PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF (GENERATIVE LEARNING) TERHADAP KETERAMPILAN MEMECAHKAN MASALAH OLEH SISWA PADA MATERI PEMCEMARAN DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN (Studi Eksperimen Pada Siswa kelas X Semester Genap SMA Gajah Mada Bandar Lampung T.P 2011/2
Theodora Agatha Annisa Amwa
ii ABSTRAK
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF (GENERATIVE LEARNING) TERHADAP KETERAMPILAN MEMECAHKAN
MASALAH OLEH SISWA PADA MATERI PENCEMARAN DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN
(Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Gajah Mada Bandar Lampung T.P 2011/2012)
Oleh
THEODORA AGATHA ANNISA AMWA
Hasil observasi dan wawancara pada guru biologi SMA Gajah Mada Bandar lampung, bahwa guru masih menggunakan metode ceramah saat pembelajaran berlangsung, hal ini mengakibatkan siswa kurang mengembangkan keterampilan memecahkan masalah. Untuk itu diperlukan alternatif model pembelajaran yang membuat siswa aktif berfikir untuk memecahkan suatu masalah yaitu model pembelajaran generatif.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan memecahkan masalah oleh siswa pada materi pencemaran lingkungan dan pelestarian
lingkungan pada siswa kelas X SMA Gajah Mada Bandar Lampung dengan menggunakan model pembelajaran generatif.
Penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen dengan desain penelitian adalah pretes-postes tak equivalen. Sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas X1 sebagai kelas eksperimen dan X5 sebagai kelas kontrol yang dipilih secara acak
(2)
Theodora Agatha Annisa Amwa
iii
dengan teknik cluster random sampling. Data penelitian diperoleh dari tes (pretest dan postest) dan lembar observasi aktivitas siswa. Analisis data menggunakan uji-t dengan program SPSS 17.
Hasil penelitian ini menunjukkan terjadinya peningkatan keterampilan
memecahkan masalah oleh siswa pada kelas eksperimen dengan rata-rata N-gain 56,40 lebih tinggi daripada rata-rata N-gain pada kelas kontrol yaitu 39,24. Indikator keterampilan memecahkan masalah dengan kriteria tinggi sekali yang dicapai siswa melalui model pembelajaran generatifyakni indikator merumuskan masalah, merumuskan hipotesa, dan mencocokan hipotesa. Aktivitas belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran generatif juga mengalami peningkatan dari pertemuan I ke pertemuan II, dengan rata-rata peningkatan 12,12%, aspek kemampuan berdiskusi dan membuat kesimpulan merupakan aktivitas dengan kriteria tinggi sekali yang dicapai siswa pada kelas yang menggunakan model pembelajaran generatif.
Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model
pembelajaran generatif dapat meningkatkan keterampilan memecahkan masalah siswa dan meningkatkan aktivitas belajar siswa pada materi pencemaran
lingkungan dan pelestarian lingkungan.
Kata kunci: Model pembelajaran generatif, keterampilan memecahkan masalah, aktivitas belajar, pencemaran lingkungan, pelestarian lingkungan.
(3)
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF (GENERATIVE LEARNING) TERHADAP KETERAMPILAN MEMECAHKAN
MASALAH OLEH SISWA PADA MATERI PENCEMARAN DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN
(Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Gajah Mada Bandar Lampung T.P 2011/2012)
(skripsi)
Oleh
THEODORA AGATHA ANNISA AMWA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2012
(4)
iv
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF (GENERATIVE
LEARNING) TERHADAP KETERAMPILAN MEMECAHKAN
MASALAH OLEH SISWA PADA MATERI PENCEMARAN DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN
(Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Gajah Mada Bandar Lampung T.P 2011/2012)
Oleh
THEODORA AGATHA ANNISA AMWA
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
SARJANA PENDIDIKAN
pada
Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2012
(5)
v
Judul Skripsi : PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF (GENERATIVE LEARNING)
TERHADAP KETERAMPILAN
MEMECAHKAN MASALAH OLEH SISWA PADA MATERI PEMCEMARAN DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN (Studi Eksperimen Pada Siswa kelas X Semester Genap SMA Gajah Mada Bandar Lampung T.P 2011/2012)
Nama Mahasiswa : Theodora Agatha Annisa Amwa
Nomor Pokok Mahasiswa : 0743024048
Program Studi : Pendidikan Biologi
Jurusan : Pendidikan MIPA
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI,
1. Komisi Pembimbing
Dr. Tri Jalmo, M.Si Drs. Arwin Achmad, M.Si
NIP 19610910 198603 1 005 NIP 19570803 198603 1 004
2. Ketua Jurusan Pendidikan
Dr. Caswita, M.Si
(6)
vi
MENGESAHKAN
1. Tim PengujiKetua : Dr. Tri Jalmo, M.Si
Sekretaris : Drs. Arwin Achmad, M.Si
Penguji
Bukan Pembimbing : Drs. Darlen Sikumbang, M.Biomed
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si
NIP 19600315 198503 1 003(7)
vii
PERNYATAAN SKRIPSI MAHASISWA
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Theodora Agatha Annisa Amwa
Nomor Pokok Mahasiswa : 0743024048 Program Studi : Pendidikan Biologi
Jurusan : Pendidikan MIPA
Dengan ini menyatakan bahwa penelitian ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri, dan sepanjang pengetahuan saya tidak berisi materi yang telah dipublikasikan atau ditulis oleh orang lain atau telah dipergunakan dan diterima sebagai persyaratan penyelesaian studi pada universitas atau institut lain.
Bandar Lampung, Juni 2012 Yang menyatakan
Theodora Agatha Annisa Amwa NPM. 0743024048
(8)
viii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kotabumi pada tanggal 09 Desember 1989, anak pertama dari empat bersaudara, dari pasangan bahagia Bapak M. Syahril Amwa, SE dan Ibu Nila Sari, AM.Pd.
Penulis mengawali pendidikan formal di Taman Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul Athfal Kotabumi tahun 1993. Tahun 1995 diterima di SD Negeri 4 Tanjung Aman Kotabumi yang diselesaikan pada tahun 2001. Tahun 2001 diterima di SMP Negeri 2 Kotabumi yang diselesaikan pada tahun 2004. Tahun 2004 diterima SMA Kemala Bhayangkari Kotabumi Lampung Utara yang diselesaikan tahun 2007 dan pada tahun yang sama penulis diterima di Universitas Lampung Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan MIPA Program Studi
Pendidikan Biologi.
Selama menjadi mahasiswa penulis memiliki pengalaman berorganisasi yaitu sebagai: anggota Brigda BEM (Brigadir Muda Badan Eksekutif Mahasiswa) FKIP Unila. Pada tahun 2011, penulis mengikuti Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Gajah Mada Bandar Lampung dan pada tahun 2012 penulis melakukan penelitian pendidikan di SMA Gajah Mada Bandar Lampung untuk meraih gelar sarjana pendidikan/S.Pd.
(9)
ix
Dengan menyebut nama Allah yang Maha pengasih lagi Maha penyayang
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahi robbil ‘alamin, segala puji untuk Mu ya Rabb atas segala
kemudahan, kelancaran, limpahan rahmad dan karunia yang Engkau berikan
selama ini. Teriring doa, rasa syukur dan segala kerendahan hati.
Dengan segala cinta dan kasih sayang kupersembahkan karya sederhana ini
untuk orang-orang yang akan selalu berharga dalam hidupku:
Ayahanda M. Syahril Amwa, S.E dan ibunda Nila Sari, Am.Pd
Sosok mulia yang telah membesarkanku, mendidik serta mendoakanku dengan
penuh cinta dan kasih sayang yang tercurah tanpa batas, Orang tua yang selalu
berjuang untuk membesarkanku, dan mencukupkan segala kebutuhanku dalam
menyelesaikan pendidikanku. Takkan mungkin ananda dapat membalasnya
walau sampai akhir hayat, hanya Allah yang bisa membalas semua pengorbanan
ayah dan ibu. Mudah-mudahan kelak ananda dapat membahagiakan dan
membuat kalian bangga telah memiliki putri sepertiku.
I Love U..
Citra Annisa Amwa, M. Carl A.N. Amwa, dan Brilliantina A. Amwa
Terimakasih atas bantuan, doa, semangat dan motivasi untuk tetap terus maju
dan bertahan sampai akhirnya terselesaikan skripsi ini.
Keluarga besarku, atas doa dan kasih sayangnya
Para pendidik dan dosen yang terhormat
Sahabat-sahabatku yang selalu ada baik dalam keadaan suka maupun duka.
