Pembahasan HASIL DAN PEMBAHASAN

20

3.1.5 Kualitas Air

Parameter kualitas air yang diukur pada penelitian ini adalah suhu. Suhu merupakan faktor utama pemicu terjadinya serangan KHV dibandingkan dengan parameter kualitas air lainnya OATA 2001. Kisaran suhu media selama penelitian disajikan pada Tabel 2. Suhu media selama pemeliharaan dapat dilihat pada Lampiran 7. Tabel 2. Kisaran Suhu Media Selama Pemeliharaan Perlakuan Suhu C K- 23,0 - 27,0 K+ 23,0 – 28,0 A 23,5 – 29,5 B 23,0 – 30,0 C 23,0 – 29,0 K - : tanpa penambahan ekstrak bawang putih dan disuntik PBS 0,1 ml. K + : tanpa penambahan ekstrak bawang putih dan diinfeksi KHV 0,1 ml. A : penambahan ekstrak bawang putih 50 gramkg pakan selama 21 hari dan diinfeksi KHV 0,1 ml. B : penambahan ekstrak bawang putih 50 gramkg pakan selama 14 hari dan diinfeksi KHV 0,1 ml. C : penambahan ekstrak bawang putih 50 gramkg pakan selama 7 hari dan diinfeksi KHV 0,1 ml.

