Kegunaan Struktur Tegakan Hutan Ukuran Kemenjuluran Data

sederhana. Dalam penerapan pemakainnya famili sebaran normal memiliki peubah acak normal baku z dimana sebaran peluang dapat dicari menggunakan tabel. Famili sebaran lognormal kadang-kadang dikatakan sebagai sebaran antilognormal. Sebaran lognormal terbagi dua, yaitu : memiliki 2 parameter dan 3 parameter yang membedakan keduanya adalah parameter teta . Dalam famili sebaran lognormal dengan 2 parameter, nilai teta ini dianggap 0 sedangkan yang lain tidak. Distribusi lognormal sama seperti distribusi normal memiliki 2 distribusi parameter, yaitu : µ dan σ. Parameter µ dikenal dengan sebutan parameter skala dan σ parameter bentuk. Peubah acak x dinotasikan dengan x log µ, σ. Famili sebaran gamma memiliki 2 parameter, yaitu : parameter alfa α dan parameter bentuk beta ß. Peubah acak x yang menyebar gamma dinotasikan dengan x G ß, α. Ketika α = 1 maka sebaran gamma akan menjadi sebaran eksponensial dengan α = 1ß. Famili sebaran eksponensial negatif merupakan salah satu distribusi dengan konstanta lamda sama dengan konstanta =C. Famili sebaran eksponensial negatif hanya memiliki satu parameter yakni parameter teta yang disimbolkan dengan . Peubah acak x yang menyebar secara eksponensial negatif dinotasikan dengan x E . Suatu peubah acak x dikatakan mempunyai sebaran eksponensial negatif dengan parameter teta Prihanto 1987.

2.3. Kegunaan Struktur Tegakan Hutan

Tegakan yang tumbuh setelah gangguan yang besar telah dideskripsikan sebagai tegakan usia merata, karena semua komponen pohon telah diasumsikan untuk meregenerasi tidak lama setelah gangguan. Bahkan dapat berlanjut beregenerasi untuk beberapa dekade, dimana pertumbuhannya pelan sebelum spasi pertumbuhan yang tersedia ditempati ulang yang menghasilkan kisaran umur yang rentang pada tegakan Oliver Larson 1990. Menurut Prihanto 1987 kegunaan struktur tegakan yang mungkin dikembangkan di hutan tanaman digunakan untuk penentuan kerapatan pohon pada berbegai kelas diameter, penentuan luas bidang dasar tegakan, penentuan volume tegakan, serta penentuan biomassa.

2.5. Ukuran Kemenjuluran Data

Kemenjuluran atau kecondongan skewness adalah tingkat ketidaksimetrisan atau kejauhan simetri dari sebuah distribusi. Sebuah distribusi yang tidak simetris akan memiliki rata-rata, median, dan modus yang tidak sama besarnya X ≠ Me ≠ Mo, sehingga distribusi akan terkonsentrasi pada salah satu sisi dan kurvanya akan tidak simetris. Jika distribusi memiliki ekor yang lebih panjang ke kanan daripada yang ke kiri, maka distribusi disebut condong ke kanan atau memiliki kecondongan positif. Sebaliknya, jika distribusi memiliki ekor lebih panjang ke kiri daripada yang ke kanan, maka distribusi disebut condong ke kiri atau memiliki kecondongan negatif Hasan 1999. Metode perhitungan nilai skewness dengan metode Koefesien Kemencengan Pearson merupakan nilai selisih rata-rata dengan modus dibagi simpangan baku. Koefesien kemencengan pearson dirumuskan Hasan 1999 : Keterangan : X = harga rata-rata hitung dari sebaran kelas umur Mo = modus s = standard deviasi SK = koefesien kemencengan pearson Nilai koefesien skewness untuk sebaran yang setangkup sempurna, nilai tengah dan mediannya identik oleh SK bernilai nol. Bila sebarannya menjulur ke kiri, nilai tengahnya lebih kecil daripada mediannya, sehingga SK negatif. Tetapi bila sebarannya menjulur ke kanan, nilai tengahnya lebih besar daripada mediannya, sehingga SK positif. Secara umum SK terletak antara -3 dan +3. Ukuran kemenjuluran data skewness dirumuskan sebagai berikut Walpole 1992 : Keterangan : = nilai tengah σ = simpangan baku Me = median SK = skewness SK = X-Mo s SK = 3 – Me σ

BAB III METODE PENELITIAN

Dokumen yang terkait

Masukan Hara Melalui Curah Hujan, Air Tembus dan Aaliran Batang pada Tegakan Pinus (Pinus merkusii), Agathis (Agathis loranthifolia) dan Puspa (Schima wallichii) di DAS Cipeureu, Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi

0 9 53

Produktivitas, Penghancuran dan Kandungan Hara Serasah pada Tegakan Pinus (Pinus Merkusif), Agathis (Agathuis loranthifolia) dan Puspa (Schima wallachii) di DAS Cipeureu, Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi

0 15 48

Unsur Hara Yang Hilang Akibat Pencucian di Bawah Tegakan Pinus (Pinus merkusii), Agathis (Agathis loranthifolia) dan Puspa (Schima wallichii) di DAS Cipeureu-Hutan Pendidikan Gunung Walat-Sukabumi

0 7 75

Tabel volume pohon Agathis loranthifolia di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat.

2 13 103

Perbaikan pertumbuhan tanaman damar (Agathis loranthifolia Salisb.) dengan teknik LRM (Lateral Root Manipulation) di Hutan Pendidikan Gunung Walat, kabupaten Sukabumi

0 4 46

Karakteristik biometrik pohon agathis loranthifolia di hutan pendidikan gunung walat Sukabumi Jawa Barat

0 2 91

Pendugaan Produktivitas Kopal Berdasarkan Beberapa Peubah Fenotipe Pohon Agatis (Agathis loranthifolia Salisb) di Hutan Pendidikan Gunung Walat

0 3 30

Model Penduga Biomassa Pohon Agathis (Agathis loranthifolia) Berdiameter Kecil di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi, Jawa Barat

0 3 31

Penilaian Kesehatan Pohon Plus Damar (Agathis loranthifolia Salisb.) di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi, Jawa Barat dengan Metode Forest Health Monitoring

1 27 43

Perbandingan Efisiensi Metode Tree Sampling dan Metode Konvensional dalam Pendugaan Potensi Tegakan Agathis (Agathis toranthifolia) di hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi

0 2 54