(10)
x
MOTTO
“... Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika
kamu tidak mengetahui”
(An- Nahl : 43)
“Sukses adalah keberhasilan yang kamu capai di dalam menggunakan
talenta-talenta yang telah Allah berikan kepada kamu”
(Rick Devos)
“ Perubahan akan terjadi bila kita yang merubahnya, maka gerakan kaki,
tangan, dan otak untuk menuju kesuksesan “
(Penulis)
“ Sabar, shalat, berdoa adalah kekuatan untuk ujian yang Allah berikan “
(Penulis)
(11)
xi
SANWACANA
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis
dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran
Generatif (Generative Learning) Terhadap Keterampilan Memecahkan
Masalah Oleh Siswa Pada Materi Pencemaran Lingkungan dan Pelestarian Lingkungan (Studi Eksperimen Siswa Kelas X Semester Genap SMA Gajah
Mada Bandar Lampung T.P 2011/2012)” sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana Pendidikan Biologi di Universitas Lampung.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Bujang Rahman, M. Si., selaku Dekan FKIP Unila beserta para Pembantu
Dekan yang telah memberi izin penelitian.
2. Dr. Caswita, M. Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA
3. Neni Hasnunidah, S. Pd., M. Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi.
4. Drs. Arwin Achmad, M. Si., selaku Pembimbing Akademik dan Pembimbing
II atas kesabaran, arahan, dan telah memberikan saran-saran berharga.
5. Dr. Tri Jalmo, M. Si., selaku Pembimbing I yang dengan sabar membimbing
dan memberikan motivasi kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
6. Drs. Darlen Sikumbang, M. Biomed., selaku pembahas yang telah
(12)
xii
7. Bapak dan Ibu dosen beserta staf tata usaha PMIPA.
8. Drs. Tugiman Elfian, selaku kepala sekolah SMA Gajah Mada Bandar
Lampung , yang telah memberi izin atas kepentingan penelitian.
9. Imam Budi Setiawan, S.P., selaku guru mitra yang telah memberi masukan
dan arahan selama penelitian.
10. Siswa-siswi kelas X.1 dan X.5 SMA Gajah Mada Bandar lampung atas
kerjasama, keceriaan, dan perhatiannya selama penelitian, serta terima kasih pada semua pihak yang ada di SMA Gajah Mada Bandar lampung. 11. Kembali ucapan terimakasih teristimewa untuk keluargaku, ayah, ibu dan
adik-adikku.
12. Sahabat-sahabatku Nesia Premurdia, Fitria Sandi, S. Pd., Anggi Lianasari, S. Pd., Eka Marma Azizah, Weni Arisma, dan Tri Wahyuni, terimakasih atas persahabatan yang indah ini, semoga persahabatan kita tetap terjalin hingga akhir hayat dan tak terlupakan
13. Teman-teman seperjuanganku Biologi 2007, khususnya Bio 2007 NR
terimakasih atas dukungan dan kebersamaan kita selama ini.
14. Kakak tingkatku angkatan 2005, 2006 dan adik tingkatku angkatan 2008, 2009, 2010, dan 2011 untuk motivasinya.
15. Semua pihak yang telah membantu dengan sepenuh hati yang tidak dapat di tuliskan satu persatu.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua. Amin. Bandar Lampung, Juni 2012 Penulis
(13)
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR GAMBAR ... xvii
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Ruang Lingkup Penelitian ... 7
F. Kerangka Pikir ... 8
G. Hipotesis Penelitian ... 10
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Generatif ... 11
B. Keterampilan Memecahkan Masalah ... 17
C. Aktivitas siswa ... 20
III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 23
B. Populasi dan Sampel ... 23
C. Rancangan Penelitian ... 23
D. Prosedur Penelitian ... 24
E. Jenis Data dan Tekhnik Pengambilan Data ... 30
F. Teknik Analisis Data ... 32
G. Mendeskripsikan Keterampilan Memecahkan Masalah ... 34
H. Pengolahan Data Aktivitas ... 35
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 38
B. Pembahasan ... 43 V. SIMPULAN DAN SARAN
(14)
xiv
A. Simpulan ... 50
B. Saran ... 50
DAFTAR PUSTAKA ... 52
LAMPIRAN 1. Perangkat Pembelajaran ... 55
2. Data Hasil Penelitian ... 128
3. Analisis data………. 146
4. Foto Penelitian ... 167
(15)
xvi
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel
1. Langkah-langkah pembelajaran generatif... 15
2. Indikator kemampuan berpikir kritis ... 23
3. Variabel, instrumen, jenis data, dan analisis data ... 31
4. Persentase keterampilan memecahkan masalah ... 35
5. Lembar observasi aktivitas siswa... ... 36
6. Klasifikasi indeks aktivitas siswa ... 37
7. Hasil keterampilan memecahkan masalah oleh siswapada kelas eksperimen dan kelas kontrol... ... 39
8. Hasil analisis rata-rata N-gain tiap indikator KMM siswapada kelas eksperimen dan kelas kontrol... 41
9. Hasil pencapaian per indikator KMM siswa pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol... 42
10. Aktivitas siswa kelas eksperimen ... 43
11. Data nilai pretes, postes, dan N-gain kelas eksperimen... ... 128
12. Data nilai pretes, postes, dan N-gain kelas kontrol... ... 129
13. Daftar nilai pretes KMM siswa per indikator kelas eksperimen ... 130
14. Daftar nilai postes KMM siswa per indikator kelas eksperimen ... 132
15. Daftar nilai pretes KMM siswa per indikator kelas kontrol ... 134
(16)
xvii
17. Daftar nilai pretes, postes, dan N-gain per indikator KMM kelas
eksperimen ... 138 18. Daftar nilai pretes, postes, dan N-gain per indikator KMM kelas
kontrol ... 140 19. Data hasil observasi aktivitas siswa kelas eksperimen pada
pertemuan 1 ... 142 20. Data hasil observasi aktivitas siswa kelas eksperimen pada
pertemuan 2 ... 144 21. Analisis statistik data hasil penelitian ... 146 22. Analisis N-gain per indikator... 157
(17)
xviii
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar
1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat ... 10
2. Desain pretes postes tak ekuivalen ... 24
3. Grafik rata-rata pretes, postes dan N-gain pada kelas eksperimen dan
kontro... ... 44
4. Perbedaan aktivitas belajar siswa selama pembelajaran pada kelas
eksperimen dari pertemuan pertama dan kedua ... 45
5. Contoh jawaban siswa tiap indikator merumuskan masalah pada soal
LKK... 47 6. Foto-foto penelitian ... 167
(18)
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu yang penting bagi manusia, karena melalui pendidikan manusia dapat mengembangkan potensi dirinya. Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menyatakan
pendidikan adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik dengan aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual agama, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan, negara. Pendidikan ialah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup (Depdiknas, 2003:1-2)
Pendidikan di indonesia sekarang sangat memprihatinkan. Nampak jelas bahwa masalah yang serius dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan di berbagai jenjang pendidikan, baik pendidikan formal maupun informal. Dan hal itulah yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan yang menghambat penyediaan sumber daya manusia yang mempunyai keahlian dan keterampilan dalam ilmu
pengetahuan. Salah satu masalah yang besar dalam dunia pendidikan adalah cara belajar siswa itu sendiri. Cara belajar yang hanya memindahkan tulisan
(19)
2
dari buku merupakan cara belajar yang salah, karena dengan cara ini
keterampilan memecahkan masalah siswa tidak akan tergali. Masalah seperti ini bukanlah masalah yang baru lagi bagi siswa. Karena setiap siswa akan mengalami suatu masalah belajar jika masalah tersebut belum bisa mereka pecahkan.
