Risiko Kredit PENGARUH DANA PIHAK KETIGA (DPK), SERTIFIKAT BANK INDONESIA SYARIAH (SBIS), NON PERFORMING FINANCING (NPF) DAN RETURN ON ASSETS (ROA) TERHADAP PEMBIAYAAN MURABAHAH (Studi Kasus Pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah di Indonesia Perio

31 Unit Usaha Syaiah UUS. Jika dana perbankan syariah dialokasikan kepada Sertifikat Wadiah Bank Indonesia SWBI, justru akan mengurangi potensi meningkatkan jumlah penyaluran dana atau pembiayaan kepada masyarakat.

5. Risiko Kredit

Risiko kredit muncul jika bank tidak bisa memperoleh kembali cicilan pokok danatau bunga dari pinjaman yang diberikannya atau investasi yang sedang dilakukannya. Penyebab utama terjadinya risiko kredit adalah terlalu mudahnya bank memberikan pinjaman atau melakukan investasi karena terlalu dituntut untuk memanfaatkan kelebihan likuiditas, sehingga penilaian kredit kurang cermat dalam mengantisipasi berbagai kemungkinan risiko usaha yang dibiayainya. Risiko tersebut dapat ditekan dengan cara memberi batas wewenang keputusan kredit bagi setiap aparat perkreditan, berdasarkan kapabilitasnya authorize limit dan batas jumlah pagu kredit yang dapat diberikan pada usaha atau perusahaan tertentu credit line limit, serta dengan melakukan diversifikasi.Arifin, 2009:263 Dalam peraturan Bank Indonesia Nomor 821PBI2006 tanggal 5 Oktober 2006 tentang Penilaian Kualitas Bank Umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah pasal 9 ayat 2, bahwa kualitas pembiayaan ditetapkan menjadi 5 lima golongan 32 yaitu Lancar, Dalam Perhatian Khusus, Kurang Lancar, Diragukan dan Macet. Untuk menentukan berkualitas tidaknya suatu kredit perlu diberikan ukuran-ukuran tertentu. Bank Indonesia menggolongkan kualitas kredit menurut ketentuan sebagai berikut:

a. Lancar pas Kriteria atau ukuran suatu kredit dapat dikatakan lancar apabila:

1 Pembayaran angsuran pokok danatau bunga tepat waktu; dan 2 Memiliki mutasi rekening yang aktif; atau 3 Bagian dari kredit yang dijamin dengan agunan tunai cash collateral. b. Dalam Perhatian Khusus special mention Artinya suatu kredit dikatakan dalam perhatian khusus apabila memenuhi criteria antara lain: 1 Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok danatau bunga yang belum melampaui 90 hari; atau 2 Kadang-kadang terjadi cerukan; atau 3 Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan; atau 4 Mutasi rekening reklatif aktif; atau 5 Didukung dengan pinjaman baru

c. Kurang Lancar substandard

33 Suatu kredit dikatakan kurang lancar apabila memenuhi kriteria antara lain: 1 Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok danatau bunga yang telah melampaui 90 hari; atau 2 Sering terjadi cerukan; atau 3 Terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan lebih dari 90 hari; 4 Frekuensi mutasi rekening relative rendah; atau 5 Terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi debitur; atau 6 Dokumen pinjaman yang lemah.

d. Diragukan doubtful Dikatakan diragukan apabila memenuhi kriteria berikut antara lain:

1 Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok danatau bunga yang telah melampaui 180 hari; atau 2 Terjadi cerukan yang bersifat permanen; atau 3 Terjadi wan prestasi lebih dari 80 hari; atau 4 Terjadi kapitalisasi bunga; 5 Dokumen hukum yang lemah baik untuk perjanjian kredit maupun pengikatan jaminan.

e. Macet loss

Kualitas kredit dikatakan macet apabila memenuhi kriteria berikut antara lain: 34 1 Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok danatau bunga yang telah melampaui 270 hari; atau 2 Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru; 3 Dari segi hukum dan kondisi pasar, jaminan tidak dapat dicairkan pada nilai yang wajar. Karim, 2011:106-107

a. Non Performing Financing NPF

Ismail 2011:124, kredit bermasalah merupakan kredit yang telah disalurkan oleh bank, dan nasabah tidak dapat melakukan pembayaran atau melakukan angsuran sesuai dengan perjanjian yang telah ditandatangani oleh bank dan nasabah. Penilaian atas penggolongan kredit baik kredit tidak bermasalah, maupun bermasalah tersebut dilakukan secara kuantitatif, maupun kualitatif. Penilaian secara kuantitatif filihat dari kemampuan debitur dalam melakukan pembayaran angsuran kredit, baik angsuran pokok pinjaman danatau bunga. Adapun penilaian kredit secara kualitatif dapat dilihat dari prospek usaha dan kondisi keuangan debitur. Non Performing Financing NPF adalah Kredit bermasalah yang terdiri dari kredit yang berklasifikasi Kurang Lancar, Diragukan dan Macet. Termin NPL diperuntukkan bagi bank umum, sedangkan NPF untuk bank syariah. dalam www.ojk.go.id Rumusnya: NPF = J Pe e T Pe x 35 Non Performing Financing NPF pada Bank Syariah selalu digunakan oleh Bank pada saat mempublikasikan kondisi kinerja bank. NPF adalah mengukur tingkat permasalahan pembiayaan yang dihadapi oleh bank syariah. Semakin tinggi rasio ini, menunjukan kualitas pembiayaan bank syariah semakin buruk. Bank dengan NPF yang tinggi akan memperbesar biaya baik pencadangan aktiva produktif maupun biaya lainnya, sehingga berpotensi terhadap kerugian bank. Ihsan, 2014:369

