Analisis Regresi Linier Berganda Sejarah Perkembangan BUS dan UUS di Indonesia

61 dimasukkan kedalam model ataudapat juga karena bentuk fungsi persamaan regresi tidak benar. b Jika yang terjadi adalah pure autocorrelation, maka solusi autokorelasi adalah dengan mentransformsi model awal menjadi model difference.

2. Analisis Regresi Linier Berganda

Metode analisis data yang digunakan adalah model regresi linier berganda, analisis ini untuk meramalkan variable dependen jika variable independen dinaikkan atau diturunkan. Priyanto, 2013:47 Menurut Suliyanto 2011:53, pada analaisis regresi berganda bahwa variabel terikat dipengaruhi oleh dua atau lebih variabel bebas, sehingga hubungan fungsional antara variabel terikat Y dengan variabel bebas X 1 , X 2 , X n . Kemudian dapat ditulis sebagai berikut: Keterangan: Y = Variabel tergantung atau terikat dependent X 1 , X 2 , ..., X n = Variabel bebas independent Dalam model di atas terlihat bahwa variabel terikat dipengaruhi dua atau lebih variabel bebas. Sehingga regresi linier berganda dapat dituliskan sebagai berikut: Keterangan: Y = a+ b  X 1 + b  X 2 + ….. + b n X n + e Y = f X 1 , X 2 ,…..,X n 62 Y = Variabel tergantung atau terikat nilai yang diproyeksikan a = Intercept Konstanta b   Koefisien regresi untuk X 1 X 1 = Variabel bebas pertama b 2 = Koefisien regresi untuk X 2 X 2 = Variabel bebas kedua b n = Koefisien regresi untuk X n X n = Variabel bebas ke-n e = Nilai residu Berdasarkan pemaparan di atas maka model persamaan regresi linier berganda pada penelitian ini adalah sebagai berikut: Keterangan: Y = Pembiayaan Murabahah P.MUR a = Intercept Konstanta b = koefisien regresi dari variabel independen X 1 = Dana Pihak Ketiga DPK X 2 = Sertifikat Bank Indonesia Syariah SBIS X 3 = Non Performing Financing NPF X 4 = Return on Assets ROA e = Nilai Residu

3. Uji Statistik

a. Uji t

Uji t untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen, apakah pengaruhnya signifikan atau tidak.Priyanto, 2013:51 P.MUR = a + b  DPK + b  SBIS+ b  NPF + b  ROA+ e 63 Uji statistik t pada dasarnya menunjukan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelasindependen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Ghozali, 2013:98 Menurut Suliyanto 2011:45 Dalam tabel distribusi t terdapat istilah one tail dan two tail. Penggunaan tabel one tail atau two tail tergantung pada hipotesis yang diajukan. Jika hipotesis yang diajukan sudah menunjukan arah, misalkan terdapat pengaruh positif, maka menggunakan one tail sebelah kanan. Akan tetapi jika belum menunjukan arah, misalnya terdapat pengaruh tidak menunjukan pengaruh positif atau negatif maka menggunakan two tail. Jika menggunakan one tail maka df: α, n-k, tetapi jika menggunakan two tail maka derajat bebasnya adalah df: α2, n-k. Keterangan: n = jumlah pengamatan ukuran sampel; dan k = jumlah variabel bebas dan terikat. Dalam menentukan pengujian hipotesis uji t adalah sebagai berikut: 1. Hipotesis Hipotesis 1 H : Tidak terdapat pengaruh negatif variabel independent terhadap variabel dependent H a : Terdapat pengaruh negatif variabel independent terhadap variabel dependent 64 Hipotesis 2 H : Tidak terdapat pengaruh positif variabel independent terhadap variabel dependent H a : Terdapat pengaruh positif variabel independent terhadap variabel dependent 2. Kriteria Pengujian Hipotesis 1 H tidak dapat ditolak jika:  t hitung ≥ -t tabel, atau  Sig. 0,05 H a diterima jika:  t hitung -t tabel, atau  Sig. ≤ 0,05, dan arah koefisien negatif. Hipotesis 2 H tidak dapat ditolak jika:  t hitung ≤ t tabel, atau  Sig. 0,05 H a diterima jika:  t hitung t tabel, atau  Sig. ≤ 0,05, dan arah koefisien positif. Suliyanto, 2011:56