Kurangnya keterampilan memecahkan masalah oleh siswa dalam belajar mengakibatkan timbulnya suatu masalah bagi siswa, sehingga cara berpikir dalam keterampilan memecahkan masalah siswa harus ditingkatkan. Masalah-masalah belajar ini tidak hanya dialami oleh siswa-siswa yang lambat saja dalam belajarnya, tetapi juga dapat menimpa siswa-siswa yang pandai atau cerdas. Oleh karena itu, guru sebaiknya menggunakan metode belajar yang dapat meningkatkan keterampilan berpikir dalam memecahkan masalah oleh siswa. Apabila penggunaan metode yang kurang tepat maka dapat berdampak negatif pada keterampilan memecahkan masalah oleh siswa. Hasil observasi dan wawancara dengan guru biologi SMA Gajah Mada Bandar lampung, diketahui bahwa pembelajaran biologi yang berlangsung di kelas X SMA Gajah Mada Bandar Lampung menggunakan metode ceramah. Metode ini kurang tepat untuk mengembangkan keterampilan memecahkan masalah siswa secara luas dan kreatif. Karena metode ceramah hanya
berpusat pada guru yang memberikan penjelasan langsung dengan penuturan secara lisan. Khususnya pada mata pelajaran biologi pada materi
kerusakan/pencemran lingkungan dan pelestarian lingkungan. Siswa menunjukkan keterampilan memecahkan masalah yang masih tergolong
(20)
3
rendah. Siswa kurang mampu menjelaskan lebih lanjut apa yang menjadi penyebab dan dampak adanya permasalahan pada materi tersebut. Karena pada materi ini banyak sekali masalah-masalah yang harus dipecahkan oleh siswa yang berkaitan pada kehidupan sehari-hari. Kurangnya keterampilan memecahkan masalah oleh siswa mengakibatkan kurang aktifnya siswa untuk berpikir agar dapat memecahkan masalah yang terdapat pada materi pencemaran lingkungan dan pelestarian lingkungan. Pada materi pencemaran dan kerusakan lingkungan, siswa dapat memahami materi tersebut dengan memahami keterkaitan dan peran manusia terhadap
pencemaran dan kerusakan lingkungan serta upaya untuk mengelola lingkungan. Siswa dapat melakukan pengamatan secara langsung ke lingkungan dengan mengumpulkan data dan mencari informasi tentang permasalahan lingkungan yang terjadi akibat kegiatan manusia yang
membahayakan lingkungan. Pengelolaan lingkungan yang dilakukan manusia kadang menimbulkan masalah baru. Siswa dapat mencari informasi tentang dampak pengelolaan lingkungan yang dilakukan manusia melalui
permasalahan yang banyak terjadi di lingkungan sekitar seperti masalah sampah limbah rumah tangga yang mengganggu kesehatan. Siswa akan lebih mudah memahami pelajaran tersebut dengan mengaitkan permasalahan dengan kehidupan sehari-hari.
Dalam proses pembelajaran, pada materi pencemaran lingkungan dan
pelestarian lingkungan, siswa dituntut untuk dapat mengkomunikasikan hasil belajarnya seperti yang tercantum pada tuntutan Kompetensi Dasar. Namun
(21)
4
di SMA Gajah Mada Bandar Lampung pada saat pembelajaran di kelas, gurulah sebagai satu-satunya sumber belajar sehingga membuat keterlibatan siswa kurang optimal, yang menyebabkan kurang berkembangnya
keterampilan memecahkan masalah yang dimilki siswa. Fakta tersebut terlihat dari nilai rata-rata siswa pada materi ini yang masih di bawah kriteria
ketuntasan minimum (KKM) siswa. Dari data yang ada, nilai yang diperoleh oleh siswa pada materi ini < 68 dan siswa yang tuntas pada materi ini < 60%, sehingga perlu cara untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Berdasarkan hal di atas diperlukan alternatif model pembelajaran yang membuat siswa aktif, menemukan sendiri pengetahuannya, terlibat langsung sehingga pembelajaran menjadi menyenangkan dan menjadikan pengalaman yang berkesan. Dalam menghadapi masalah dalam proses pembelajaran biasanya guru memilih model pembelajaran yang mendukung siswanya untuk berfikir agar siswa dapat memahami dan memecahkan masalah pada materi yang diajarkan dengan baik dan lebih mudah untuk dipahami dengan
pemikirannya sendiri.
Salah satu model pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam menerapkan keterampilan memecahkan masalah oleh siswa dalam
pembelajaran adalah model pembelajaran generatif (Generative learning). Menurut Osborne dan Wittrock (Kholil, 2008:1), pembelajaran generatif merupakan suatu model pembelajaran yang menekankan pada pengintegrasian secara aktif pengetahuan baru dengan menggunakan pengetahuan yang sudah dimiliki siswa sebelumnya. Pengetahuan baru itu akan di uji dengan cara
(22)
5
menggunakan dalam menjawab persoalan atau gejala yang terkait. Dengan demikian, diharapkan melalui penerapan model pembelajaran generatif ini siswa dapat ikut berperan aktif dengan bimbingan guru, agar dapat
meningkatkan keterampilan memecahkan masalah oleh siswa sehingga terarah lebih baik. Beberapa penelitian yang menguji efektivitas model pembelajaran generatif adalah Sumarna (2009:48) dari hasil penelitian dapat diketahui
bahwa penggunaan model pembelajaran generatifdapat meningkatkan hasil
belajar siswa, penelitian Wulandari (2004:39) terdapat pengaruh yang signifikan antara model pembelajaran generatif dibandingkan dengan model konvensional dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa, serta penelitian Redhana (2003:9), aktivitas dan hasil belajar mahasiswa dapat ditingkatkan dengan pembelajaran generatif menggunakan strategi pemecahan masalah.
Dari uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Generatif (Generative
Learning) Terhadap Keterampilan Memecahkan Masalah Siswa Pada Materi
Pencemaran Lingkungan dan Pelestarian Lingkungan (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas X SMA Gajah Mada Bandar lampung Tahun Pelajaran
2011/2012) .”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah :
(23)
6
1. Apakah penerapan model pembelajaran generatifdapat meningkatkan keterampilan memecahkan masalah oleh siswa pada materi pencemaran dan pelestarian lingkungan?
2. Apakah penerapan model pembelajaran generatif dapat meningkatkan aktivitas siswa pada materi pencemaran dan pelestarian lingkungan?
C. Tujuan Masalah
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Penerapan model pembelajaran generatif terhadap peningkatan keterampilan memecahkan masalah siswa pada materi pencemaran lingkungan dan pelestarian lingkungan.
2. Penerapan model pembelajaran generatif terhadap peningkatan aktivitas siswa pada sub materi pencemaran lingkungan dan pelestarian lingkungan.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah: 1. Bagi Guru
Untuk memberikan alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengoptimalkan proses pembelajaran biologi.
2. Bagi Siswa
a. Memberi pengalaman belajar yang berbeda dalam mempelajari materi pencemaran lingkungan dan pelestarian lingkungan.
(24)
7
b. Mendorong siswa untuk berperan aktif mengasah keterampilan memecahkan masalah dalam proses pembelajaran.
3. Bagi Peneliti
a. Menerapkan ilmu yang telah diperoleh di perguruan tinggi yang berhubungan dengan dunia pendidikan sebagai persiapan untuk menjadi guru.
b. Memberikan wawasan dan pengalaman belajar sebagai calon guru dengan menggunakan model pembelajaran generatif.
4. Bagi Sekolah
Model pembelajaran generatif yang digunakan diharapkan dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam memecahkan masalah siswa pada proses pembelajaran biologi.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Untuk menghindari anggapan yang berbeda terhadap masalah yang akan dibahas maka diberikan batasan masalah sebagai berikut :
1. Subjek penelitian
Siswa kelas X, yang terdiri dari kelas X1, dan X5 SMA Gajah Mada Bandar Lampung tahun pelajaran 2011/2012.
2. Objek penelitian
Model pembelajaran generatif dengan langkah-langkah pembelajaran yaitu: Explorasi, Pemfokusan, Tantangan, dan Penerapan.
(25)
8
3. Keterampilan memecahkan masalah diperoleh dari hasil pretes dan
postes pada materi pemcemaran lingkungan dan pelestarian lingkungan.
4. Materi dalam penelitian ini adalah pencemaran lingkungan dan pelestarian lingkungan. Pada KD 4.2 menjelaskan keterkaitan antara kegiatan manusia dengan masalak perusakan/pencemaran lingkungan dan pelestarian lingkungan.
5. Aktivitas siswa yang diamati meliputi: kemampuan bertanya,
menjawab pertanyaan, berpendapat, berdiskusi, dan membuat kesimpulan.
F. Kerangka Pikir
Pembelajaran biologi bukanlah proses pemindahan pengetahuan secara langsung dari guru ke siswa. Biologi juga bukan hanya merupakan mata pelajaran hafalan, namun juga membutuhkan pemahaman suatu konsep. Pada proses belajar siswa harus aktif mencari tahu dengan membentuk
pengetahuannya, sedangkan guru membantu agar proses pencarian itu berjalan baik. Pembelajaran biologi pada materi pokok ekosistem khususnya materi pencemaran lingkungan dan pelestarian lingkungan di SMA Gajah Mada Bandar Lampung masih rendah. Selama ini pelajaran biologi pada materi ini merupakan salah satu mata pelajaran yang masih dianggap cukup sulit oleh siswa SMA Gajah Mada karena mereka menganggap bahwa pelajaran biologi banyak materi dengan nama ilmiah dan istilah-istilah asing yang sulit dihafal.