3.2 Pembahasan

Penurunan nafsu makan terjadi saat awal pemberian ekstrak bawang putih dalam pakan, hal ini diduga disebabkan oleh bau menyengat dari alisin yang merupakan komponen utama hasil degradasi secara enzimatis dari alliin yang tidak stabil dan sangat reaktif Block, 1992. Nafsu makan cenderung kembali normal pada hari ke-5 pemberian pakan dengan penambahan ekstrak bawang putih. Penurunan nafsu makan juga terjadi pasca uji tantang, hal ini diduga akibat stres saat penyuntikkan. Untuk perlakuan kontrol negatif, nafsu makan kembali normal pada hari ke-24, sedangkan untuk perlakuan kontrol positif , penurunan nafsu makan terus terjadi sampai hari ke-34 yang diduga akibat adanya infeksi KHV pada tubuh ikan mas. Untuk perlakuan A, B dan C, penurunan nafsu makan akibat penyuntikkan terjadi sampai hari ke- 27 dan kembali normal sampai akhir pemeliharaan. Senyawa alisin pada bawang putih berfungsi sebagai antimikroba spektrum luas. Alisin mampu melawan infeksi yang disebabkan oleh parasit, bakteri, jamur, atau virus. Selain itu juga, adanya Scordinin dan vitamin C yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit Syamsiah, 2006 sehingga kelangsungan hidup ikan menjadi meningkat. 21 Gejala klinis ikan mas yang terserang KHV umumnya pergerakannya menjadi lemah dan terjadi penurunan nafsu makan. Kondisi fisik ikan yang mati akibat serangan KHV memiliki ciri-ciri kulit melepuh, luka pada daging, tubuh kesat dan insang berwarna pucat kecoklatan serta terdapat partikel putih pada insang. Kondisi fisik pada perlakuan kontrol positif mengalami luka pada daging yang cukup parah jika dibandingkan luka pada ikan perlakuan yang diberi ekstrak bawang putih pada pakannya. Luka yang terdapat pada perlakuan A dan B lebih cepat sembuh jika dibandingkan perlakuan kontrol positif yang penyembuhan lukanya sangat lambat dan akhirnya menyebabkan kematian. Hal ini membuktikan bahwa pemberian ekstrak bawang putih dapat meningkatkan jumlah trombosit sehingga penyembuhan luka dapat terjadi lebih cepat. Nilai kelangsungan hidup tertinggi terdapat pada perlakuan kontrol negatif sebesar 95,8, perlakuan A yaitu sebesar 91,7 dan perlakuan B sebesar 83,8. Penambahan ekstrak bawang putih pada pakan diduga dapat meningkatkan ketahanan tubuh ikan mas terhadap infeksi KHV. Pemberian ekstrak bawang putih 50 gramkg pakan selama 21 hari diduga dapat meningkatkan daya tahan tubuh ikan mas terhadap serangan KHV, hal ini didukung dengan tingginya nilai kelangsungan hidup yang tidak berbeda nyata dengan kontrol negatif dan berbeda nyata dengan kontrol positif yaitu sebesar 0. Sedangkan untuk pemberian ekstrak bawang putih 50 gramkg pakan selama 7 hari belum bisa meningkatkan ketahanan tubuh ikan mas terhadap serangan KHV, yang dilihat dari rendahnya nilai kelangsungan hidup ikan mas pada perlakuan C yaitu sebesar 62,5. Ikan yang bisa melewati masa-masa kritis terinfeksi KHV dan masih bertahan akan menjadi carrier atau resistant. Ikan yang bersifat carrier, apabila sewaktu-waktu terjadi penurunan kondisi tubuh Davenport, 2001 dan terjadi fluktuasi suhu OATA, 2001, akan terjangkit KHV lagi. Pada perlakuan 7 hari diduga bahan- bahan yang terkandung di dalam bawang putih belum terserap secara maksimal karena terlalu sedikit yang masuk ke dalam tubuh dilihat dari respons makan saat pertama kali diberikan pakan dengan penambahan ekstrak bawang putih sangat rendah. Parameter darah merupakan salah satu indikator adanya perubahan kondisi pada kesehatan ikan, baik karena faktor infeksi maupun akibat faktor non infeksi 22 seperti nutrisi, lingkungan dan genetik. Menurut Amlacher 1970, darah akan mengalami perubahan khususnya apabila terkena penyakit. Pengamatan gambaran darah ikan selama penelitian meliputi jumlah eritrosit, kadar hemoglobin, kadar hematokrit, jumlah leukosit dan diferensial leukosit yang meliputi monosit, neutrofil, limfosit dan trombosit. Jumlah eritrosit normal pada ikan mas Cyprinus carpio adalah 1,43x10 6 selmm 3 dengan diameter 7-36 µm Sjafei et al., 1989. Pada Gambar 3, dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan jumlah eritrosit yang cukup signifikan untuk semua perlakuan yaitu mencapai 1,47x10 6 selmm 3 yang nilainya diatas batas normal. Tingginya jumlah eritrosit menandakan ikan dalam keadaan stres Nabib dan Pasaribu, 1989. Hal ini dapat disebabkan oleh infeksi PBS maupun KHV sehingga produksi lendir di insang berlebih dan terjadi kerusakan pada insang sehingga sulit dalam mengambil oksigen serta patogenitas KHV mulai menyerang pada ikan. Jumlah eritrosit mulai menurun pada hari ke-27 dan kembali normal pada akhir pemeliharaan. Walaupun terjadi hemoragi pada insang, namun hal ini tidak terlalu mempengaruhi jumlah eritrosit dalam darah ikan. Hemoglobin berfungsi mengikat oksigen yang kemudian akan digunakan untuk proses