b. Uji F

Uji F atau uji koefisien regresi secara serentak, yaitu untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara serentak terhadap 65 variabel dependen, apakah pengaruhnya signifikan atau tidak.Priyanto, 2013:48 Uji F statistik pada dasarnya menunjukan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependenterkait.Ghozali, 2013:98 Adapun cara pengujian dalam uji F ini, yaitu dengan menggunakan suatu tabel yang disebut dengan Tabel ANOVA Analysis of Variance dengan melihat nilai signifikasi Sig 0,05 atau 5. Jika nilai signifikasi 0,05 maka H 1 ditolak, sebaliknya jika nilai signifikasi 0,05 maka H 1 diterima. Selain itu, dapat juga dilihat dengan membandingkan nilai F hitung dengan nilai F tabel dengan derajat bebas: df: α, k-1, n-k. Dimana: n = jumlah pengamatan ukuran sampel, k = jumlah variabel bebas dan terikat. Jika nilai F hitung nilai F tabel, maka dapat disimpulkan bahwa model persamaan regresi yang terbentuk masuk kriteria fit cocok Suliyanto, 2011:62

c. Adjusted R

2 Analisis koefisien determinasi R 2 digunakan untuk mengetahui seberapa besar prosentase sumbangan pengaruh variabel independen secara serentak terhadap variabel dependen.Priyanto, 2013:56 66 Koefisien determinasi R 2 pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R 2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan kedalam model. Setiap tambahan satu variabel independen, maka R 2 pasti meningkat tidak perduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karena itu banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan nilai Adjusted R 2 pada saat mengevaluasi mana model regresi terbaik. Tidak seperti R 2 , nilai Adjusted R 2 dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan kedalam model.Ghozali, 2013:97