(26)
9
Keterampilan memecahkan masalah sangat penting dimiliki oleh setiap siswa. Namun, di SMA Gajah Mada Bandar Lampung menunjukkan bahwa
keterampilan memecahkan masalah oleh siswa masih tergolong rendah. Kemungkinan hal ini terjadi karena selama ini guru menggunakan metode atau model pembelajaran yang kurang menggali keterampilan memecahkan
masalah siswa. Karena dalam kegiatan pembelajaran di kelas, guru harus mengutamakan siswa terlibat aktif secara langsung dalam proses
pembelajaran. Oleh karena itu, diperlukan suatu model pembelajaran yang dapat memfasilitasi siswa dalam mengembangkan kemampuan berpikirnya dalam memecahkan masalah.
Salah satu model yang diduga dapat mengembangkan keterampilan memecahkan masalah siswa adalah model pembelajaran generatif. Model pembelajaran generatif adalah pembelajaran yang menekankan pada pengintegrasian secara aktif antara materi atau pengetahuan baru dengan menggunakan pengetahuan yang sudah dimiliki siswa sebelumya. Pada model pembelajaran ini siswa akan melakukan diskusi dan dituntut untuk lebih aktif berpikir untuk memecahkan suatu masalah pada materi yang diberikan oleh guru. Karena kurang efektifnya siswa dalam aktivitas yang dilakukan dalam proses belajar mengakibatkan kurang aktifnya berpikir siswa dalam
memecahkan suatu masalah.yang dihadapi dalam proses belajar siswa. Dengan demikian, melalui penerapan model pembelajaran generatif ini diharapkan mampu meningkatkan keterampilan memecahkan masalah siswa.
(27)
10
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas yang digunakan yaitu kelas X1 sebagai kelas eksperimen dan kelas X5 sebagai kelas kontrol. Variabel dalam penelitian ini adalah variabel X dan Variabel Y. Variabel X adalah variabel bebas yaitu menggunakan model pembelajaran generatif dan variabel Y yaitu variabel terikat berupa keterampilan memecahkan masalah siswa. Hubungan antar variabel tersebut digambarkan dalam diagram di bawah ini :
Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat
G. Hipotesis Penelitian
Hipotesis statistik dalam penelitian ini adalah:
H1= Penerapan model pembelajaran generatifdapat meningkatkan keterampilan memecahkan masalah oleh siswa pada sub materi pencemaran lingkungan dan pelestarian lingkungan.
X Y
Keterangan : X : Variabel bebas yang menggunakan model pembelajaran generatif.
Y : Variabel terikat yaitu keterampilan memecahkan masalah siswa.
(28)
11
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Generatif (Generative Learning)
Pembelajaran Generatif merupakan terjemahan dari Generative Learning. Model pembelajaran generatif menggunakan teori kontruktivisme yang dikemukakan oleh Wittrock yang dikutip oleh Pannen (dalam Wulandari, 2004:8) mengasumsi bahwa siswa bukan penerima informasi yang pasif, melainkan siswa aktif berpartisipasi dalam proses belajar dan dalam
mengkontruksi makna dari informasi yang ada di sekitarnya. Ini berarti bahwa pengetahuan dibangun di dalam pikiran siswa dan tidak dapat dipindahkan dari pikiran guru ke pikiran siswa. Jika pengetahuan baru itu berhasil menjawab permasalahan yang dihadapi, maka pengetahuan baru itu akan disimpan dalam memori jangka panjang. Penerapan model pembelajaran generatif merupakan suatu cara yang baik untuk mengetahui pola pikir siswa serta bagaimana siswa memahami dan memecahkan masalah dengan baik supaya dalam pembelajaran nanti guru dapat menyusun strategi
pembelajarannya.
Intisari dari belajar generatif adalah bahwa otak tidak menerima informasi dengan pasif, melainkan justru dengan aktif mengkonstruk suatu interpretasi dari informasi tersebut dan kemudian membuat kesimpulan. Seperti yang dikemukakan oleh Osborne dan Wittrock (dalam Hulukati, 2005:50) bahwa
(29)
12
otak bukanlah suatu blank slate yang dengan pasif belajar dan mencatat informasi yang datang.
Osborne dan Wittrock (dalam Yulviana, 2008:10) menjelaskan proses pengolahan input indera dalam otak yaitu ide yang ada di pikiran siswa mempengaruhi dalam mengarahkan indera yang dimiliki oleh siswa. Ide yang ada di pikiran siswa akan menentukan masukan dari indera mana yang akan diperhatikan atau yang tidak diperhatikan oleh otak. Tetapi, ide yang masuk belum mempunyai arti sebelum siswa membangun hubungan-hubungan yang diperhatikan dengan yang ada dalam pikirannya. Siswa menggunakan
hubungan tersebut dan akan mempelajari arti setelah apa yang telah
diperhatikan oleh siswa. Terkadang siswa menguji arti yang dibangun dalam pikiran dengan keterangan lain yang di simpan dalam otak, sehingga siswa menyimpan apa yang diperoleh oleh otaknya dalam ingatan. Karena otak siswa begitu berperan dalam menyerap dan memaknai informasi, maka siswa sendiri adalah penanggung jawab utama dalam belajar.
Pembelajaran generatif memiliki landasan teoritik yang berakar pada teori-teori belajar konstruktivis mengenai belajar dan pembelajaran. Butir-butir penting dari pandangan belajar menurut teori konstruktivis ini menurut Nur dan Katu (dalam Kholil, 2008:1) diantaranya adalah:
1. Menekankan bahwa perubahan kognitif hanya bisa terjadi jika
konsepsi-konsepsi yang telah dipahami sebelumnya diolah melalui suatu proses ketidakseimbangan dalam upaya memahami inforamasi-informasi baru.
(30)
13
2. Seseorang belajar jika dia bekerja dalam zona perkembangan terdekat,
yaitu daerah perkembangan sedikit di atas tingkat perkembangannya saat ini.
3. Penekanan pada prinsip Scaffolding, yaitu pemberian dukungan tahap
demi tahap untuk belajar dan pemecahan masalah.
4. Lebih menekankan pada pengajaran top-down daripada bottom-up.
Top-down berarti siswa langsung mulai dari masalah-masalah kompleks, utuh, dan autentik untuk dipecahkan.
5. Menganut asumsi sentral bahwa belajar itu ditemukan. Meskipun jika kita
menyampaikan informasi kepada siswa, tetapi mereka harus melakukan operasi mental atau kerja otak atas informasi tersebut untuk membuat informasi itu masuk ke dalam pemahaman mereka.
6. Menganut visi siswa ideal, yaitu seorang siswa yang dapat memiliki
kemampuan pengaturan diri sendiri dalam belajar.
7. Menganggap bahwa jika seseorang memiliki strategi belajar yang efektif
dan motivasi, serta tekun menerapkan strategi itu sampai suatu tugas terselesaikan demi kepuasan mereka sendiri, maka kemungkinan mereka adalah pelajar yang efektif dan memiliki motivasi abadi dalam belajar. Pengetahuan dibangun oleh siswa sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Tidak semua pembelajaran dapat disampaikan semuanya oleh guru. Siswa harus mengkonstruksi sendiri pengetahuan di benak mereka sendiri. Menurut Nur dan Katu (dalam Kholil, 2008:2) esensi dari teori konstruktivisme adalah bahwa siswa harus menemukan dan mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain. Dengan dasar
(31)
14
itu pembelajaran harus dikemas menjadi proses ’mengkonstruksi’ bukan ‘menerima’ pengetahuan.
Kontruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita kontruksi (bentukan) kita sendiri. Menurut Piaget (dalam Sumarna, 2009:24) menyatakan bahwa pengetahuan terbentuk berdasarkan keaktifan orang itu sendiri dalam berhadapan dengan persoalan, bahan, atau lingkungan baru. Sedangkan proses terbentuknya pengetahuan baru menurut Piaget adalah melalui mekanisme asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah suatu proses dimana informasi atau pengalaman yang diperoleh seseorang masuk ke dalam struktur mentalnya, sedangkan
akomodasi adalah terjadinya restrukturisasi dalam otak sebagai akibat adanya informasi atau pengalaman baru. Dengan demikian asimilasi dan akomodasi merupakan dua aspek penting dari proses yang sama yaitu pembentukan pengetahuan.