katabolisme sehingga dihasilkan energi Larger et al., 1977. Hemoglobin merupakan karakteristik dari eritrosit, warna lebih merah dalam darah segar disebabkan adanya hemoglobin dalam sel darah merah. Secara fisiologis, hemoglobin menentukan tingkat ketahanan tubuh ikan dikarenakan hubungannya yang erat dengan adanya daya ikat oksigen oleh darah. Kadar hemoglobin dalam darah berkorelasi kuat dengan nilai hematokrit. Semakin rendah jumlah sel-sel darah merah maka semakin rendah pula kadar hemoglobin dalam darah Lagler et al., 1977. Ikan yang terserang KHV mengalami produksi lendir yang berlebih dan nekrosis di insang sehingga ikan menjadi stres karena pengambilan oksigen pada ikan menjadi terganggu. Kadar hemoglobin menurun pada hari ke-25 untuk semua perlakuan, hal ini diduga ikan mengalami stres akibat penyuntikkan pada hari ke-22. Kadar hemoglobin yang menurun disebabkan karena kadar oksigen dalam darah menurun. Bastiawan,dkk 2001 mengatakan bahwa rendahnya kadar hemoglobin menyebabkan laju metabolisme menurun dan energi yang dihasilkan menjadi rendah. Hal ini yang membuat ikan 23 menjadi lemah dan tidak memiliki nafsu makan serta terlihat diam di dasar atau menggantung di bawah permukaan air. Hematokrit merupakan perbandingan antara sel darah merah dan plasma darah. Kadar hematokrit dan kadar hemoglobin mempunyai hubungan yang sangat erat dengan sel darah merah terhitung Bond, 1979 dan nilainya selalu berubah tergantung pada faktor nutrisi dan umurnya Randall, 1970. Pada hari ke-25, kadar hematokrit cenderung meningkat, hal ini disebabkan oleh fluktuasi suhu yang cukup drastis pada hari tersebut, hal ini sesuai dengan pernyataan Jawad et al., 2004 dalam Marthen 2005 bahwa peningkatan kadar hematokrit ini dipengaruhi oleh dua faktor yaitu perubahan parameter lingkungan terutama suhu perairan dan keadaan fisiologi ikan. Mulai hari ke-27 sampai hari ke-32, terjadi penurunan kadar hematokrit yang diduga bahwa ikan sudah terinfeksi KHV yang menyebabkan sel darah putih sudah menyebar ke bagian-bagian infeksi, hal ini sesuai dengan pernyataan yang mengatakan bahwa menurunnya kadar hematokrit dapat dijadikan petunjuk untuk mengetahui apakah pakan memiliki kandungan protein yang rendah, defisiensi vitamin, atau ikan terkena infeksi Wedemeyer dan Yasutake, 1977. Leukosit merupakan salah satu komponen darah yang berfungsi sebagai pertahanan non spesifik serta akan melokalisasi dan mengeliminir patogen melalui proses fagositosis Anderson, 1992. Peningkatan jumlah leukosit pada hari ke-25 dikarenakan ikan sudah terinfeksi KHV dan pada hari tersebut terjadi fluktuasi suhu yang cukup drastis yaitu antara 23-28 C. Suhu pertumbuhan optimal untuk KHV berkisar antara 22-27 C OATA, 2001. Kisaran suhu pada semua perlakuan merupakan kisaran suhu optimal virus sehingga dapat memicu peningkatan leukosit di daerah infeksi untuk melawan virus. Peningkatan jumlah leukosit pada perlakuan A, B, C membuktikan bahwa KHV bersifat patogen pada ikan mas. Peningkatan jumlah leukosit mengindikasikan bahwa daya tahan ikan juga meningkat. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan jumlah leukosit pada perlakuan A, B dan C lebih cepat jika dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Jumlah leukosit pada perlakuan A, B dan C terus meningkat sampai akhir pemeliharaan, hal ini disebabkan karena ikan dapat mempertahankan diri dari kondisi buruk akibat infeksi. Pada hari ke-32 untuk perlakuan kontrol negatif terjadi penurunan 24 jumlah leukosit. Hal ini di duga injeksi PBS tidak menimbulkan infeksi sehingga pertahanan tubuh tidak merespons sebagai ancaman Davenport, 2001. Pemberian ekstrak bawang putih selama 21 hari diduga dapat meningkatkan jumlah leukosit dalam darah lebih cepat ketika ada infeksi sehingga dapat meningkatkan ketahanan tubuh terhadap infeksi KHV. Pengamatan diferensial meliputi monosit, neutrofil, limfosit dan trombosit. Jumlah monosit ikan yang diberi perlakuan lebih rendah jika dibandingkan kontrol. Rendahnya jumlah monosit pada perlakuan A, B dan C diduga karena monosit sudah mulai masuk ke dalam jaringan dan berdiferensiasi menjadi sel makrofag untuk memfagosit patogen Nabib dan Pasaribu, 1989. Sedangkan untuk perlakuan kontrol negatif, terjadi peningkatan jumlah monosit pada hari ke- 29, hal ini diduga monosit tetap berada dalam darah karena tidak terdapat infeksi dalam tubuh ikan. Monosit dalam darah berumur pendek sehingga terjadi fluktuasi jumlah monosit Puspitaningtyas, 2006. Diallyl disulfida dalam bawang putih mampu menguraikan protein pada sel yang rusak sehingga protein tersebut mudah dicerna oleh tubuh Syamsiah, 2006 dan mampu meningkatkan kekebalan non-spesifik melalui aktivitas fagositosis dan merangsang aktifitas sel yang berperan dalam respons imunitas Puspitaningtyas, 2006. Neutrofil merupakan sel yang paling