BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Letak dan Luas Wilayah
Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut Cina Selatan dan terletak antara 4
o
45’LU sampai 1
o
15’LS dan 100°03’BT sampai 109°
19’BT. Luas wilayah Provinsi Riau adalah 329.876,61 km
2
dimana sebesar 253.306 km
2
71,33 diantaranya merupakan lautan dan hanya 94.561,61 km
2
28,67 daerah daratan. Batas-batas daerah ini adalah: sebelah utara berbatasan dengan Selat Singapura dan Selat Malaka, sebelah selatan berbatasan dengan
Provinsi Jambi dan Selat Berhala, sebelah barat berbatasan dengan Provinsi Sumatera Barat dan Provinsi Sumatera Utara, sebelah timur berbatasan dengan
Laut Cina Selatan BPS Provinsi Riau 2000.
Gambar 5 Provinsi Riau
4.2 Iklim
Berdasarkan klasifikasi iklim Koppen, Provinsi Riau mempunyai tipe Iklim Af suhu bulan terdingin 18oC dan hujan bulanan 60 mm. Curah hujan relatif
jatuh sedikit jatuh antara bulan Juni sampai dengan Agustus. Daerah Riau beriklim tropis basah dengan curah hujan berkisar antara 2000−3000 mmtahun
yang dipengaruhi kemarau dan musim hujan Wardhana 2003.
4.3 Kondisi dan Luas Hutan serta Lahan
Pada tahun 2000 luas lahan di Provinsi Riau adalah 9.456.160 ha. Lahan tersebut sebagian besar digunakan untuk hutan negara yaitu seluas 3.907.840 ha
41,33, perkebunan seluas 1.889.083 ha 19,98 dan ladanghuma seluas 621.961 ha 6,58. Hutan di Provinsi Riau pada tahun 2000 memiliki luas 9 juta
ha. Jika dirinci menurut fungsinya seluas 4.770.085 ha 50,44 merupakan hutan produksi konversi, 1.971.553 ha 20,85 hutan produksi tetap, 1.866.132
ha 19,73 hutan produksi terbatas, 397.150 ha 4,20 merupakan hutan lindung. Jika dirinci menurut jenis hutannya maka hutan rawa menempati urutan
pertama dengan luas 2.436.380 ha 64,88 diikuti oleh hutan tanah kering dengan luas 1.068.993 ha 28,47 dan terakhir hutan payau dengan luas
250.000 ha 6,66 Dinas Kehutanan Provinsi Riau 2000.
4.4 Sejarah kebakaran Hutan dan lahan di Riau
Kebakaran hutan dan lahan terjadi setiap tahun di Riau, khususnya pada musim kemarau kering. Penyebab kebakaran hutan dan lahan di Riau
disebabkan oleh faktor manusia dengan motif tertentu yaitu pembukaan lahan dengan cara membakar.
Berdasarkan data MODIS sepanjang tahun 2001 sampai dengan 2008 titik panas yang terdata terdeteksi sebanyak 86.883 titik api. Dalam periode 2001
sampai dengan Februari 2008, 77 titik api berada di lahan gambut dengan luasan 387.326,5 ha, 28 gambut yang terbakar merupakan gambut dalam
kedalaman 2 sampai dengan 4 m dan 36 merupakan gambut sangat dalam kedalaman lebih dari 4 m. Titik panas yang berada di lahan gambut pada
periode 2001 sampai dengan Februari 2008 terdeteksi 39 berada di lahan IUPHHK-HT dan 29 berada di kebun kepala sawit Muslim dan Kurniawan
2008. Dari jumlah intensitas kebakaran, 25 kebakaran yang terjadi di lahan
gambut merupakan kebakaran dengan luasan di bawah 1 ha dan 75 kebakaran lebih 1 ha. Rata-rata tiap tahunnya 48.415,82 ha lahan gambut terbakar selama
periode 2001 sampai dengan 2008. Selama periode 2001 sampai dengan Februari 2008 terdeteksi 246 titik api di kawasan konservasi dengan luasan total 1.033,27
ha. Kawasan konservasi yang terbakar selama periode tersebut adalah yaitu
Danau Pulau BesarBawah, Tasik Belat, Giam Siak Kecil, Tasik Tanjung Pulau Padang, Bukit Batu, Sungai Dumai Muslim dan Kurniawan 2008.
Pada tahun 2002 luas kebakaran hutan di Riau mencapai 10.241 ha yang meliputi IUPHHK-HA seluas 85 ha. IUPHHK-HT 2.113,5 ha, perkebunan 268
ha, penggunaan lain 7.168,3 ha serta untuk kawasan hutan 606,25 ha. Tahun 2003 luas kebakaran mencapai 3.200 ha, terdiri dari kebakaran hutan di IUPHHK-HA
luasnya sebesar 179,35 ha, IUPHHK-HT 213.2 ha, perkebunan 966,2 ha, area penggunaan lain 891 ha, serta kawasan hutan 951,06 ha. Berbeda dengan
tahun-tahun sebelumnya, pada tahun 2004 jumlah luas lahan yang terbakar mengalami penurunan menjadi 744 ha, dengan area yang terbakar hanya terdapat
pada kawasan hutan dan area penggunaan lain, yaitu masing-masing sebesar 9,5 dan 734,5 ha. Setelah itu pada tahun 2005 Provinsi Riau mengalami luas
kebakaran terbesar yakni mencapai 24.500 ha yaitu pada area IUPHHK-HA 1.500 ha, IUPHHK-HT 7.000 ha, perkebunan 10.000 ha, dan area
penggunaan lain 6.000 haDishut Provinsi Riau 2006. Pada tahun 2006 hampir di seluruh kabupaten di Provinsi Riau terjadi
kebakaran hutan, namun yang terbesar terjadi di kabupaten Rokan Hilir, Rokan Hulu, Bengkalis, dan Pelalawan. Sebagian besar kawasan yang terbakar
merupakan kawasan gambut. Pada periode Juli−Agustus 2006 telah teridentifikasi
bahwa kebakaran terjadi dikawasan Hutan Tanaman Industri IUPHHK-HT, Hutan Produksi IUPHHK-HA dan perkebunan sawit di seluruh Riau, dengan
rincian luasan terbakar IUPHHK-HT seluas 47.186 ha, perkebunan sawit seluas 42.094 ha, IUPHHK-HAseluas 39.055 ha, kawasan gambut 91.198 ha, kawasan
non gambut 82.503 ha.
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil 5.1.1 Pola curah hujan di Riau