Pembelajaran generatif, menurut Weda (2009:177) terdiri atas empat tahap, yaitu: (1) Pendahuluan atau disebut dengan eksplorasi, (2) Pemfokusan, (3) Tantangan atau tahap pengenalan konsep, dan (4) Penerapan konsep. Secara operasional menurut Weda (2009:180-183) kegiatan guru dan siswa selama proses pembelajaran dapat dijabarkan sebagai berikut:
(32)
15
Tabel 1. Langkah – langkah pembelajaran generatif
No Pembelajaran Tahap Kegiatan guru Kegiatan siswa
1. Eksplorasi
Memberikan aktivitas melalui demonstrasi/contoh – contoh yang dapat merangsang siswa untuk melakukan eksplorasi.
Mengeksplorasikan pengetahuan, idea atau konsepsi awal yang diperoleh dari pengalaman sehari – hari atau diperoleh dari pembelajaran pada tigkat kelas sebelumnya. Mendorong dan merangsang
siswa untuk mengemukakan ide/pendapat serta merumuskan pendapat hipotesis.
Mengutarakan ide – ide dan merumuskan hipotesis. Membimbing siswa untuk
mengklasifikasikan pendapat Melakukan klasifikasi pendapat/ide – ide yang telah ada.
2. Pemfokusan
Membimbing dan mengarahkan siswa untuk menetapkan konteks permasalahan berkaitan dengan ide siswa yang
kemudian dilakukan pengujian.
Menetapkan konteks permasalahan, memahami, mencermati permasalahan sehingga siswa menjadi familier terhadap bahan yang digunakan untuk
mengeksplorasi konsep. Membimbing siswa melakukan
proses sains, yaitu menguji (melalui percobaan) sesuatu.
Melakukan pengujian, berpikir apa yang terjadi, menjawab pertanyaan berhubungan dengan konsep. Memutuskan dan
menggambarkan apa yang ia ketahui tentang kejadian. Mengklarifikasi ide ke dalam konsep .
Menginterprestasi respon siswa. Menginterprestasi dan
menguraikan ide siswa.
Mempresentasikan ide ke dalam kelompok dan juga forum kelas melalui diskusi.
3. Tantangan
Mengarahkan dan memfasilatasi agar terjadi pertukaran ide antar siswa. Menjamin semua ide siswa dipertimbangkan.
Membuka diskusi. Mengusulkan melakukan demonstrasi jika diperlukan.
Memberikan pertimbangan ide kepada (a)siswa yang lain (b)semua siswa dalam kelas.
Menunjukan bukti ide ilmuan
(scientist view) Menguji validitas ide/pendapat dengan mencari
bukti. Membandingkan ide ilmuan dengan ide kelas. (class’s view)
Membimbing siswa
merumuskan permasalahan yang sangat sederhama. Membawa
Menyelesaikan problem praktis dengan menggunakan konsep dalam situasi yang
(33)
16
4. Aplikasi
siswa mengklarifikasi ide baru. baru. Menerapkan konsep yang baru dipelajari dalam berbagai konteks yang berbeda.
Membimbing siswa agar mampu menggambarkan secara verbal menyelesaikan problem. Ikut terlibat dalam merangsang dan berkontribusi ke dalam diskusi untuk menyelesaikan
permasalahan.
Mempresentasikan penyelesaian masalah di hadapan teman. Diskusi dan debat tentang penyelesaian masalah, mengkritisi dan menilai penyelesaian masalah. Menarik kesimpulan akhir. Dengan tahap–tahap pembelajaran di atas, siswa diharapkan memiliki pengetahuan, kemampuan, serta keterampilan untuk
mengkonstruksi/membangun pengetahuan secara mandiri..
Berdasarkan tahapan – tahapan yang dilakukan dalam model pembelajaran generatif maka karakteristik model pembelajaran generatif menurut Sumarna (2009:21) adalah sebagai berikut:
1) Dilandasi oleh pandangan kontruktivisme, memperhatikan pengalaman
dan konsep awal siswa.
2) Pembelajaran berpusat pada siswa, dimana siswa sendiri yang akif
membangun pengetahuannya.
3) Siswa diberi kesempatan untuk melakukan kegiatannya sendiri dan melatih
berpikir.
4) Menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar.
Guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerjasama untuk menemukan sesuatu yang baru (belajar) bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu baru disini datang dari “menemukan sendiri” bukan dari “apa kata guru”.
(34)
17
Model pembelajaran generatif ini juga mempunyai kelebihan dan kekurangannya. Menurut Sutarman (2004:100) kelebihan pembelajaran generatif adalah:
1. Memberi peluang kepada siswa untuk belajar secara kooperatif.
2. Merangsang rasa ingin tahu siswa.
3. Cocok untuk meningkatkan keterampilan proses.
4. Meningkatkan aktivitas siswa, diantaranya dengan bertukar pikiran dengan
siswa lainnya, menjawab pertanyaan dari guru, serta berani tampil untuk mempersentasikan hipotesisnya.
5. Konsep yang dipelajari siswa akan masuk ke memori jangka panjang.
Kekurangan model pembelajaran generatif adalah:
1. Membutuhkan waktu yang relatif lama.
2. Dikawatirkan akan terjadi misconception atau salah konsep. Agar tidak
terjadi salah konsep, maka guru harus membimbing siswa dalam mengeksplorasi pengetahuan yang dimiliki siswa.
B. Keterampilan Memecahkan Masalah
Pemecahan masalah adalah suatu proses menerapkan pengetahuan,
keterampilan, dan pemahaman sebelumnya pada situasi yang baru dan asing. Proses yang dimulai dengan masalah yang telah dibuat dan diakhiri dengan penyelesaian dengan menggunakan informasi yang diberikan (Susanta dan Rusdi, 2006:15). Menurut Swee (dalam Susanta dan Rusdi, 2006:15) kemampuan melakukan pemecahan masalah tergantung pada 5 komponen yang saling terkait satu sama lain yakni keterampilan, konsep, proses, sikap
(35)
18
dan metakodnitif. Tujuan dari digunakannya keterampilan memecahkan masalah dalam pembelajaran menurut Sriyono (dalam Zulaiha, 2008:11) adalah untuk memberi kemampuan dan kecakapan praktis kepada siswa sehingga tidak takut menghadapi hidup yang penuh problem serta mempunyai rasa optimis yang tinggi.
Belajar pemecahan masalah pada dasarnya menurut Syah (2002:99) adalah belajar menggunakan metode ilmiah atau berfikir secara sistematis, logis, teratur, dan teliti. Tujuannya adalah untuk memperoleh kemampuan dan kecakapan kognitif untuk memecahkan masalah secara rasional, lugas dan tuntas. Untuk itu kemampuan siswa menguasai konsep – konsep, prinsip– prinsip dan generalisasi serta insight (tilikan akal) amat diperlukan. Soedjana menjelaskan (dalam Zulaiha, 2008:12) suatu persoalan akan menjadi masalah bagi seseorang siswa, jika ia :
1. Mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan tinjauan dari pengetahuan
yang telah dikuasai.
2. Belum mempunyai prosedur untuk menyelesaikannya,
3. Berkeinginan untuk menyelesaikan.
Belajar memecahkan masalah menurut Sardiman (2003:31) diperlukan juga suatu pengamatan secara cermat dan lengkap. Untuk menentukan seseorang itu dapat memecahkan masalah, menurut Dewey (dalam Sardiman, 2003:32) ada lima langkah dalam upaya pemecahan masalah, yakni:
(36)
19
1. Merumuskan masalah, merupakan keterampilan siswa dalam mengetahui
dengan jelas apa yang harus mereka lakukan dalam memecahkan masalah tersebut.
2. Merumuskan hipotesa, merupakan keterampilan siswa dalam merumuskan
dugaan sementara dalam melakukan percobaan, dan merumuskan hipotesis sebagai suatu jalan yang mungkin memberi arah pemecahan masalah.
3. Mengumpulkan data atau informasi, dengan bacaan atau sumber – sumber
lain.
4. Menilai atau mencocokan usaha pembuktian hipotesa dengan keterangan –
keterangan yang diperoleh.
5. Merumuskan kesimpulan, membuat laporan atau berbuat sesuatu dengan
hasil pemecahan masalah.
Menurut Lawson (dalam Syah, 2002:99) hampir semua bidang studi dapat dijadikan sarana belajar pemecahan masalah. Untuk itu guru (khususnya yang mengajar eksakta, seperti matematika dan IPA) sangat dianjurkan
menggunakan strategi mengajar yang berorientasi pemecahan masalah. Kebaikan dengan diterapkan pemecahan masalah yaitu :
1. Siswa dapat berfikir secara sistematis dalam kegiatan belajar, sebab ia
berfikir dan menggunakan kemampuannya untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi.
2. Siswa mampu mencari berbagai jalan keluar dari suatu masalah yang
dihadapi, sebab ia mengalami sedikit proses pemecahan masalah.