b. Hubungan NPF Terhadap Pembiayaan Murabahah

Menurut Mustika Rimadhani dan Osni Erza 2011 NPF berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan pembiayaan murabahah pada Bank Syariah Mandiri. Artinya semakin besar tingkat NPF, mengakibatkan penurunan penyaluran pembiayan murabahah pada Bank Syariah Mandiri sehingga bank akan lebih hati-hati dengan mengurangi pembiayaan. Sedangkan menurut Muhammad Luthfi Qolby 2013 NPF mempunyai pengaruh negatif terhadap pembiayaan murabahah pada Bank umum syariah. Non Performing Financing NPF adalah resiko tidak terbayarnya pembiayaan yang disalurkan oleh Bank umum syariah. Jika NPF mengalami peningkatan maka pembiayaan murabahah yang disalurkan mengalami penurunan, begitu juga sebaliknya jika NPF mengalami penurunan maka pembiayaan murabahah yang disalurkan mengalami peningkatan. 36 Endang Nurjaya 2011:138 yang menyatakan bahwa NPF mempunyai hubungan signifikan positif. Diduga bahwa NPF bank syariah relatif kecil dibandingkan dengan bank konvensional sehingga bukan merupakan pertimbangan utama dalam hal penyaluran pembiayaan, karena sebelumnya bank syariah menyeleksi para nasabahnya dengan prinsip kehati-hatian. Selain itu, apabila NPF atau pembiayaan bermasalahnya meningkat menunjukkan bahwa pembiayaan murabahah juga meningkat yang disebabkan karena pembiayaan yang sudah ada ditangan nasabah menjadi tanggungjawabnya dalam hal pengembalian.

6. Rasio Rentabilitas

Dokumen yang terkait

ANALISIS PENGARUH DANA PIHAK KETIGA (DPK) TERHADAP PROFITABILITAS DAN RISIKO BANK SYARIAH DI INDONESIA

0 31 19

ANALISIS PENGARUH NON PERFORMING FINANCING PEMBIAYAAN MURABAHAH, MUDHARABAH DAN MUSYARAKAH TERHADAP PROFITABILITAS PADA BANK UMUM SYARIAH

0 5 96

ANALISIS SIMPANAN DANA PIHAK KETIGA PADA BANK UMUM SYARIAH (Studi Pada Bank Umum Syariah Indonesia Tahun 2005 -2012)

0 6 24

ANALISIS PENGARUH MODAL, NON PERFORMING FINANCING (NPF), DAN INFLASI TERHADAP PEMBIAYAAN YANG DISALURKAN SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP RETURN ON ASSETS (ROA) PADA PERBANKAN SYARIAH

2 7 156

ANALISIS PENGARUH CAR, FDR, INFLASI, DAN SBIS TERHADAP NON PERFORMING FINANCING (NPF) BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA PERIODE 2009:01-2013:05

9 55 89

ANALISIS PENGARUH DANA PIHAK KETIGA, EKUITAS, NON PERFORMING FINANCING DAN PROFITABILITAS TERHADAP MURABAHAH PADA BANK UMUM SYARIAH YANG TERDAFTAR DI DIREKTORI PERBANKAN INDONESIA

0 8 26

PENGARUH BIAYA OPERASIONAL, DANA PIHAK KETIGA DAN NON PERFORMING FINANCE TERHADAP PERTUMBUHAN LABA PADA PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA

0 5 11

PENGARUH KEBIJAKAN SPIN-OFF, BEBAN OPERASIONAL PENDAPATAN OPERASIONAL (BOPO), DANA PIHAK KETIGA (DPK), DAN NON PERFORMING FINANCING (NPF) TERHADAP PROFITABILITAS PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA

0 0 11

ANALISIS PENGARUH DANA PIHAK KETIGA, NON PERFORMING FINANCING, CAPITAL ADEQUACY RATIO, MODAL SENDIRI DAN MARJIN KEUNTUNGAN TERHADAP PEMBIAYAAN MURABAHAH

1 4 15

PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO, NON PERFORMING FINANCING, DEBT TO EQUITY RATIO, QUICK RATIO, RETURN ON EQUITY, DANA PIHAK KETIGA, DAN SERTIFIKAT WADIAH BANK INDONESIA TERHADAP PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA BANK UMUM SYARIAH PERIODE 2012- 2015

0 1 17