pertama dalam melakukan aktivitas fagositik ketika terdapat antigen yang masuk, namun umurnya pendek Tizard, 1988. Jumlah neutrofil pada semua perlakuan masih berada dalam kisaran normal. Diduga neutrofil kurang memberikan pengaruh yang disebabkan infeksi KHV. Menurunnya jumlah neutrofil dalam darah disebabkan neutrofil sudah melakukan aktivitas fagositik di dalam sel dan neurofil dapat memfagositosit 5-20 bakteri sebelum neutrofil tersebut mati Guyton and Hall, 1997. Penambahan ekstrak bawang putih pada pakan diduga tidak berpengaruh terhadap jumlah neutrofil ikan. Limfosit adalah sel penghasil antibodi yang berbentuk bundar dengan sejumlah kecil sitoplasma tidak bergranula dan inti sel hampir memenuhi seluruh sel. Menurut Fujaya 2002, kekurangan limfosit dapat menurunkan konsentrasi antibodi dan dapat meningkatkan serangan penyakit. Presentase nilai limfosit ditemukan lebih tinggi daripada presentase nilai monosit, neutrofil dan trombosit 25 dari awal hingga akhir pengamatan. Limfosit tidak berfisat fagositik namun memegang peranan penting dalam pembentukan antibodi. Limfosit yang bersikulasi dalam darah dan jaringan berasal dari timus dan organ limfoid perifer seperti ginjal dan limfa, sehingga kerusakan organ penghasilnya ini akan menghambat pembentukan limfosit Fujaya, 2002. Hal ini yang diduga menyebabkan jumlah limfosit dalam darah ikan perlakuan rendah, dilihat dari organ ginjal yang diduga rusak karena terlihat lebih pucat jika dibandingkan ginjal ikan sebelum diinfeksi KHV. Penambahan ekstrak bawang putih pada pakan diduga tidak berpengaruh terhadap jumlah limfosit ikan karena nilainya cukup stabil dari awal penyuntikkan sampai akhir pemeliharaan. Trombosit merupakan sel yang mengeluarkan trombloplastin yaitu enzim yang membuat polimer dan fibrinogen yang berperan dalam proses pembekuan darah. Trombosit berfungsi untuk proses pembekuan darah guna mencegah terjadinya pendarahan hemorhagi dan tukak lebih lanjut Angka, 2004. Keberadaan trombosit dalam darah cukup lama, yaitu trombosit akan diganti kira- kira 10 hari setelah diproduksi Guyton and Hall, 1997. Untuk perlakuan A dan C terjadi peningkatan jumlah trombosit pada hari ke-25, sedangkan untuk perlakuan B jumlah trombosit meningkat pada hari ke-27, hal ini diduga trombosit mulai diproduksi dalam darah akibat adanya infeksi KHV. Jumlah trombosit menurun seiring dengan proses penyembuhan luka, hal ini terlihat dari menurunnya jumlah trombosit pada hari berikutnya. Pada perlakuan kontrol positif, jumlah trombosit relatif stabil dari awal infeksi sampai akhir pemeliharaan. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian ekstrak bawang putih dapat meningkatkan jumlah trombosit lebih cepat sehingga penyembuhan luka juga berlangsung lebih cepat. Untuk kontrol negatif terjadi penurunan jumlah trombosit dan relatif stabil, hal ini dikarenakan tidak ada luka yang serius pada tubuh ikan, sehingga darah tidak memproduksi trombosit lebih banyak untuk proses penyembuhan luka. Kualitas air merupakan salah satu parameter yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup organisme akuatik yang ada didalamnya. Dalam keadaan kualitas air yang tidak optimum, ikan akan mudah stres dan terserang penyakit bahkan pada kisaran nilai tertentu, dapat menyebabkan kematian pada ikan. Suhu memiliki peranan penting dalam mengendalikan 26 kondisi ekosistem perairan. Perubahan suhu dapat berpengaruh terhadap seluruh komponen yang berada didalamnya. Dalam penelitian ini, saat perlakuan pakan ikan dipelihara dengan menggunakan heater agar suhu tetap stabil yaitu 27 o C. Namun, saat uji tantang heater tidak digunakan dan ikan dibiarkan dengan kondisi fluktuasi suhu yang cukup drastis setiap harinya. Suhu pasca uji tantang berkisar antara 22-28 o C yang merupakan suhu optimal virus KHV. Untuk perlakuan kontrol negatif, perubahan suhu tidak mempengaruhi kondisi ikan karena tidak di infeksi KHV, sedangkan untuk perlakuan kontrol positif ikan mengalami kematian 100 karena infeksi KHV sudah menyerang tubuh ikan tersebut dan ikan tidak memiliki ketahanan tubuh yang cukup kuat untuk melawan serangan KHV. Untuk perlakuan A dan B, ikan mengalami kematian akibat infeksi KHV sebesar ±10. Hal ini membuktikan bahwa pemberian ekstrak bawang putih pada pakan dapat meningkatkan ketahanan tubuh ikan mas saat ada serangan KHV di dalam tubuhnya. 27

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Pemberian ekstrak bawang putih 50 gramkg pakan selama 21 hari menghasilkan tingkat kelangsungan hidup sebesar 91,7. Pemberian ekstrak bawang putih selama 21 hari merupakan lama pemberian yang paling optimum untuk mencegah penyakit Koi Herpes Virus KHV.

4.2 Saran

Perlu pengkajian mengenai berapa lama ketahanan kandungan bawang putih di dalam tubuh ikan mas sesudah terserang Koi Herpes Virus KHV.