(37)
20
4. Pemecahan masalah ini akan melatih siswa untuk lebih banyak belajar
mandiri (Sriyono dalam Zulaiha, 2008:12) C. Aktivitas Siswa
Aktivitas belajar merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung. Sardiman (1994:94)
mengemukakan bahwa pada prinsipnya belajar adalah berbuat mengubah tingkah laku dan melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Tania (2010:14) mengemukakan bahwa kegiatan belajar segala pengetahuan itu harus diperoleh dengan pengamatan sendiri, pengalaman sendiri, penyelidikan sendiri, bekerja sendiri, dengan fasilitas yang diciptakan sendiri, baik secara rohani maupun teknis. Ini menunjukan setiap orang yang belajar harus aktif sendiri, tanpa adanya aktivitas maka proses belajar tidak mungkin terjadi.
Menurut Sanjaya (2008:179-180), keaktifan siswa itu ada yang secara langsung dapat diamati, seperti mengerjakan tugas, berdiskusi,
mengumpulkan data dan lain sebagainya. Akan tetapi juga ada yang tidak bisa diamati, seperti kegiatan mendengarkan atau menyimak. Oleh sebab itu, sebenarnya aktif–tidak aktifnya siswa dalam belajar hanya siswa tersebut yang mengetahuinya secara pasti. Kita tidak dapat memastikan bahwa siswa yang diam mendengarkan penjelasan berarti tidak beraktivitas aktif,
sebaliknya belum tentu siswa yang secara fisik aktif memiliki kadar aktivitas mental yang tinggi pula. Kriteria yang menggambarkan sejauh mana
(38)
21
pembelajaran, proses, maupun mengevaluasi hasil pembelajaran. Semakin siswa terlibat dalam ketiga aspek tersebut maka kadar aktivitas siswa makin tinggi.
Aktivitas belajar menurut Sardiman (1994:99) meliputi aktivitas yang
bersifat fisik (jasmani) dan aktivitas mental (rohani). Sejalan dengan pendapat Ngulwiyah (2005:7) aktivitas belajar siswa, baik aktivitas jasmani maupun rohani, dalam proses belajar mengajar merupakan faktor penting yang ikut menentukan keberhasilan siswa dalam memahami pelajaran. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya-upaya yang dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Menurut Slameto (dalam Ngulwiyah, 2005:7) diantara prasyarat yang harus diupayakan pada prinsip – prinsip dalam belajar yaitu: siswa harus berpartisipasi aktif, meningkatkan minat untuk mencapai tujuan. Dalam proses belajar mengajar, guru perlu menumbuhkan aktivitas siswa dalam berfikir maupun berbuat. Apabila siswa dapat berpartisipasi secara aktif, maka siswa akan menerima pengetahuan itu dengan baik. Aktivitas fisik banyak macamnya, menurut Hamalik (2001:21) aktivitas adalah sebagai berikut:
1. Kegiatan visual, seperti: membaca, mengamati, demonstrasi, mengamati
orang bekerja, memperhatikan gambar, dll.
2. Kegiatan lisan (oral) seperti: mengemukakan pendapat, mengajukan
pertanyaan, memberi saran, mengadakan wawancara, diskusi, dll.
3. Kegiatan mendengar, seperti: mendengarkan diskusi, penyajian bahan, dll.
4. Kegiatan menulis, seperti: mengerjkan tes, mengisi angket, membuat
(39)
22
5. Kegiatan menggambar.
6. Kegiatan metric, seperti melakukan percobaan, memilih alat, membuat
model, dll.
7. Kegiatan mental, seperti: mengingat, memecahkan masalah, menganalisa,
mengambil keputusan, dll.
Seseorang dikatakan aktif belajar, jika dalam belajarnya mengerjakan sesuatu yang sesuai dengan tujuan belajarnya, memberi tanggapan terhadap suatu peristiwa yang terjadi dan mengalami atau turut merasakan sesuatu dalam proses belajarnya. Dengan melakukan banyak aktivitas yang sesuai dengan pembelajaran, maka siswa mampu mengalami, memahami, mengingat dan mengaplikasi materi yang telah diajarkan. Adanya peningkatan aktivitas belajar maka akan meningkatkan hasil belajar.
(40)
23
III. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu PenelitianPenelitian ini dilaksanakan di SMA Gajah Mada Bandar Lampung pada bulan April 2012.
B. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X semester genap SMA Gajah Mada Bandar Lampung tahun pelajaran 2011/2012.
Sedangkan sampel penelitian ini adalah siswa kelas X1 dengan jumlah siswa 33 orang sebagai kelas eksperimen dan kelas X5 dengan jumlah siswa 34 orang sebagai kelas kontrol dengan teknik pengambilan sampel
yang digunakan, yaitu cluster random sampling.
C. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental, dengan mengunakan desain kelompok kontrol tak ekuivalen. Kelas eksperimen (X1) diberi perlakuan dengan model pembelajaran generatif sedangkan kelas kontrol (X5) menggunakan model ceramah. Hasil pretes dan postes pada kedua kelompok subyek dibandingkan.
(41)
24
Struktur desainnya adalah sebagai berikut :
D. Prosedur Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan penelitian. Langkah-langkah dari tahap tersebut sebagai berikut:
1. Prapenelitian
Kegiatan yang dilakukan pada pra penelitian sebagai berikut:
a. Membuat surat izin penelitian.
b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakanya
penelitian, untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang akan diteliti.
c. Menetapkan sampel penelitian untuk kelas kontrol dan kelas
eksperimen.
d. Menyusun rencana pembelajaran dengan model pembelajaran
generatif untuk materi yang diteliti. Gambar 2. Desain pretes postes tak ekuivalen
Keterangan : I = Kelompok eksperimen, II = Kelompok
kontrol, O1 = Pretes, O2 = Postes, X =
Perlakuan eksperimen, C = Perlakuan kontrol (Purwanto, 2007: 90).
Kelompok pretes perlakuan postes
I O1 X O2
(42)
25
e. Membuat instrumen penelitian yang terdiri dari Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Kelompok (LKK), silabus, dan soal tes formatif yaitu soal pretest/postest. 2. Pelaksanaan Penelitian
Mengadakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran generatif untuk kelas eksperimen dan tanpa model pembelajaran generatif yaitu dengan menggunakan metode ceramah yang digunakan oleh guru biologi di SMA Gajah Mada Bandar Lampung untuk kelas kontrol. Penelitian ini direncanakan sebanyak
dua kali pertemuan.Pertemuan pertama membahas materi keterkaitan
kegiatan manusia dengan perusakan/pencemaran lingkungan, dan pertemuan kedua membahas materi keterkaitan kegiatan manusia dengan pelestarian lingkungan.
A. Kelas Eksperimen (Model Pembelajaran Generatif) a. Pendahuluan
1. Siswa mengerjakan soal pretes pada pertemuan pertama
berupa soal essay dengan materi kerusakan/pencemaran lingkungan dan pelestarian lingkungan.
2. Siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai tujuan
pembelajaran.
3. Apersepsi dilakukan oleh siswa dengan memperhatikan
(43)
26
Pertemuan 1: Menayangkan gambar kerusakan hutan dan memberi pertanyaan yang berkaitan dengan gambar. Pertemuan 2: Menayangkan gambar upaya pelestarian lingkungan dan memberi pertanyaan yang berkaitan dengan gambar.
4. Siswa memperoleh motivasi dari guru.
Pertemuan 1: Setelah mempelajari tayangan yang diberikan guru siswa mengetahui fungsi dan manfaat pohon bagi manusia dan lingkungan.
Pertemuan 2: Setelah mempelajari tayangan yang diberikan guru siswa mengetahui fungsi dan manfaat pelestarian lingkungan bagi manusia dan lingkungan.
5. Siswa membentuk kelompok secara heterogen, masing masing kelompok berjumlah 5-6 orang. Masing-masing kelompok memiliki satu ketua kelompok.
B. Kegiatan inti
1. Siswa mengkondisikan diri duduk dalam kelompoknya
masing-masing.
2. Siswa mendengar penjelasan dari guru dan menerima LKK
pada masing-masing kelompok.
3. Eksplorasi
Berkeliling kelas, membimbing dan mengawasi setiap kelompok.
(44)
27
4. Pemfokusan/Tantangan
a. Membimbing siswa selama melakukan diskusi.
b. Siswa mulai mengerjakan, berdiskusi dan bertukar ide
dengan teman kelompoknya.
