IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Sistem Kelayakan Kredit
Tingginya tingkat persaingan perbankan mengharuskan bank untuk berhati-hati prudent dalam mengambil keputusan memberikan kredit
kepada calon debitur untuk meminimalkan risiko suatu bank. Bank mendapatkan keuntungan terbesar dari pendapatan bunga penyaluran
kredit, maka dari itu keputusan pemberian kredit kepada calon debitur harus sangat berhati-hati. Keputusan dalam menentukan apakah layak atau
tidak seorang calon debitur diberikan kredit pada PT. Bank XYZ ditentukan juga dari output sistem kelayakan kredit yang dipergunakan
oleh Bank XYZ. Untuk meminimalkan risiko kredit dengan plafon dibawah Rp 500
juta di sektor budidaya pertanian, PT Bank XYZ menggunakan dua sistem perhitungan kelayakan debitur sebelum diberikan kredit. Output dari
sistem kelayakan kredit tersebut dapat dijadikan sebagai filter awal dalam mengambil keputusan pemberian kredit. Sehingga komite persetujuan
kredit Bank XYZ dapat menggunakan output tersebut sebagai bahan pertimbangan apakah pengajuan kredit diterima atau ditolak. Kedua sistem
ini adalah Electronic Consumer Loan System ECLS dan Internal Credit Risk Rating
ICRR. ECLS sebenarnya secara prinsip hampir sama dengan sistem
ICRR, perbedaannya terlihat pada proses pengerjaannya. Pada sistem ECLS segmennya bersifat produk masal mass product dan sifatnya
konsumtif. Sedangkan ICRR memiliki segmen berupa kredit UMKM umumnya berupa kredit usaha produktif.
Sistem ICRR sendiri adalah suatu sistem berbasis web yang digunakan Bank XYZ untuk menganalisis kelayakan kredit setiap debitur
berdasarkan kualitas debitur tersebut. Selain itu, ICRR berfungsi sebagai filter awal sebelum kredit diberikan kepada calon debitur. Output ICRR
dengan plafon kredit dibawah Rp 500 juta digunakan sebagai analisa kredit dan pengganti proposal kredit. Plafon selain dibawah Rp.500 juta,
output ICRR digunakan hanya untuk pendamping proposal kredit yang dibuat secara manual. Maka dapat dikatakan bahwa variabel-variabel
pembangun ICRR sangat vital terhadap keputusan pemberian kredit dan secara simultan terhadap kualitas pengembalian kredit yang akan
diberikan. Variabel yang digunakan dalam perhitungan kemungkinan
kelancaran kredit adalah variabel yang dirumuskan oleh pakar dan Top Management
Bank XYZ berdasarkan pengembangan dari konsep 5C Weston dan Brigham dalam mengantisipasi resiko gagal bayar debitur
akan kreditnya pada sistem ICRR. Variabel dalam konsep 5C ini yaitu : 1.
Character, Bank XYZ menilai perilaku calon debitur mengenai keinginan untuk membayar dan memenuhi kewajibannya. Dalam hal ini
Bank XYZ menggunakan data histories mengenai track record calon debitur, cross checking dengan data dari Bank Indonesia dan
pengecekan data calon debitur dengan lingkungan sekitarnya pada sektor budidaya pertanian.
2. Capacity, Bank XYZ menilai laporan keuangan histories dan kinerja
calon debitur yang berupa performa arus kas, neraca, dan laba rugi untuk memperkirakan potensi pembayaran kewajiban debiturnya.
Performa keuangan yang dapat menunjukkan kemampuan pemenuhan kewajiban ini berupa rasio lancar, rasio kas dan rasio efisiensi.
3. Capital, Bank XYZ memperhitungkan perbandingan antara pinjaman
dan modal sendiri ekuitas debiturnya. Hal ini disebabkan karena apabila kredit pada debitur tersebut macet dan debitur memiliki modal
dan aset sendiri yang bernilai cukup besar dibandingkan kreditnya, maka debitur tidak akan mudah meninggalkan aset atau modal sendiri
tersebut. 4.
Collateral, Bank XYZ memperhitungkan jaminan yang diberikan sebab jaminan merupakan piranti pengaman pinjaman yang terakhir. Bank
XYZ akan mengeksekusi jaminan apabila debitur atau pembeli secara kredit menyatakan tidak dapat membayar dan pinjaman tidak mungkin
di restrukturisasi. Dalam hal ini pula Bank XYZ memperhatikan prinsip
kehati – hatian dalam menerapkan kredit karena faktor status hukum jaminan, nilai jaminan terhadap kewajiban, kemudahan likuidasi
jaminan. 5.