E. Operasional Variabel Penelitian

Menurut Tony Wijaya 2013:13 Variabel dapat disamakan dengan sesuatu yang dapat digunakan untuk membedakan atau merubah nilai, sebagai sinonim dari konstruk yang dinyatakan dengan nilai atau angka. Variabel juga dapat dikatakan sebagai suatu sifat yang memiliki bermacam nilai Kerlinger. 67 Variabel berdasarkan hubungannya dapat dikelompokan menjadi beberapa variabel yaitu: 1. Variabel bebas independen adalah variabel yang mempengaruhi stimulus atau variabel yang nilainya tidak dipengaruhi oleh variabel lain.Variabel independen X pada penelitian ini terdiri dari: a. Dana Pihak Ketiga DPK X1 Dana pihak ketiga adalah dana yang diperoleh dari masyarakat, dalam arti masyarakat sebagai individu, perusahaan, pemerintah, rumah tangga, koperasi, yayasan, dan lain-lain. DPK = Giro + Tabungan + Deposito b. Sertifikat Bank Indonesia Syariah SBIS X2 SBIS adalah surat berharga berdasarkan prinsip syariah berjangka waktu pendek dalam mata uang rupiah. Pasal 1 angka 4 PBI No. 1011PBI2008 tentang SBIS. SBIS merupakan dana yang ditempatkan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah pada Bank Indonesia. c. Non Performing Financing NPF X3 Non Performing Financing NPF adalah Kredit bermasalah yang terdiri dari kredit yang berklasifikasi Kurang Lancar, Diragukan dan Macet. NPF = J Pe e T Pe x 68 d. Return on Assets ROA X4 Rasio ini mengukur kemampuan bank di dalam memperoleh laba dan efisiensi secara keseluruhan. 2. Variabel terikat dependen adalah variabel yang dipengaruhi respon atau variabel yang nilainya tergantung oleh perubahan variabel lain. Variabel dependen Y pada penelitian ini adalah Pembiayaan Murabahah. Pembiayaan murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan margin yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Definisi operasional mengacu pada makna serta pengukuran dari variabel karakteristik yang melekat dari sebuah variabel, bisa formatif atau reflesif. Definisi operasional adalah penentuan konstruk sehingga menjadi variabel yang dapat diukur. Definisi operasional menjelaskan cara tertentu yang digunakan untuk mengoperasionalkan konstruk sehingga memungkinkan bagi peneliti lain untuk melakukan replikasi pengukuran dengan cara yang sama atau mengembangkan cara pengukuran konstruk yang lebih baik. Definisi operasional berkaitan dengan penyusunan alat ukur atau skala penelitian.Wijaya, 2013:14 ROA = Laba Sebelum Pajak Total Asset 69 Tabel 3.2 Definisi Operasional Variabel Variabel Definisi Skala Pembiayaan Murabahah Y Pembiayaan murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan margin yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Rasio Rp Dana Pihak Ketiga DPK X1 Dana pihak ketiga adalah dana yang diperoleh dari masyarakat dalam bentuk giro, tabungan dan deposito. Rasio Rp Sertifikat Bank Indonesia Syariah SBIS X2 SBIS merupakan bukti penitipan dana BUS dan UUS pada Bank Indonesia. SBIS adalah surat berharga berdasarkan prinsip syariah berjangka waktu pendek dalam mata uang rupiah. Rasio Rp Non Performing Financing NPF X3 Rasio yang menggambarkan jumlah pembiayaan bermasalah terhadap total pembiayaan yang diberikan oleh bank. Rasio Return on Assets ROA X4 Rasio ini mengukur kemampuan bank di dalam memperoleh laba dan efisiensi secara keseluruhan. Rasio Sumber: Peneliti 70 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Sejarah Perkembangan BUS dan UUS di Indonesia

Di Indonesia, bank syariah yang pertama didirikan pada tahun 1992 adalah Bank Muamalat Indonesia BMI. Walaupun perkembangannya agak terlambat bila dibandingkan dengan negara-negara muslim lainnya, perbankan syariah di Indonesia akan terus berkembang. Bila pada periode 1992-1998 hanya ada satu unit Bank Syariah, maka pada tahun 2009, jumlah bank syariah di Indonesia telah bertambah menjadi 31 unit, yaitu 6 Bank Umum Syariah dan 25 Unit Usaa Syariah. Perkembangan BUS dan UUS hingga akhir tahun 2014 terus menampakan angka yang signifikan. Tercatat ada 46 unit bank syariah yaitu 12 Bank Umum Syariah dan 34 Unit Usaha Syariah yang dapat dilihat pada Tabel 4.1 dan Tabel 4.2. Tabel 4.1 Daftar Bank Umum Syariah – Desember 2014 Bank Umum Syariah 1 PT. Bank Muamalat Indonesia 2 PT. Bank Victoria Syariah 3 Bank BRIsyariah 4 B.P.D. Jawa Barat Banten Syariah 5 Bank BNI Syariah 6 Bank Syariah Mandiri 7 Bank Syariah Mega Indonesia 8 Bank Panin Syariah 9 PT. Bank Syariah Bukopin 10 PT. BCA Syariah 11 PT. Maybank Syariah Indonesia 12 PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah Sumber: Statistik Perbankan Syariah – Desember 2014 71 Tabel 4.2 Daftar Unit Usaha Syariah – Desember 2014 Unit Usaha Syariah 1 PT Bank Danamon Indonesia Tbk 2 PT Bank Permata Tbk 3 PT Bank Internasional Indonesia Tbk 4 PT Bank Cimb Niaga, Tbk 5 PT Bank OCBC Nisp, Tbk 6 PT BPD DkI 7 BPD Yogyakarta 8 PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah 9 PT BPD Jawa Timur 10 PT BPD Jambi 11 PT Bank Bpd Aceh 12 PT Bpd Sumatera Utara 13 BPD Sumatera Barat 14 PT Bank Pembangunan Daerah Riau 15 PT BPD Sumatera Selatan Dan Bangka Belitung 16 PT BPD Kalimantan Selatan 17 PT BPD Kalimantan Barat 18 BPD Kalimantan Timur 19 PT BPD Sulawesi Selatan Dan Sulawesi Barat 20 PT BPD Nusa Tenggara Barat 21 PT Bank Sinarmas 22 PT Bank Tabungan Negara Persero Tbk. Sumber: Statistik Perbankan Syariah – Desember 2014 Jumlah kantor untuk Bank Umum Syariah hingga akhir tahun 2014 tercatat ada sebanyak 2.151 yang tersebar di seluruh Indonesia. Sedangkan untuk jumlah kantor Unit Usaha Syariah yang tercatat hingga akhir tahun 2014 adalah sebanyak 320 kantor. Peningkatan jumlah BUS dan UUS serta jaringan kantor tersebut menunjukan perkembangan yang pesat pada industri perbankan syariah serta mencerminkan besarnya peningkatan minat masyarakat terhadap jasa perbankan syariah. 72

