Semua negara yang mengatur adanya pendaftaran untuk merek jasa pada dasarnya berlandaskan kepada klasifikasi jasa yang ditetapkan dalam Konvensi
Nice yang terdiri atas 8 delapan kelas, diantaranya adalah: 1. kelas 35: advertising and business;
2. kelas 36: insurance and financial; 3. kelas 37: construction and repair;
4. kelas 38: communication; 5. kelas 39: transportation and storage;
6. kelas 40: material treatment; 7. kelas 41: educational and entertainment;
8. kelas 42: miscellaneous.
21
Pasal 1 angka 4 mengatur tentang Merek Kolektif, di mana dinyatakan bahwa Merek Kolektif adalah merek yang digunakan pada barang danatau jasa
dengan karakteristik yang sama yang diperdagangkan oleh beberapa orang atau badan hukum secara bersama-sama untuk membedakan dengan barang danatau
jasa sejenis lainnya. Dari uraian tersebut dapat dilihat bahwa merek kolektif sebenarnya terdiri dari merek dagang dan merek jasa, hanya saja penggunaan
merek tersebut adalah secara kolektif. Di Belanda, penggunaan merek kolektif harus didaftarkan ke Kantor Merek Beneluks dan harus melampirkan pengaturan
mengenai penggunaan dan pengawasan merek kolektif tersebut. Pengaturan ini harus berisi unsur-unsur yang umum dalam merek tersebut dan memberikan arti
pengawasan yang layak dan sanksi yang layak untuk memastikan eksistensi unsur-unsur tersebut.
22
2.1.3. Fungsi Merek
21
Muhamad Djumhana, 2006, Perkembangan Doktrin dan Teori Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual, Penerbit Citra Aditya Bakti, Bandung, h. 76
22
Schuit, Steven R., 2009, Dutch business law, U.S.A, Kluwer Law and Taxation, h. 361
Fungsi dari merek adalah sebagai suatu tanda pembeda antara barang atau jasa milik satu pihak atau perusahaan, dengan barang atau jasa milik pihak atau
perusahaan lain. Selain itu merek juga berfungsi sebagai penjamin kualitas apabila merek
dilekatkan pada produk asli yang diproduksi oleh pihak yang berhak.
23
Suatu produsen yang dapat memberikan jaminan kualitas akan suatu produk barang atau
jasa cenderung mampu membangun kepercayaan masyarakat sebagai konsumen walaupun harga jual barang atau jasa tersebut menjadi relatif lebih mahal. Merek
juga berfungsi sebagai penunjuk asal produk di mana merek tampil sebagai representasi asal produsen
24
karena tidak semua merek mencantumkan kata “made in...” tetapi apa
bila suatu merek sudah terkenal dan diketahui asalnya dari masyarakat, maka masyarakat tentu sudah mengetahui asal merek tersebut.
2.1.4. Proses Pendaftaran Merek
Sistem dalam pendaftaran merek dibagi menjadi dua, diantaranya adalah sistem deklaratif dan sistem konstitutif atributif. Dalam sistem deklaratif, yang
berhak mendapatkan hak atas merek adalah pemakai pertama suatu merek, di mana yang menciptakan hak atas merek adalah pemakai pertama dan bukan
pendaftar pertama. Hal ini dianggap kurang dapat memberikan kepastian hukum karena pendaftaran merek hanya memberikan suatu hak prasangka menurut
23
Henry Soelistyo, Hak Kekayaan Intelektual. Konsepsi, Opini, dan Aktualisasi, Jakarta, Penaku, 2014, h.52
24
Ibid
hukum
25
. Sementara dalam sistem konstitutif, siapa yang pertama mendaftarkan hak atas merek yang berhak atas merek tersebut. Dengan kata lain, pendaftaran
tersebut yang menciptakan suatu hak atas merek. Dalam Undang-undang Merek, sistem yang dianut adalah sistem
konstitutif. Sistem ini telah dianut sejak pengaturan merek melalui Undang- undang merek sebelumnya yaitu Undang-undang Nomor 19 Tahun 1992 dan
Undang-undang Nomor 14 Tahun 1997. Sebelumnya dalam Undang-undang Nomor 21 Tahun 1961 pendaftaran merek menganut sistem deklaratif.
Dalam hal pendaftaran merek di Indonesia, terlebih dahulu harus diajukan permohonan yang merupakan permintaan pendaftaran merek yang diajukan secara
tertulis kepada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka 5 Undang-undang Merek.
Lebih lanjut diatur dalam Pasal 8 ayat 1 dan ayat 2 Undang-undang merek, permohonan pendaftaran merek dapat diajukan untuk lebih daripada satu
kelas barang dan atau jasa dengan menyebutkan jenis barangjasanya. Menurut Rahmi Jened, ketentuan tersebut mengacu kepada Trademark Law Treaty, yang
bertujuan menyederhanakan peraturan lama yang menetapkan pendaftaran satu merek hanya untuk satu kelas barang atau jasa. Penyederhanaan ini dilakukan
demi memudahkan pemilik merek dalam menggunakan mereknya untuk beberapa barang danatau jasa yang termasuk dalam beberapa kelas agar tidak direpotkan
25
OK Saidin, 2015, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual Intellectual Property Rights Edisi Revisi, Cetakan 9, Jakarta, Rajawali Pers, h. 474
oleh prosedur administrasi yang mengharuskan pengajuan permohonan secara terpisah bagi setiap kelas barang danatau jasa.
26
Tata cara pendaftaran merek sendiri diatur dalam Pasal 7 Undang-undang Merek, yang menentukan bahwa:
1 Permohonan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia kepada Direktorat Jenderal dengan mencantumkan;
a. tanggal, bulan, dan tahun; b. nama lengkap, kewarganegaraan, dan alamat pemohon;
c. nama lengkap dan alamat kuasa apabila permohonan diajukan melalui
kuasa; d. warna-warna apabila merek yang dimohonkan pendaftarannya
menggunakan unsur-unsur warna; e. nama negara dan tanggal permintaan merek yang pertama kali dalam
hal permohonan diajukan dengan hak prioritas. 2 Permohonan ditandatangani pemohon atau kuasanya.
3 Pemohon sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dapat terdiri dari satu orang atau beberapa orang secara bersama, atau badan hukum.
4 Permohonan dilampiri dengan bukti pembayaran biaya. 5 Dalam hal permohonan diajukan oleh lebih dari satu pemohon yang secara
nbbersama-sama berhak atas merek tersebut, semua nama pemohon dicantumkan dengan memilih salah satu alamat sebagai alamat mereka.
6 Dalam hal permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat 5, Permohonan tersebut ditandatangani oleh salah satu dari Pemohon yang berhak atas
Merek tersebut dengan melampirkan persetujuan tertulis dari para Pemohon yang mewakilkan.
7 Dalam hal permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat 5 diajukan melalui kuasanya, surat kuasa untuk itu ditanda tangani oleh semua pihak
yang berhak atas Merek tersebut. 8 Kuasa sebagaimana dimaksud pada ayat 7 adalah Konsultan Hak
Kekayaan Intelektual. 9 Ketentuan mengenai syarat-syarat untuk dapat diangkat sebagai Konsultan
Hak Kekayaan Intelektual diatur dengan Peraturan Pemerintah, sedangkan tata cara pengangkatannya diatur dengan Keputusan Presiden.
2.1.5. Sistem Perlindungan Merek dan Jangka Waktu Perlindungan Merek