5. Penerapan
a. Setelah siswa selesai mengerjakan LKK, siswa
membuat ringkasan yang akan dipersentasikan ke depan kelas.
b. Seluruh kelompok di dalam kelas mempersentasikan
topik-topik yang telah diselidiki.
c. Siswa dibimbing oleh guru dalam mempresentasikan
kerja kelompoknya.
d. Memberi kesempatan kepada kelompok lain untuk
bertanya kepada kelompok yang sedang persentasi. C. Penutup
1. Siswa dibimbing oleh guru membuat
kesimpulan/rangkuman dari kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.
2. Siswa mengerjakan postest pada peremuan kedua
berupa soal essay dengan materi kerusakan/pencemaran lingkungan dan pelestarian lingkungan.
(45)
28
3. Siswa mendengarkan penyampaian guru untuk
pertemuan selanjutnya dan menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.
D. Kelas Kontrol (Metode Ceramah) a. Pendahuluan
1. Siswa mengerjakan soal pretes pada pertemuan pertama
berupa soal essay dengan materi kerusakan/pencemaran lingkungan dan pelestarian lingkungan.
2. Siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai tujuan
pembelajaran.
3. Apersepsi dilakukan oleh siswa dengan memperhatikan
penjelasan guru.
Pertemuan 1: Menayangkan gambar kerusakan hutan dan memberi pertanyaan yang berkaitan dengan gambar. Pertemuan 2: Menayangkan gambar upaya pelestarian lingkungan dan memberi pertanyaan yang berkaitan dengan gambar.
4. Siswa memperoleh motivasi dari guru.
Pertemuan 1: Setelah mempelajari tayangan yang diberikan guru siswa mengetahui fungsi dan manfaat pohon bagi manusia dan lingkungan.
(46)
29
Pertemuan 2: Setelah mempelajari tayangan yang diberikan guru siswa mengetahui fungsi dan manfaat pelestarian lingkungan bagi manusia dan lingkungan.
b. Kegiatan Inti
1.Siswa mendengarkan penjelasan awal tentang materi yang harus dipelajari pada tiap pertemuannya.
2. Siswa mulai membuka dan membaca buku untuk
mempersiapkan penjelasan dari guru tentang materi yang akan disampaikan.
3. Siswa mendengarkan penjelasan guru dengan tahap
penyampaian materi pembelajaran dengan cara bertutur.
4. Terdapat sesi tanya jawab antar siswa dan guru.
c. Penutup
1. Siswa dibimbing oleh guru membuat
kesimpulan/rangkuman dari kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.
2. Siswa mengerjakan postest pada peremuan kedua berupa
soal essay dengan materi kerusakan/pencemaran lingkungan dan pelestarian lingkungan.
3. Siswa mendengarkan penyampaian guru untuk
pertemuan selanjutnya dan menutup pelajaran dengan mengucapkan salam
(47)
30
E. Jenis Data dan Teknik Pengambilan Data
Jenis dan teknik pengambilan data pada penelitian ini ialah: 1. Jenis Data
Data pada penelitian ini, berupa data kuantitatif dan data kualitatif. Data kualitatif berupa aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Sedangkan data kuantitatif berupa keterampilan memecahkan masalah
siswa yang diperoleh dari nilai pretest/postest. Keterampilan
memecahkan masalah ditinjau berdasarkan perbandingan nilai gain
yang dinormalisasi (N-gain), antara kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol. 2. Teknik Pengambilan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut: a) Lembar Observasi Aktivitas Siswa
Lembar observasi aktivitas siswa berisi semua aspek kegiatan yang diamati pada saat proses pembelajaran. Aktivitas yang diamati berupa: kemampuan bertanya, menjawab pertanyaan, berpendapat, berdiskusi, dan membuat kesimpulan. Setiap siswa diamati point kegiatan yang dilakukan dengan cara memberi tanda (√ ) pada lembar observasi sesuai dengan aspek yang telah ditentukan.
Rubrik variabel, instrumen, jenis data dan alat ukur data serta analisis data secara rinci dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
(48)
31
Tabel 3. Variabel, instrumen, jenis data dan analisis data
b) Pretest/postest
Data dalam penelitian ini diperoleh melalui pretest dan postest.
Pretest dilakukan di awal pertemuan I, dan postest dilakukan di
akhir pertemuan II. Pretest dan postest dilakukan pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol dengan bentuk dan jumlah soal yang
sama. Bentuk soal adalah soal essay. Pretest yang diberikan pada
awal pertemuan I mempunyai bentuk dan jumlah yang sama dengan
postest yang diberikan di akhir pertemuan II. Teknik penskoran nilai
pretest/postest yaitu:
S = R x 100 N
Keterangan :
S = Nilai yang diharapkan (dicari)
R = jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar N = jumlah skor maksimum dari tes tersebut
(dikutip dari Purwanto, 2007 : 112)
No Variabel Instrumen Jenis data dan Alat ukur Analisis Data
1 Keterampilan memecahkan masalah siswa
Tes: Keterampilan memecahkan masalah siswa
Nominal dan tes
tertulis Uji t
2 Aktifitas siswa selama proses pembelajaran
Lembar observasi
(49)
32
F. Teknik Analisis Data 1) Uji Normalitas Data
Uji normalitas data dihitung menggunakan uji Lilliefors dengan
menggunakan software SPSS versi 17. Untuk Menapatkan N-gain
yakni denga menggunakan rumus sebagai berikut:
X – Y
Skor Maksimum –Y
Keterangan : X = Nilai rata-rata postest
Y= Nilai rata-rata pretest
(dikutip dari Loranz, 2008:3)
a. Hipotesis
Ho : Sampel berdistribusi normal H1 : Sampel tidak berdistribusi normal
b. Kriteria pengujian
Terima Ho jika Lhitung < Ltabel atau p-value > 0,05 tolak Ho, untuk
harga yang lainnya (Sudjana, 2002:466). 2) Uji Homogenitas Data
Apabila masing-masing data berdistribusi normal, maka dilanjutkan
dengan uji homogenitas data yang dihitung melalui uji Barlett dengan
menggunakan program SPSS 17.
a. Hipotesis
Ho : Kedua sampel mempunyai varians sama.
H1 : Kedua sampel mempunyai varians berbeda.
(50)
33
b. Kriteria Uji
- Jika χ2
hit < χ 2 tab sehingga Ho diterima
- Jika χ2
hit > χ 2 tab sehingga Ho ditolak
(Pratisto, 2009 : 71). 3) Pengujian Hipotesis
Untuk menguji hipotesis digunakan uji kesamaan 2 rata-rata dan uji
perbedaan 2 rata-rata yang dihitung dengan menggunakan Software
SPSS versi 17.
a. Uji Kesamaan Dua Rata-rata
1) Hipotesis
Ho : rata-rata nilai kedua sampel sama
H1 : rata-rata nilai kedua sampel berbeda
2) Kriteria Uji
Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka Ho diterima
Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel maka Ho ditolak
(Pratisto, 2009:18).
b. Uji Perbedaan Dua rata-rata
1) Hipotesis
H0 = rata-rata nilaipada kelompok eksperimen sama
dengan kelompok kontrol.
H1 = rata-rata nilai pada kelompok eksperimen lebih tinggi
dari kelompok kontrol 2) Kriteria Uji :
(51)
34
Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel, maka Ho ditolak
(Pratisto, 2009:18). c. Uji hipotesis dengan uji U
Ho : μ1 = μ2
H1 : μ1 ≠ μ2
1) Hipotesis
Ho : Rata-rata nilai pada kelas eksperimen I dan kelas
eksperimen II sama.
H1 : Rata-rata nilai pada kelas eksperimen I dan kelas
eksperimen II tidak sama. 2) Kriteria Uji :
Ho ditolak jika sig< 0,05
Dalam hal lainnya Ho diterima (Anonim, 2009:166)
G. Mendeskripsikan Keterampilan Memecahkan Masalah
Untuk mendeskripsikan keterampilan memecahkan masalahsiswa dalam
pembelajaran Biologi adalah sebagai berikut:
1) Menjumlahkan skor seluruh siswa
2) Menentukan persentase tiap indikator keterampilan memecahkan
masalah dalam bentuk persentase dengan menggunakan rumus: P=
N
f 100%
Keterangan : P = angka Persentase, f = frekuensi keterampilan
proses/Jumlah point keterampilan memecahkan masalahsiswa yang
(52)
35
N = Jumlah total point keterampilan memecahkan masalahtiap
indikator (Sudijono, 2004: 40)
3) Menghitung skor rata-rata tiap item
4) Setelah data diolah dan diperoleh, maka keterampilan memecahkan
masalah siswa tersebut dapat dilihat dari tabel berikut :
Setelah data diolah dan diperoleh persentase, maka keterampilan
memecahkan masalah siswa tersebut dapat dilihat dari kriteria
sebagai berikut :
Tabel 4. Persentase Keterampilan Memecahkan Masalah
Nilai (%) Katagori kemampuan
81 – 100% 61 – 80 % 41 – 60 % 21 – 40 % 0 – 20 %
tinggi sekali tinggi sedang rendah rendah sekali (Arikunto, 2007:214)
H. Pengolahan data aktivitas siswa
Data aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung merupakan data yang diambil melalui observasi. Data tersebut dianalisis dengan menggunakan indeks aktivitas siswa. Langkah–langkah yang dilakukan yaitu:
(53)
36
Tabel 5. Lembar Observasi Aktivitas Siswa
Keterangan :
A.Kemampuan Bertanya:
1. Tidak membuat pertanyaan.
2. Membuat pertanyaan tetapi tidak sesuai dengan materi yang
dipelajari.
