74 Gambar 3. Diagram Persentase Peningkatan Keterampilan Mengukur
Siswa Berdasarkan diagram tersebut dapat dilihat bahwa terjadi
peningkatan keterampilan mengukur pada pra tindakan, siklus I dan siklus II. Persentase rata-rata keterampilan mengukur pada pra tindakan
adalah 50, siklus I adalah 65,5 dan pada siklus II menjadi 83. Peningkatan persentase keterampilan mengukur sebesar 17,5.
C. Keterbatasan Penelitian
Penelitian tindakan
kelas yang
telah dilaksanakan,
dapat meningkatkan keterampilan mengukur IPA siswa kelas VI SD Kanisius
Kotabaru 1 Yogyakarta, namun masih terdapat keterbatasan-keterbatasan sebagai berikut:
1. Ada beberapa siswa yang masih belum paham benar menggunakan alat
ukur yang sudah disediakan.
10 20
30 40
50 60
70 80
90
Pra Tindakan Siklus I
Siklus II
Persentase rata-rata Keterampilan Mengukur
Prosentase rata-rata
75 2.
Waktu yang sudah direncanakan hanya selama 2 jam pelajaran, kadang melebihi dikarenakan untuk pembelajaran dengan metode eksperimen
membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan metode ceramah, sehingga mengurangi jam pelajaran mata pelajaran yang lain.
3. Dalam pelaksanaan tindakan masih ada beberapa siswa yang belum bisa
kerja sama, kurang serius dan kurang berani menyampaikan pendapat.
76
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, menunjukkan adanya peningkatan keterampilan mengukur siswa kelas VI SD Kanisius Kotabaru I
pada pembelajaran IPA yang ditempuh dengan langkah-langkah metode eksperimen.
Dapat disimpulkan bahwa penerapan metode eksperimen dapat meningkatkan keterampilan mengukur siswa. Peningkatan keterampilan
mengukur siswa pada penelitian ini ditunjukkan dengan meningkatnya persentase keterampilan mengukur siswa. Pada pra tindakan persentase
keterampilan mengukur siswa sebesar 50 atau 13 siswa, siklus I persentase keterampilan mengukur siswa sebesar 73 atau 19 siswa
mendapat skor minimal baik, sedangkan pada siklus II terjadi perbaikan proses pembelajaran dan alat ukur yang digunakan siswa, sehingga terjadi
peningkatan keterampilan mengukur menjadi 89 atau 23 siswa mendapat skor minimal baik. Terjadi peningkatan persentase keterampilan mengukur
dari pra tindakan, siklus I ke siklus II sebesar 16 . Penggunaan metode eksperimen pada siklus II prosentase keberhasilannya sudah mencapai
≥ 80 sehingga proses pembelajaran sudah dikatakan berhasil.