Condition, Bank XYZ dalam hal ini mempertimbangkan kondisi eksternal perusahaan debitur yang mempengaruhi kelangsungan
usahanya. Kondisi perusahaan berupa kondisi makro ekonomi, politik, selera konsumen, dan lingkungan dan intervensi pihak berkepentingan
stakeholders. Konsep 5C ini kemudian dikemas Bank XYZ menjadi variabel
sistem kelayakan kredit dalam program ICRR bentuk website yang hanya dapat diakses oleh para acount officernya. Output dari sistem ICRR ini
berupa penilaian atas tiga aspek yaitu ikhtisar keuangan, borrower grade dan facility grade yang kemudian digunakan Bank X sebagai pengganti
proposal kredit untuk sektor UKM seperti yang telah dijelaskan diatas. Output
ikhtisar keuangan ini merupakan kondisi keuangan debitur yang di benchmark
pada sektor usaha sejenis. Output ini kemudian digunakan sebagai input dalam perhitungan borrower grade dan facility grade.
Tahapan 1-7 tersebut dapat dilihat pada Lampiran 2. Tahap Pertama adalah penentuan borrower grade Langkah 1-4 .
Pada tahap ini dilakukan penilaian atas kelayakan pemberian kredit dan kemungkinan adanya kegagalan default dari debitur. Pertimbangan
utama dalam melakukan analisa terhadap debitur untuk menentukan rating adalah sebagai berikut :
1. Informasi Keuangan Beberapa rasio keuangan yang utama diperoleh dari laporan keuangan
yang paling tidak berdasarkan data histories 2 atau 3 tahun sebelumnya, kecenderungan trend dan perubahan rasio dapat
dianalisa. Selain itu, kualitas dan realibilitas kewajaran dari laporan keuangan harus diteliti. Hal ini penting terutama untuk kredit usaha
kecil menengah UKM, karena umumnya kondisi finansial berkarakteristik non audited, sehingga kondisi finansial terkadang tidak
wajar dengan apa yang ada di lapangan.
2. Aktivitas Transaksi Keuangan Dengan tingkat kesulitan dan ketidakakuratan dari posisi finansial pada
kredit UKM, maka perlu untuk menilai aktivitas rekening bank sebagai kriteria pendukung dalam melakukan evaluasi performa bisnis debitur.
3. Performa dan Kualitas Manajemen Analisa fokus pada perkembangan usaha, pengalaman dan kompetensi
manajemen serta reputasi dan pengalaman calon debitur di dalam menjalankan usahanya. Namun, harus diperhatikan bahwa faktor ini
menyangkut sejumlah penilaian dan tergantung dari pengalaman seorang analis.
4. Lingkungan Bisnis secara Makro Analisa bisnis juga memegang peranan penting dalam menentukan
rating. Hal yang dianalisa dalam hal ini adalah prospek dan karakteristik bisnis dimana debitur berada, contoh : menganalisa jenis
produk, karakteristik dari pelanggan dan supplier, peraturan pemerintah, dan lain-lain.
Tahap selanjutnya yaitu penentuan facility grade Langkah 5 – 7. Secara umum hal-hal penting yang dinilai adalah sebagai berikut :
5. Fasilitas Kredit Jatuh tempo jangka waktu dan tujuan kegunaan fasilitas kredit
sangat penting untuk dipertimbangkan dalam melakukan penilaian atas suatu fasilitas. Hal ini penting karena kedua faktor tersebut digunakan
dalam menghitung alokasi modal untuk resiko kredit. Dampaknya dapat mengakibatkan penurunan rating, jika risiko yang dihadapi meningkat
bertambah. 6. Kecukupan Agunan
7. Jaminan dari Pihak Ketiga Hal terakhir yang dipertimbangkan adalah jaminan dari pihak ketiga.
Karena hal ini dapat mempengaruhi fasility grade yang secara efektif mentransfer risiko kepada pihak pemberi garansi. Dari ketujuh tahap
tersebut terdapat 23 variabel yang menjadi pembangun dalam sistem ICRR. Variabel tersebut adalah variabel yang digunakan Bank XYZ
dalam memperhitungkan kelayakan kredit debiturnya pada sistem ICRR. Variabel yang digunakan yaitu :
1. Ketersediaan dan Kualitas Informasi Keuangan a. Informasi Keuangan
Menentukan keakuratan informasi keuangan yang didapatkan, karena mempengaruhi rasio keuangan dan penilaian. Pedoman
penilaian informasi keuangan yang digunakan yaitu: 1.
Laporan Keuangan Sangat Akurat telah diaudit berdasarkan Laporan Praktik Standar Akuntansi Keuangan PSAK dengan
Opini Wajar Tanpa Pengecualian WTP. 2.
