El-Nino dan La-Nina The effect of Sea Surface Temperature (SST) Anomaly and Precipitation to Potential Forest Land Fires in Riau Province

Maret. Wilayah perairan lainnya umumnya mempunyai rentang perubahan lebih sempit yaitu berkisar 29,0°C hingga 31,5°C dan waktu terjadinya minimum dan maksimumnya tidak sama di setiap perairan BMG 2010. Anomali suhu permukaan laut SST diukur dari perbedaan tekanan udara antara Darwin dan Tahiti Fox 2000; Nicholls dan Beard 2000 dalam Irawan 2005. Nilai positif pada anomali SST mengindikasikan bahwa SST Pasifik Equator Tengah dan Timur terjadi lebih tinggi dari rata-ratanya yang berimplikasi bahwa laut Indonesia lebih dingin. Hal ini mengakibatkan terjadinya penurunan hujan di wilayah Indonesia Gutman et al. 2000. Sebaliknya nilai negatif mengindikasikan bahwa SST Pasifik Equator Tengah dan Timur terjadi lebih rendah dari rata-ratanya yang berimplikasi bahwa laut Indonesia menjadi lebih panas. Data anomali SST yang digunakan untuk memprediksi curah hujan yaitu Nino 3.4. Menurut Boer et al. 1999 dalam Ambarwati 2008 anomali SST di wilayah Nino 3.4 5 o LU−5 o LS dan 160 o BT−150 o BB memiliki hubungan yang kuat terhadap anomali curah hujan bulanan dibandingkan dengan anomali SST di zona Nino 1 5−10 o LS dan 80 o −90 o BB, Nino 2 5−10 o LS dan 80 o −90 o BB, Nino 3 5 o LU−5 o LS dan 90 o −150 o BB, Nino 4 5 o LU−5 o LS dan 150 o BB−260 o BT. Hal ini diperkuat oleh Ambarwati 2008 yang menyatakan bahwa anomali SST yang mempunyai pengaruh nyata terhadap wilayah Indonesia adalah Nino 3.4. Menurut Philander 1992 dalam Swarinoto 2009 nilai anomali SST Indonesia dan anomali SST Nino 3.4 dihitung berdasarkan hasil pengurangan antara nilai SST aktual dengan nilai SST rerata tempat bersangkutan. Jika anomali SST bernilai positif maka nilai aktual SST berharga lebih tinggi daripada rerata SST tempat yang bersangkutan. Sebaliknya jika anomali SST bernilai negatif maka nilai aktual SST berharga lebih rendah daripada rerata SST tempat yang bersangkutan.

2.5 El-Nino dan La-Nina

El-Nino adalah sebuah fenomena alam yang diketahui oleh nelayan Peru sebagai arus balik di sepanjang pesisir perairan dari Equador sampai ke Peru Irmudyawati 2000. Fenomena ini mengakibatkan perairan yang tadinya subur dan kaya akan ikan akibat adanya upwelling atau arus naik permukaan yang membawa banyak nutrient dari dasar menjadi sebaliknya. Pemberian nama El- Nino pada fenomena ini disebabkan oleh karena kejadian ini sering kali terjadi pada bulan Desember. El-Nino bahasa Spanyol sendiri dapat diartikan sebagai “anak lelaki”. Di kemudian hari para ahli juga menemukan bahwa selain fenomena menghangatnya suhu permukaan laut, terjadi pula fenomena sebaliknya yaitu mendinginnya suhu permukaan laut akibat menguatnya upwelling. Kebalikan dari fenomena ini selanjutnya diberi nama La-Nina juga bahasa Spanyol yang berarti “anak perempuan. Fenomena ini memiliki periode 2 sampai dengan 7 tahun As-Syakur 2007. El-Nino akan terjadi apabila perairan yang lebih panas di Pasifik Tengah dan Timur meningkatkan suhu dan kelembaban pada atmosfer yang berada di atasnya. Kejadian ini mendorong terjadinya pembentukan awan yang akan meningkatkan curah hujan di sekitar kawasan tersebut. Pada bagian barat Samudra Pasifik tekanan udara meningkat sehingga menyebabkan terhambatnya pertumbuhan awan di atas lautan bagian timur Indonesia, sehingga di beberapa wilayah Indonesia terjadi penurunan curah hujan yang jauh dari normal As- Syakur 2007. Menurut Trenberth 1987 dalam Putra EI, Hayasaka H 2011 El-Nino dapat terjadi pada daerah dengan nilai SST anomali lebih besar dari +0,5 C selama sedikitnya enam bulan berturut-turut. Fenomena El-Nino menyebabkan penurunan jumlah curah hujan pada saat musim hujan, awal musim kemarau lebih cepat dan awal musim hujan lebih lambat Irianto 2003. Gejala munculnya El- Nino biasanya dicirikan dengan meningkatnya suhu muka laut di kawasan Pasifik secara berkala dengan selang waktu tertentu dan meningkatnya perbedaan tekanan udara antara Darwin dan Tahiti Fox 2000; Nicholls dan Beard 2000 dalam Irawan 2005. La-Nina adalah gejala gangguan iklim yang diakibatkan suhu permukaan laut Samudra Pasifik dibandingkan dengan daerah sekitarnya. Akibat dari La-Nina adalah hujan turun lebih banyak di Samudra Pasifik sebelah barat Australia dan Indonesia sehingga terjadi hujan lebat dan banjir besar di Indonesia. Pada saat Fenomena La-Nina jumlah curah hujan meningkat sekitar 50 mm dari curah hujan rata-rata normal, dimana saat bulan Desember, Januari, dan Februari curah hujan meningkat sangat nyata Effendy 2001. Peristiwa El-Nino dan La-Nina merupakan suatu proses timbal balik antara laut dan atmosfir maka banyak unsur- unsur baik pada atmosfir maupun di laut yang menunjukkan perubahan antara lain adalah suhu permukaan laut, arus, suhu, salinitas dan densistas air laut Irmudyanti 2000. BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat