali lebih besar daripada yang berusia 35 tahun. Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan Triwahyuningsih 2013 yang mendapatkan hasil bahwa wanita berumur lebih dari 35 tahun berisiko 4,23 kali lebih tinggi untuk mengidap kanker serviks daripada wanita yang berumur dibawah umur 35 tahun. 2. Umur pertama kali berhubungan seksual Wanita muda yang aktif secara seksual memiliki risiko lebih besar berkembangnya kanker leher rahim. Hal ini disebabkan karena pada saat umur muda, sel-sel rahim masih belum matang secara sempurna. Sel tersebut akan matang seiring bertambah usia dan menjadi lebih mampu menahan proses yang