Laporan Keuangan Akurat telah diaudit berdasarkan Laporan Praktik Standar Akuntansi Keuangan PSAK dengan Opini
Wajar Dengan Pengecualian WTP. 3.
Dapat Diterima – Interim, akurat dan didukung oleh wawancara manajemen dan transaksi bank atau mutasi
rekening. 4.
Tidak Handal telah diaudit dengan dampak material yang signifikan terhadap keuangan.
b. Rasio Hutang Merupakan rasio antara kewajiban dengan Aset atau kewajiban
dengan modal. Semakin kecil rasio maka kualitas kredit akan semakin baik sehingga resiko kreditnya juga kecil.
c. Rasio Keuntungan Merupakan rasio perbandingan antara keuntungan bersih dengan
penjualan. Semakin besar rasio maka kualitas kredit debitur akan semakin baik sehingga dapat menurunkan kemungkinan resiko
yang akan dialami oleh bank. d. Rasio likuiditas
Merupakan perbandingan antara harta lancar dengan hutang lancar. Semakin besar rasio likuiditas maka harta lancar debitur
akan semakin besar sehingga diharapkan bahwa kemampuan
membayar debitur juga akan tinggi dan akan menurunkan resiko gagal bayar.
2. Aktivitas Rekening Bank Aktivitas rekening calon debitur dilihat melalui penilaian mengenai
rata-rata rekening bulanan dan aktivitas mutasi kredit. a. Rata-rata rekening bulanan penting untuk dipertimbangkan dalam
melakukan penilaian. Keuangan debitur, seperti kinerja penjualan, berhubungan erat dengan hal tersebut. Jika pertumbuhan
penjualan meningkat, maka saldo rata-rata bulanan akan meningkat juga. Pedoman penilaian mengenai rata-rata rekening
bulanan yaitu : 1. Baik : saldo rata-rata bulanan meningkat dalam kurun waktu 3
bulan terakhir dan didukung oleh pertumbuhan penjualan. 2. Sedang : saldo rata-rata bulanan stabil dalam kurun waktu 3
bulan terakhir dan pertumbuhan penjualan cukup stabil. 3. Kurang : saldo rata-rata bulanan menurun dalam kurun 3 tiga
bulan disertai oleh penurunan pertumbuhan penjualan atau tidak ada informasi.
b. Mutasi Kredit Merupakan aktivitas keuangan debitur dalam bentuk giro dan atau
tabungan dimana yang dilihat dalam mutasi rekening ini adalah mutasi pada sisi kredit atau seberapa sering dan seberapa besar
debitur melakukan setoran uang ke dalam rekeningnya. Faktor ini tergantung pada jenis bisnis yang dijalankan. Untuk beberapa
industri, turnover mutasi kredit yang tinggi termasuk hal yang normal, sementara untuk industri lainnya tidak. Sebagai contoh,
perusahaan konstruksi pada umumnya mengalami turnover mutasi kredit yang rendah dan karena itu tidak dapat dibandingkan
dengan bisnis lain, seperti toko eceran yang mempunyai turnover mutasi kredit yang tinggi. Pedoman penilaian terhadap mutasi
kredit adalah sebagai berikut : 1. Baik : turnover mutasi kredit tinggi, 75.
2. Sedang : turnover mutasi kredit stabil, antara 50-75. 3. Kurang : turnover mutasi kredit rendah 50
Mutasi kredit akan berpengaruh terhadap kualitas kredit. Semakin baik mutasi kreditnya maka peluang bahwa kredit debitur akan
lancar semakin besar. 3. Kualitas Manajemen dan Kinerja Manajemen
Evaluasi terhadap manajemen penting dilakukan karena setiap transaksi dilakukan oleh manajemen dan tergantung pada
kemampuan serta kesungguhannya untuk menjalankan bisnis dengan baik, menghasilkan arus kas yang positif dan memenuhi semua
kewajibannya sebagaimana yang telah disepakati. Parameter yang digunakan dalam penilaian kualitas manajemen yaitu :
a. Pengalaman manajemen Faktor utama yang harus dipertimbangkan dalam analisa
pengalaman manajemen yaitu : •
Sejarah perusahaan dilakukan dengan melihat apakah keberhasilan tersebut diperoleh dari hasil manajemen, tidak ada
pengaruh manajemen atau tercapai karena unsur lain. •
Jenis dan lamanya pengalaman perusahaan dan manajemen utama.