2. Profil BUS dan UUS

Dokumen yang terkait

ANALISIS PENGARUH DANA PIHAK KETIGA (DPK) TERHADAP PROFITABILITAS DAN RISIKO BANK SYARIAH DI INDONESIA

0 31 19

ANALISIS PENGARUH NON PERFORMING FINANCING PEMBIAYAAN MURABAHAH, MUDHARABAH DAN MUSYARAKAH TERHADAP PROFITABILITAS PADA BANK UMUM SYARIAH

0 5 96

ANALISIS SIMPANAN DANA PIHAK KETIGA PADA BANK UMUM SYARIAH (Studi Pada Bank Umum Syariah Indonesia Tahun 2005 -2012)

0 6 24

ANALISIS PENGARUH MODAL, NON PERFORMING FINANCING (NPF), DAN INFLASI TERHADAP PEMBIAYAAN YANG DISALURKAN SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP RETURN ON ASSETS (ROA) PADA PERBANKAN SYARIAH

2 7 156

ANALISIS PENGARUH CAR, FDR, INFLASI, DAN SBIS TERHADAP NON PERFORMING FINANCING (NPF) BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA PERIODE 2009:01-2013:05

9 55 89

ANALISIS PENGARUH DANA PIHAK KETIGA, EKUITAS, NON PERFORMING FINANCING DAN PROFITABILITAS TERHADAP MURABAHAH PADA BANK UMUM SYARIAH YANG TERDAFTAR DI DIREKTORI PERBANKAN INDONESIA

0 8 26

PENGARUH BIAYA OPERASIONAL, DANA PIHAK KETIGA DAN NON PERFORMING FINANCE TERHADAP PERTUMBUHAN LABA PADA PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA

0 5 11

PENGARUH KEBIJAKAN SPIN-OFF, BEBAN OPERASIONAL PENDAPATAN OPERASIONAL (BOPO), DANA PIHAK KETIGA (DPK), DAN NON PERFORMING FINANCING (NPF) TERHADAP PROFITABILITAS PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA

0 0 11

ANALISIS PENGARUH DANA PIHAK KETIGA, NON PERFORMING FINANCING, CAPITAL ADEQUACY RATIO, MODAL SENDIRI DAN MARJIN KEUNTUNGAN TERHADAP PEMBIAYAAN MURABAHAH

1 4 15

PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO, NON PERFORMING FINANCING, DEBT TO EQUITY RATIO, QUICK RATIO, RETURN ON EQUITY, DANA PIHAK KETIGA, DAN SERTIFIKAT WADIAH BANK INDONESIA TERHADAP PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA BANK UMUM SYARIAH PERIODE 2012- 2015

0 1 17