3. Mengajukan pertanyaan sesuai dengan materi yang dipelajari.
B.Menjawab pertanyaan:
1.Tidak menjawab pertanyaan.
2.Menjawab pertanyaan tetapi tidak sesuai dengan pertanyaan
yang diberikan oleh teman/guru.
3.Menjawab pertanyaan sesuai dengan pertanyaan yang
diberikan oleh teman/guru.
C.Berpendapat:
1.Tidak mengungkapkan pendapat.
2.Mengungkapkan pendapat tetapi tidak sesuai dengan materi
yang dipelajari.
3.Mengungkapkan pendapat sesuai dengan materi yang
dipelajari.
D.Berdiskusi:
1. Tidak melakukan diskusi.
2. Berdiskusi tetapi tidak sesuai dengan materi yang dipelajari.
3. Berdiskusi sesuai dengan materi yang dipelajari.
E. Membuat Kesimpulan:
1. Tidak membuat kesimpulan.
2. Membuat kesimpulan tetapi tidak sesuai dengan materi yang
dipelajari.
No Nama
Aspek yang diamati
Xi
A B C D E
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 2 3
(54)
37
3. Membuat kesimpulan sesuai dengan materi yang dipelajari.
Menghitung rata–rata indeks aktivitas dengan menggunakan rumus:
% 100
x n
xi
Keterangan = Rata-rata skor aktivitas siswa
∑xi = Jumlah skor yang diperoleh
n = Jumlah skor maksimum (dalam carolina, 2010:29)
Menafsirkan atau menentukan kategori Indeks Aktivitas Siswa sesuai klasifikasi pada tabel 6.
Tabel 6 . Klasifikasi Indeks Aktivitas Siswa
Interval (%) Kategori
0,00 – 29,99 Sangat Rendah
30,00 – 54,99 Rendah
55,00 – 74,99 Sedang
75,00 – 89,99 Tinggi
90,00 – 100,00 Sangat Tinggi
(55)
50
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Penerapan model pembelajaran generatif dapat meningkatkan
keterampilan memecahkan masalah oleh siswa pada materi pencemaran dan pelestarian lingkungan pada kelas X semester genap SMA Gajah Mada Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012 .
2. Penerapan model pembelajaran generatif dapat meningkatkan aktivitas siswa pada materi pencemaran dan pelestarian lingkungan pada siswa kelas X semester genap SMA Gajah Mada Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012.
B. Saran
Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan sebagai berikut:
1. Kepada guru maupun peneliti lain yang akan menggunakan model
pembelajaran generatif, hendaknya terlebih dahulu mengajar materi lain dengan menggunakan model pembelajaran generatif sehingga siswa terlatih dan terbiasa dengan model yang digunakan.
2. Pembelajaran menggunakan model pembelajaran generatif pada materi
(56)
51 sebagai salah satu sumber belajar alternatif dalam meningkatkan
keterampilan memecahkan masalah siswa karena model pembelajaran generatif dapat membantu melatih cara berpikir siswa untuk memecahkan suatu masalah.
3. Membagi pembagian waktu yang tepat dalam kegiatan inti khususnya pada
kegiatan diskusi kelompok, agar pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran generatif dapat diterapkan dengan baik.
(57)
(1)
35
N = Jumlah total point keterampilan memecahkan masalah tiap indikator (Sudijono, 2004: 40)
3) Menghitung skor rata-rata tiap item
4) Setelah data diolah dan diperoleh, maka keterampilan memecahkan masalah siswa tersebut dapat dilihat dari tabel berikut :
Setelah data diolah dan diperoleh persentase, maka keterampilan memecahkan masalah siswa tersebut dapat dilihat dari kriteria sebagai berikut :
Tabel 4. Persentase Keterampilan Memecahkan Masalah
Nilai (%) Katagori kemampuan 81 – 100%
61 – 80 % 41 – 60 % 21 – 40 % 0 – 20 %
tinggi sekali tinggi sedang rendah rendah sekali (Arikunto, 2007:214)
H. Pengolahan data aktivitas siswa
Data aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung merupakan data yang diambil melalui observasi. Data tersebut dianalisis dengan menggunakan indeks aktivitas siswa. Langkah–langkah yang dilakukan yaitu:
(2)
Tabel 5. Lembar Observasi Aktivitas Siswa
Keterangan :
A.Kemampuan Bertanya:
1. Tidak membuat pertanyaan.
2. Membuat pertanyaan tetapi tidak sesuai dengan materi yang dipelajari.
3. Mengajukan pertanyaan sesuai dengan materi yang dipelajari. B.Menjawab pertanyaan:
1.Tidak menjawab pertanyaan.
2.Menjawab pertanyaan tetapi tidak sesuai dengan pertanyaan yang diberikan oleh teman/guru.
3.Menjawab pertanyaan sesuai dengan pertanyaan yang diberikan oleh teman/guru.
C.Berpendapat:
1.Tidak mengungkapkan pendapat.
2.Mengungkapkan pendapat tetapi tidak sesuai dengan materi yang dipelajari.
3.Mengungkapkan pendapat sesuai dengan materi yang dipelajari.
D.Berdiskusi:
1. Tidak melakukan diskusi.
2. Berdiskusi tetapi tidak sesuai dengan materi yang dipelajari. 3. Berdiskusi sesuai dengan materi yang dipelajari.
E. Membuat Kesimpulan:
1. Tidak membuat kesimpulan.
2. Membuat kesimpulan tetapi tidak sesuai dengan materi yang dipelajari.
No Nama
Aspek yang diamati
Xi
A B C D E
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 2 3
(3)
37
3. Membuat kesimpulan sesuai dengan materi yang dipelajari. Menghitung rata–rata indeks aktivitas dengan menggunakan rumus:
% 100 x n
xi
Keterangan = Rata-rata skor aktivitas siswa ∑xi = Jumlah skor yang diperoleh
n = Jumlah skor maksimum (dalam carolina, 2010:29) Menafsirkan atau menentukan kategori Indeks Aktivitas Siswa sesuai klasifikasi pada tabel 6.
Tabel 6 . Klasifikasi Indeks Aktivitas Siswa
Interval (%) Kategori
0,00 – 29,99 Sangat Rendah 30,00 – 54,99 Rendah 55,00 – 74,99 Sedang 75,00 – 89,99 Tinggi 90,00 – 100,00 Sangat Tinggi
(4)
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Penerapan model pembelajaran generatif dapat meningkatkan
keterampilan memecahkan masalah oleh siswa pada materi pencemaran dan pelestarian lingkungan pada kelas X semester genap SMA Gajah Mada Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012 .
2. Penerapan model pembelajaran generatif dapat meningkatkan aktivitas siswa pada materi pencemaran dan pelestarian lingkungan pada siswa kelas X semester genap SMA Gajah Mada Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012.
B. Saran
Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan sebagai berikut: 1. Kepada guru maupun peneliti lain yang akan menggunakan model
pembelajaran generatif, hendaknya terlebih dahulu mengajar materi lain dengan menggunakan model pembelajaran generatif sehingga siswa terlatih dan terbiasa dengan model yang digunakan.
2. Pembelajaran menggunakan model pembelajaran generatif pada materi pencemaran dan pelestarian lingkungan dapat digunakan oleh guru biologi
(5)
51 sebagai salah satu sumber belajar alternatif dalam meningkatkan
keterampilan memecahkan masalah siswa karena model pembelajaran generatif dapat membantu melatih cara berpikir siswa untuk memecahkan suatu masalah.
3. Membagi pembagian waktu yang tepat dalam kegiatan inti khususnya pada kegiatan diskusi kelompok, agar pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran generatif dapat diterapkan dengan baik.
(6)