• Hubungan dengan bisnis keluarga, evaluasi pengalaman yang
relevan dari pemilik perusahaan. •
Hubungan manajemen utama. Ini untuk mengetahui karakter manajemen. Misalnya : apakah dikelola oleh orang-orang yang
berkualitas dan berpengalaman tanpa memperhatikan apakah mereka mempunyai hubungan kekerabatan atau tidak.
Berikut adalah pedoman penilaian pengalaman manajemen : 1.
Manajemen utamapemilik mempunyai pengalaman 5 tahun dan kompeten dalam bidang yang relevan. Sejarah manajemen
utama menunjukkan bahwa mereka mempunyai pengalaman yang relevan, sehingga memberikan nilai tambah bagi kinerja
bisnis perusahaan. Sebagai contoh, manajemen berhasil
menjalankan perusahaan dengan baik selama krisis dan masih berjalan dalam kondisi prima. Untuk bisnis keluarga,
manajemen utama biasanya dijalankan oleh keluarga adalah orang-orang yang profesional dengan latar belakang yang tepat,
sehingga kompeten dalam usaha tersebut. 2.
Manajemen utamapemilik mempunyai pengalaman antara 2-5 tahun dan kompetensi yang relevan dalam usaha terkait. Sejarah
manajemen dapat diterima bila menunjukkan kemampuan untuk membawa perusahaan melewati krisis. Untuk bisnis keluarga,
beberapa orang dalam manajemen utama mempunyai latar belakang pendidikan dan kompetensi yang tepat.
3. Manajemen utama mempunyai pengalaman dan kompetensi
terbatas 2 tahun dalam usaha yg bersangkutan dan sejarah manajemen utama kurang baik dalam sektor industri. Sebagian
besar dari manajemen utama mempunyai hubungan kekerabatan dengan latar belakang pendidikan atau kompetensi yang tidak
tepat, sehingga mengancam kesinambungan bisnis. b. Reputasi Manajemen
Hal ini berdasarkan penilaian analis untuk memutuskan perilaku pribadi mana yang mungkin berdampak negatif terhadap bisnis.
Adapun pedoman penilaian mengenai reputasi sebagai berikut : 1.
Opini positif dari pelanggan, pemasok dan rekanan lainnya. Reputasi yang baik sekali selama kurun waktu tiga tahun
terakhir. Mereka menunjukkan kinerja manajemen yang baik. 2.
Opini campuran : sejumlah informasi atau tanda minor negative selama kurun waktu dua tahun terakhir dari
pelanggan, pemasok dan rekanan lainnya. Tetapi, dampak dari pemberitaan negatif ini minim terhadap kinerja bisnis.
3. Opini negatif : sengketa-sengketa besar berkesinambungan
selama kurun waktu dua tahun terakhir, baik dengan pelanggan, pemasok dan rekanan lainnya yang dapat
mengganggu kesinambungan bisnis.
c. Pengalaman kredit dengan Bank XYZ Pengalaman kredit dengan Bank XYZ dinilai dari apakah calon
debitur tersebut pernah meminjam di Bank XYZ, kemudian dilihat track
record pembayarannya
apakah terdapat
masalah. Pembayaran apapun memerlukan analisa yang lebih mendalam
dan menurunkan penilaian jika dampaknya signifikan. Adapun pedoman penilaian mengenai pengalaman kredit dengan Bank
XYZ yaitu : 1.
Baik : Peminjam tidak pernah mengalami tunggakan pembayaran kredit.
2. Sedang : Peminjam beberapa kali mengalami tunggakan
pembayaran kredit, misalnya untuk beberapa minggu. Atau peminjam berada di bawah kolektibilitas BI kategori 2Dalam
Perhatian Khusus. Atau peminjam menstruktur ulang pinjamannya.
3. Kurang : Sering terjadi tunggakan kredit dalam proses
restruktur dan peminjam masuk ke dalam kategori NPL 3-5. 4.
Tidak ada informasi : Peminjam baru tanpa track record pinjaman.
d. Pengalaman kredit dengan Bank Lain Non Bank Pengecekan silang dengan bank lain dapat bermanfaat. Analis
dapat memeriksa ada tidaknya catatan pinjaman pada bank lain. Jawaban yang diperoleh dari bank lain harus ditafsirkan dengan
hati-hati karena bank terkait mungkin enggan untuk memberikan informasi. Adapun pedoman penilaian pengalaman kredit dengan
Bank Lain Non Bank sebagai berikut : 1.
Baik : Peminjam tidak pernah mengalami tunggakan pembayaran kredit.
2. Sedang : Peminjam beberapa kali mengalami tunggakan
peminjam berada di bawah kolektibilitas BI kategori 2Dalam Perhatian Khusus. Atau peminjam menstruktur ulang
pinjamannya.
