oleh  prosedur  administrasi  yang  mengharuskan  pengajuan  permohonan  secara terpisah bagi setiap kelas barang danatau jasa.
26
Tata cara pendaftaran merek sendiri diatur dalam Pasal 7 Undang-undang Merek, yang menentukan bahwa:
1 Permohonan  diajukan  secara  tertulis  dalam  bahasa  Indonesia  kepada Direktorat Jenderal dengan mencantumkan;
a. tanggal, bulan, dan tahun; b. nama lengkap, kewarganegaraan, dan alamat pemohon;
c. nama lengkap dan alamat kuasa apabila permohonan diajukan melalui
kuasa; d. warna-warna  apabila  merek  yang  dimohonkan  pendaftarannya
menggunakan unsur-unsur warna; e. nama  negara  dan  tanggal  permintaan  merek  yang  pertama  kali  dalam
hal permohonan diajukan dengan hak prioritas. 2 Permohonan ditandatangani pemohon atau kuasanya.
3 Pemohon  sebagaimana  dimaksud  pada  ayat  2  dapat  terdiri  dari  satu orang atau beberapa orang secara bersama, atau badan hukum.
4 Permohonan dilampiri dengan bukti pembayaran biaya. 5 Dalam hal permohonan diajukan oleh lebih dari satu pemohon yang secara
nbbersama-sama  berhak  atas  merek  tersebut,  semua  nama  pemohon dicantumkan dengan memilih salah satu alamat sebagai alamat mereka.
6 Dalam hal permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat 5, Permohonan tersebut  ditandatangani  oleh  salah  satu  dari  Pemohon  yang  berhak  atas
Merek  tersebut  dengan  melampirkan  persetujuan  tertulis  dari  para Pemohon yang mewakilkan.
7 Dalam  hal  permohonan  sebagaimana  dimaksud  pada  ayat  5  diajukan melalui kuasanya, surat kuasa untuk itu ditanda tangani oleh semua pihak
yang berhak atas Merek tersebut. 8 Kuasa  sebagaimana  dimaksud  pada  ayat  7  adalah  Konsultan  Hak
Kekayaan Intelektual. 9 Ketentuan mengenai syarat-syarat untuk dapat diangkat sebagai Konsultan
Hak Kekayaan Intelektual diatur dengan Peraturan Pemerintah, sedangkan tata cara pengangkatannya diatur dengan Keputusan Presiden.
2.1.5. Sistem  Perlindungan Merek  dan  Jangka  Waktu  Perlindungan Merek
26
Rahmi Jened, op.cit, h. 145
Perlindungan terhadap merek diatur dalam Pasal 3 Undang-Undang Merek yang menyatakan bahwa:
“Hak atas merek adalah hak eksklusif  yang diberikan oleh negara kepada
pemilik  merek  yang  dalam  daftar  umum    merek  untuk  jangka  waktu tertentu  dengan  menggunakan  sendiri  merek  tersebut  atau  memberikan
izin kepada pihak lain untuk menggunakannya.”
Dari aturan tersebut dapat dilihat bahwa pemilik hak atas merek terdaftar memiliki hak eksklusif untuk mencegah pihak-pihak lain selain dirinya tanpa izin
darinya  untuk  kegiatan  perdagangan. Lebih  lanjut  dapat  dilihat  dalam  Pasal  16 TRIPs yang menyatakan bahwa:
“The  owner  of  a  registered  trademark  shall  have  the  exclusive  right  to prevent all third parties not having the owner’s con
sent from using in the course of trade identical or similar signs for goods and services which are
identical or similar to those in respect of which the trademark is registered where such use would result in a likelihood of confusion. In case of the use
of an  identical  sign  for  identical  goods  or  services,  a  likelihood  of confusion  shall  be  presumed.  The  rights  described  above  shall  not
prejudice any existing prior rights, nor shall they affect the possibility of Members making rights available on the basis
of use.”
Dapat  dilihat  bahwa  aturan  tersebut  sejalan  dengan  aturan  dalam  Pasal  3 Undang-Undang  Merek,  namun  memberikan  spesifikasi  mengenai  tanda  yang
digunakan, di mana pihak ketiga atau pihak lain tidak dapat menggunakan tanda yang  samamirip,  untuk  barang  dan  jasa  yang  samamirip,  di mana  penggunaan
tanda yang samamirip tersebut akan menimbulkan kebingungan.
Perlindungan  hukum  terhadap  merek  di  Indonesia adalah melalui pendaftaran.  Hal  ini  disebut  dengan  sistem  konstitutif atau first  to  file  system
27
. Dalam  sistem  konstitutif,  pendaftar  pertamalah  yang  akan  mendapatkan  hak  atas
merek. Sistem ini lebih memberikan jaminan perlindungan hukum karena asumsi hukum  yang  timbul  bahwa  pemohon  pertama  yang  mengajukan  pendaftaran
dengan  iktikad  baik  adalah  pihak  yang  berhak  atas  merek,  sampai  terbukti sebaliknya.
28
Jangka  waktu  perlindungan  merek  diatur  dalam  Pasal  18  TRIPs  yang menyatakan bahwa jangka waktu perlindungan merek baik yang baru didaftarkan
maupun  yang  diperpanjang  adalah  selama  7  tujuh  tahun,  sementara  Undang- Undang  Merek  Indonesia  menetapkan  jangka  waktu  yang  lebih  lama  yaitu  10
sepuluh  tahun  sejak  tanggal  penerimaan  dan  dapat  diperpanjang yang  diatur dalam Pasal 28 Undang-Undang Merek. Perpanjangan jangka waktu perlindungan
merek diatur dalam Pasal 35 sampai dengan Pasal 38 Undang-Undang Merek, di mana  diatur  bahwa  merek  yang  telah  didaftarkan  dapat  diperpanjang  kembali
pendaftarannya  dan  mendapatkan  perlindungan  selama  10  sepuluh  tahun  lebih lama  dengan  syarat  permohonan  tersebut  harus  diajukan dalam  jangka  waktu  12
dua  belas  bulan  sebelum  berakhirnya  jangka  waktu  perlindungan  bagi  Merek terdaftar  tersebut  dan  barang  dan  atau  jasa  yang  menggunakan  merek  tersebut
masih diproduksi dan diperdagangkan.
2.2. Pembuktian