Struktur Tegakan Hutan Model Struktur Tegakan

kemerahan, mengelupas dalam serpihan besar tipis, berbentuk tidak beraturan, biasanya bopeng karena resin Dephut 2001. Kayu agathis pada umumnya termasuk kelas awet IV, hama dan penyakit disebabkan oleh tikus yang memakan keping biji agathis. Sedangkan di persemaian umumnya diserang oleh jamur Gloesporium sp Martawijaya et al 2005.

2.2. Struktur Tegakan Hutan

Tegakan adalah sekelompok pohon yang mempunyai ciri-ciri seragam mulai dari jenis, umur dan ukuran diameter dan tinggi. Diameter pohonbatang DBH= Diameter Breast Height, yaitu : garis tengah suatu pohon atau batang kayu yang dinyatakan dalam centimeter. Diameter kayu diukur pada garis datar setinggi dada 130 cm di atas tanah untuk pohon tidak berbanir atau 20 cm dari pucuk banir bila tinggi banir lebih dari 130 cm Arief 2001. Tegakan merupakan unit homogen yang dapat dibedakan dengan jelas dari tegakan disekitarnya dari segi umur, komposisi, struktur, dan tempat tumbuh. Semua hutan akan mempunyai perbedaan dalam jumlah pohon dan volume tiap hektar, luas bidang dasar dan lain-lain. Perbedaan tegakan yang rapat dan yang jarang hanya dapat jelas bila menggunakan kriteria pembukaan tajuk. Sedangkan kerapatan tegakan berdasarkan volume, luas bidang dasar dan jumlah batang tiap hektar akan diketahui melalui pengukuran. Hutan yang terlalu rapat akan mengalami pertumbuhan lambat karena adanya persaiangan dalam hal sinar matahari, air, unsur hara, bahkan tempat. Sebaliknya, hutan yang terlalu jarang akan menghasilkan pohon-pohon dengan tajuk besar dan bercabang banyak dengan batang yang pendek Arief 2001.

2.2. Model Struktur Tegakan

Model struktur tegakan merupakan suatu permasalahan matematika yang dapat menggambarkan pola struktur tegakan sesuai dengan data-data di lapangan. Pemodelan dinamika struktur tegakan dapat digunakan untuk menentukan hasil kayu, tegakan sisa, distribusi diameter dan siklus tebang yang optimal Ermayani 2000. Famili sebaran normal memiliki model yang cukup sederhana jika dibandingkan dengan famili sebaran gamma dan lognormal relatif lebih sederhana. Dalam penerapan pemakainnya famili sebaran normal memiliki peubah acak normal baku z dimana sebaran peluang dapat dicari menggunakan tabel. Famili sebaran lognormal kadang-kadang dikatakan sebagai sebaran antilognormal. Sebaran lognormal terbagi dua, yaitu : memiliki 2 parameter dan 3 parameter yang membedakan keduanya adalah parameter teta . Dalam famili sebaran lognormal dengan 2 parameter, nilai teta ini dianggap 0 sedangkan yang lain tidak. Distribusi lognormal sama seperti distribusi normal memiliki 2 distribusi parameter, yaitu : µ dan σ. Parameter µ dikenal dengan sebutan parameter skala dan σ parameter bentuk. Peubah acak x dinotasikan dengan x log µ, σ. Famili sebaran gamma memiliki 2 parameter, yaitu : parameter alfa α dan parameter bentuk beta ß. Peubah acak x yang menyebar gamma dinotasikan dengan x G ß, α. Ketika α = 1 maka sebaran gamma akan menjadi sebaran eksponensial dengan α = 1ß. Famili sebaran eksponensial negatif merupakan salah satu distribusi dengan konstanta lamda sama dengan konstanta =C. Famili sebaran eksponensial negatif hanya memiliki satu parameter yakni parameter teta yang disimbolkan dengan . Peubah acak x yang menyebar secara eksponensial negatif dinotasikan dengan x E . Suatu peubah acak x dikatakan mempunyai sebaran eksponensial negatif dengan parameter teta Prihanto 1987.

2.3. Kegunaan Struktur Tegakan Hutan

Dokumen yang terkait

Masukan Hara Melalui Curah Hujan, Air Tembus dan Aaliran Batang pada Tegakan Pinus (Pinus merkusii), Agathis (Agathis loranthifolia) dan Puspa (Schima wallichii) di DAS Cipeureu, Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi

0 9 53

Produktivitas, Penghancuran dan Kandungan Hara Serasah pada Tegakan Pinus (Pinus Merkusif), Agathis (Agathuis loranthifolia) dan Puspa (Schima wallachii) di DAS Cipeureu, Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi

0 15 48

Unsur Hara Yang Hilang Akibat Pencucian di Bawah Tegakan Pinus (Pinus merkusii), Agathis (Agathis loranthifolia) dan Puspa (Schima wallichii) di DAS Cipeureu-Hutan Pendidikan Gunung Walat-Sukabumi

0 7 75

Tabel volume pohon Agathis loranthifolia di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat.

2 13 103

Perbaikan pertumbuhan tanaman damar (Agathis loranthifolia Salisb.) dengan teknik LRM (Lateral Root Manipulation) di Hutan Pendidikan Gunung Walat, kabupaten Sukabumi

0 4 46

Karakteristik biometrik pohon agathis loranthifolia di hutan pendidikan gunung walat Sukabumi Jawa Barat

0 2 91

Pendugaan Produktivitas Kopal Berdasarkan Beberapa Peubah Fenotipe Pohon Agatis (Agathis loranthifolia Salisb) di Hutan Pendidikan Gunung Walat

0 3 30

Model Penduga Biomassa Pohon Agathis (Agathis loranthifolia) Berdiameter Kecil di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi, Jawa Barat

0 3 31

Penilaian Kesehatan Pohon Plus Damar (Agathis loranthifolia Salisb.) di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi, Jawa Barat dengan Metode Forest Health Monitoring

1 27 43

Perbandingan Efisiensi Metode Tree Sampling dan Metode Konvensional dalam Pendugaan Potensi Tegakan Agathis (Agathis toranthifolia) di hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi

0 2 54