3. Kurang : Sering terjadi tunggakan dalam proses restruktur dan peminjam termasuk ke dalam kategori NPL 3-5.
4. Tidak Ada Informasi : merupakan peminjam baru tanpa track record
pinjaman. e. Pengalaman Kompetensi Usaha
Analisa penilaian ditujukan kepada usaha debitur dan bukan pribadi personalnya. Usaha ini lebih kepada jenis usaha yang
dijalaninya. Berapa lama usaha tersebut telah berjalan, apakah usaha tersebut dapat membukukan keuntungan, bagaimana
kondisi usaha ketika ada gejolak misalnya krisis ekonomi dsb. Adapun pedoman penilaian Bank XYZ terhadap pengalaman
usaha calon debitur yaitu sebagai berikut : 1.
Baik : Usaha telah dijalankan minimal selama 5 tahun walaupun oleh manajemen yang berbeda, mampu beradaptasi
dengan kondisi makro dan dari pengalaman dapat diandalkan untuk mencapai keuntungan.
2. Sedang : Usaha telah dijalankan antara 2-5 tahun walaupun
oleh manajemen yang berbeda, terkadang tidak mampu menghadapi kondisi makro dan cenderung berfluktuatif.
3. Kurang : Usaha cenderung menurun dan baru berjalan kurang
dari 2 tahun. f. Reputasi Usaha
Reputasi usaha mengarah kepada usaha tersebut dimata masyarakat umum, pelaku bisnis dan pemerintah. Hal ini dinilai
dari seberapa besar ketergantungan masyarakat terhadap usaha tersebut; bagaimana pengaruh keberadaan usaha tersebut terhadap
lingkungan sekitar; bagaimana kondisi perusahaan ketika terjadi krisis; bagaimana opini masyarakat atas keberadaan usaha
tersebut, apakah baik usaha dibidang tersebut bagus dan menjanjikan, negatif pesimis atau campuran. Pedoman
penilaian terhadap reputasi perusahaan yaitu sebagai berikut:
1. Baik : Usaha diterima oleh pasar dibutuhkan dan
keberadaannya diharapkan.
Konsumen mempunyai
ketergantungan yang tinggi terhadap usaha tersebut dan usaha tidak terpengaruh kondisi lingkungan makro.
2. Sedang : Usaha relatif diterima, di sisi lain pesimistik. Adanya
pro dan kontra atas usaha dimaksud, beberapa konsumen sangat tergantung dari usaha tersebut dan sebagian orang
menyebutnya sebagai usaha yang bagus. 3.
Kurang : Kehadiran usaha tersebut banyak ditolak oleh berbagai pihak.
g. Prospek Usaha Dalam hal ini penilaian dilakukan dengan mengamati prospek
bisnis yang mungkin dapat mempengaruhi kinerja dan kesinambungan bisnis calon debitur. Pengamatan dapat dilakukan
berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian industri, surat kabar, majalah, survei pasar, atau informasi langsung dari
peminjam. Analis dapat juga menggunakan data yang berasal dari arsip penelitian internal Bank XYZ atau track record pinjaman.
Pedoman penilaian terhadap prospek usaha yaitu sebagai berikut : 1.
Baik : Usaha akan dapat berkembang tumbuh. Tingkat pertumbuhan usaha yang menjanjikan, tingkat pertumbuhan
lebih dari 10 dalam kurun waktu tiga tahun terakhir. 2.
Sedang : Pertumbuhan usaha akan stabil. 3.
Kurang : Pertumbuhan usaha akan menurun. Tingkat pertumbuhan kurang dari 10 dalam kurun waktu 3 tahun
terakhir dan terus jatuh. 4. Lingkungan Bisnis
Melakukan analisa
lingkungan perusahaan
penting untuk
diperhatikan karena memungkinkan analis dalam menentukan tingkat risiko yang dihadapi perusahaan debitur dalam menjalankan
bisnisnya, yang dapat membawa dampak negatif terhadap kinerja bisnis. Analisa ini difokuskan pada kekuatan prospek industri ke
depan dan faktor kompetitif yang berpengaruh terhadap perusahaan. Dalam penilaian lingkungan bisnis, 6 hal yang akan dinilai yaitu:
a. Perusahaan Pesaing, penilaian dilakukan dengan memperhatikan usaha yang dijalankan oleh debitur. Apakah usaha tersebut banyak
pesaingnya, terbatas atau tidak ada pesaingnya. Hal ini penting untuk melihat risiko dari suplai produk dan penetrasi pelanggan.
Semakin tergantung konsumen kepada satu perusahaan, semakin baik kondisi perusahaan tersebut. Pedoman penilaian usaha
debitur yang dilihat dari perusahaan pesaing nya yaitu sebagai berikut :
5. Ada perusahaan pesaing, jumlahnya tidak banyak namun
masing-masing perusahaan
telah mempunyai
segmen pelanggan
sendiri-sendiri sehingga
tidak mengganggu
perusahaan lainnya. 6.
Terdapat beberapa perusahaan pesaing yang kadangkala antar perusahaan saling memperebutkan pelanggan, namun demikian
masih dalam taraf normal. 7.
Terdapat sangat banyak perusahaan pesaing sehingga pelanggan sangat mudah berpindah-pindah sesuai dengan
produkjasa yang ditawarkan oleh perusahaan tersebut. Perusahaan harus berusaha keras untuk mendapatkan
pelanggan dan risiko cukup tinggi. b. Peraturan Pemerintah, penilaian dilakukan dengan melakukan
evaluasi pengaruh peraturan pemerintah terhadap bisnis calon debitur. Dalam hal ini analis akan mengamati apakah pemerintah
memberlakukan peraturan yang dapat membawa dampak negatif terhadap bisnis mis. pajak, tarif, kuota dst. atau dampak positif.
Peraturan akan mempengaruhi penilaian. Pedoman penilaian usaha yang dilihat dari peraturan pemerintah yaitu sebagai berikut
: 1.
Kondisi Mendukung : pemerintah mendukung industri dengan subsidi atau birokrasi suportif dan seterusnya.
2. Tidak Berdampak : pemerintah tidak menetapkan peraturan
apapun untuk industri terkait, misalnya pasar bebas. 3.
Bertentangan : pemerintah membatasi ruang gerak industri dengan memberlakukan tarif tertentu, kuota dst.
c. Ketergantungan pada Pelanggan, penilaian analis Bank XYZ pada parameter ini adalah penilaian ketergantungan atau kekuatan
tawar-menawar yang dimiliki perusahaan terhadap pelanggannya. Aspek ini tergantung pada jenis bisnis dari perusahaan. Pelanggan
yang dimaksud adalah pelanggan langsung lapis pertama. Analis Bank XYZ memperhatikan apakah perusahaan mempunyai
pelanggan yang
cukup potensial
dan tetap
untuk mempertahankan bisnis, atau rentang produk yang dihasilkan
calon debitur memenuhi kebutuhan pelanggan. Pedoman penilaian usaha debitur berdasarkan ketergantungan terhadap pelanggannya
yaitu : 1.
Tidak Tergantung, Banyak dan Beragam : mempunyai pelanggan yang sangat luas untuk produk-produk yang
dihasilkan oleh perusahaan; pengaruh saingan sedikit. 2.
Tergantung Beberapa : mempunyai pelanggan yang luas. Perusahaan mendapatkan sejumlah pengaruh dari saingan
bisnisnya, tapi tidak signifikan. 3.
Sangat Tergantung Terbatas : pelanggan peka terhadap perubahan harga.
d. Ketergantungan pada Pemasok, pemasok adalah pihak yang memberikan pasokan barang yang akan diperjualbelikan. Apabila
alur pasokan barang lancar atau bagus maka ini akan mempengaruhi pendapatan debitur yang pada akhirnya akan
mempengaruhi kemampuan debitur dalam melakukan pembayaran kredit dan kualitas kreditnya. Ketergantungan pada salah satu
pemasok menyebabkan debitur mempunyai risiko yang cukup tinggi karena jika pemasok bangkrut atau tidak dapat melakukan
pasokan kepada debitur maka usaha debitur akan terganggu dan
kelancaran pembayaran kewajiban ke Bank XYZ tersendat. Analisa bagian ini fokus pada tingkat ketergantungan perusahaan
terhadap pemasoknya. Evaluasi terhadap kualitas dan kuantitas pemasok merupakan faktor yang penting karena mempengaruhi
volume penjualan dan kinerja operasional perusahaan. Jadi dalam hal ini analis Bank XYZ fokus pada kemampuan perusahaan
dalam menyediakan suplai atau sumber bisnis dan kualitas pemasok dari industri terkait. Pedoman penilaian usaha debitur
berdasarkan ketergantungan terhadap pemasoknya yaitu sebagai berikut :
1. Tidak Tergantung, Banyak dan Beragam : konsentrasi
pemasok sangat rendah karena jumlah pemasok banyak. Perusahaan mudah mengganti pemasok tanpa menimbulkan
pengaruh apa-apa pada harga atau pergantian suplai. 2.
Tergantung, Beberapa : ketergantungan perusahaan terhadap pemasok rendah.
3. Sangat Tergantung, Terbatas : ketergantungan perusahaan
terhadap pemasok sangat tinggi. Perusahaan sulit untuk mengganti pemasok dan mungkin perlu menunggu suplai lebih
dari tiga bulan. Konsentrasi pemasok dan jumlah pemasok banyak berpengaruh pada harga atau pergantian suplai,
sehingga resiko yang dihadapi debitur semikin kecil yang pada akhirnya akan meningkatkan kemampuan debitur untuk
mengembalikan kewajibannya. e. Wilayah Pemasaran, analisis mengenai kriteria ini mengacu pada
cakupan geografis dari pasar utama perusahaan untuk produk atau jasa yang ditawarkannya. Umumnya, semakin luas wilayah
operasi, semakin stabil pendapatan perusahaan. Kestabilan sangat diperlukan untuk menjamin berlangsungnya kinerja bisnis yang
baik. Pedoman penilaian usaha debitur berdasarkan wilayah pemasarannya yaitu :
1. Nasional : perusahaan menjalankan bisnis di lebih dari 1
negara lokasi atau antar propinsi. Hal ini dapat menimbulkan komplikasi khusus, seperti undang-undang perpajakan dan
nilai tukar, tapi membuka kesempatan ekspansi yang lebih besar.
2. Propinsi : perusahaan menjalankan bisnis dengan orientasi
dalam 1 propinsi. 3.
Kabupaten : perusahaan menjual produk atau jasanya di pasar lokal. Pasar lokal dapat mencakup satu komunitas kecil
kampung atau beberapa komunitas kabupaten f. Jenis Produk, kriteria ini mengacu pada sifat atau jenis produk,
dengan meneliti apakah produk yang dihasilkan penting atau tidak. Selain itu, analis Bank XYZ meneliti pula, apakah produk
atau jasa yang diberikan perusahaan akan mempunyai pasar yang menjanjikan. Pedoman penilaian usaha debitur berdasarkan jenis
produk yang dihasilkan yaitu sebagai berikut : 1. Barang dan jasa primer : semua barang atau jasa yang penting
dalam kehidupan sehari-hari, seperti sandang, pangan, dan papan.
2. Barang dan jasa sekunder : semua barang atau jasa yang tidak terlalu penting untuk masyarakat, seperti laundry, toko karpet,
salon, warung nasi, dan wartel. 3. Barang dan jasa mewah : misalnya mobil, teve, toko barang
antik, butik, restoran. 5. Analisa Fasilitas Kredit
Analis Bank XYZ melakukan penilaian berdasarkan fasilitas kredit yang diajukan dan jaminan yang diberikan untuk fasilitas kredit.
Didalam analisa ini, terdapat 2 hal yang harus dinilai yaitu : a. Jangka Waktu Fasilitas
Semakin lama fasilitas diberikan, semakin tinggi risiko fasilitas menjadi beban karena kemungkinan debitur gagal memenuhi
kewajiban atau bisnis yang dijalankan debitur terkena masalah
semakin tinggi pula. Adapun pedoman penilaian yang digunakan Bank XYZ dalam menilai jangka waktu fasilitas adalah sebagai
berikut: •
Risiko rendah : ± kurang dari 1 tahun sampai jatuh tempo pinjaman jangka pendek, overdraft dst.
• Risiko sedang : ± antara 1-3 tahun sampai jatuh tempo
pinjaman jangka menengah, pendanaan proyek •
Risiko tinggi : masih tersisa 3 tahun lebih sampai jatuh tempo pinjaman jangka panjang.
b. Jenis Penggunaan Dana Analis Bank XYZ akan mengevaluasi perihal monitoring
penggunaan dana atas kredit yang akan diberikan Bank XYZ disesuaikan dengan tujuan penggunaan kredit. Pedoman penilaian
jenis penggunaan dana yaitu : 1.
Baik : Dapat dimonitor sepenuhnya oleh Bank. Untuk jenis kredit yang sistem pengembalian pokoknya diangsur secara
rutin setiap bulan misal kredit investasi, bank leluasa melakukan monitoring terhadap dana yang diberikan karena
dibuat menurut basis periodik yang mengurangi jumlah pinjaman setiap kali pembayaran dilakukan.
2. Sedang : Kurang dapat dimonitor oleh Bank. Untuk modal
kerja normal misal pendanaan penyediaan inventaris, bank kurang leluasa melakukan monitoring terhadap dana karena
pinjaman mungkin diperpanjang untuk jangka waktu yang lebih lama tanpa mengurangi uang pokok pertama misal
fasilitas yg tahan lama. 3.
Lemah : Sulit dimonitor oleh bank, untuk tujuan lain-lain. Fasilitas digunakan langsung atau tidak langsung untuk
mendanai perusahaan
yang tidak
dilandasi keahlian
manajemen. Obligor digunakan sebagai sarana peminjaman untuk mendanai kebutuhan pemilik atau kepala perusahaan
misal dividen.
6. Agunan Collateral Besarnya resiko kredit menurut Djohanputro 2004 dapat dinilai
berdasarkan dimensi resiko yaitu kuantitas dan kualitas kredit. Kuantitas kredit ditunjukkan dari besarnya exposure kredit
sedangkan kualitas kredit ditunjukkan oleh penilaian probabilitas gagal bayar, kualitas dan probabilitas likuidasi jaminan atau agunan.
Berdasarkan kriteria tersebut, maka penilaian terhadap tingkat risiko peminjam dinilai berdasarkan :
a. Jenis agunan Analis Bank XYZ menilai jenis agunan yang diberikan oleh calon
debitur. Adapun jenis agunan tersebut dan penilaiannya adalah sebagai berikut :
1. Agunan Liquid : cash, tabungan, deposito dll 2. Agunan Solid I : Tanah dan Bangunan
3. Agunan Solid II : Tanah 4. Non Solid I : Mobil, Mesin, Peralatan Kerja
5. Non Solid II : Piutang Usaha, Persediaan 6. Tidak Ada Agunan
b. Posisi klaim atas agunan Penilaian Bank XYZ pada kriteria ini dibagi ke dalam 4 kategori
yaitu : 1.
Sempurna : Agunan diikat sesuai dengan ketentuan yang berlaku, kondisi agunan aman sehingga apabila suatu saat
eksekusi dilakukan, Bank XYZ berada pada posisi yang kuat dan 1 agunan digunakan untuk mencukupi 1 fasilitas.
2. Sedang : Agunan diikat sesuai dengan ketentuan yang berlaku, namun demikian agunan tersebut digunakan untuk mencukupi
2 fasilitas atau 2 debitur. 3. Kurang : Agunan tidak diikat secara sempurna atau diikat
secara sempurna tetapi dijaminkan juga ke kreditur lain dimana posisi Bank XYZ lebih lemah dibandingkan posisi kreditur
lainnya atau agunan bermasalah yang dapat menimbulkan risiko cukup besar bagi Bank XYZ.
4. Tidak Ada Informasi : diisi tidak ada informasi apabila jenis agunannya tidak ada sehingga secara otomatis posisi klaim
agunan juga tidak ada informasi. Apabila merupakan permohonan baru, maka pilihan posisi klaim hukum hanya
terdiri dari 2 pilihan yaitu pilihan 1 sempurna dan pilihan 2 sedang. Apabila merupakan reviewperpanjangan, restruktur
dan sejenisnya maka dimungkinkan untuk memilih 4 pilihan
tersebut. 4.2.
Fungsi Pembeda dari Setiap Kelas Kolektibilitas
Terdapat dua jenis data yang digunakan dalam pengolahan data, yaitu data kolektibilitas debitur dan data penilaian historis debitur pada
sektor usaha yang sama yaitu sektor UKM budidaya pertanian dibawah plafon kredit Rp 500 juta. Pertama data tersebut disajikan secara terpisah,
maka perlu dilakukan cleansing data sebelum menjadi input pengolahan, dengan mencocokan data yang satu dengan yang lain. Penggabungan
kedua data tersebut memperlihatkan penilaian calon debitur sebelum diberikan kredit dan kenyataan kelancaran pengembalian kreditnya. Dari
pencocokan cleansing tersebut dapat dilihat terdapat 240 data debitur dari tahun 2004-2006.
Setelah dilakukan pencocokan data maka dilakukan validitas variabel dan validitas responden. Fungsi Pembeda dari variabel kelayakan
kredit yang digunakan Bank XYZ akan didapatkan setelah dilakukan uji validitas variabel dengan menggunakan program Minitab. Terdapat 20
variabel yang tercatat signifikan, variabel yang tereduksi yaitu variabel Reputasi Manajemen, Peraturan Pemerintah dan Jenis Penggunaan Dana.
Dapat dilihat pada Lampiran 3 korelasi variabel yang tidak signifikan. Validasi variabel dan responden dilakukan dengan teknik product
moment Pearson menggunakan Minitab versi 14 dengan melakukan perkalian matriks dan melihat hasil korelasi data mana yang mempunyai
nilai p tinggi yaitu P Value diatas 0.05. Apabila terdapat nilai yang melebihi 0.05 maka variabel atau responden itu tidak signifikan.
Setelah melakukan uji signifikansi variabel dan responden, diperoleh hasil akhir yaitu sebanyak 20 variabel 17 variabel borrower
grade dan facility grade, 3 variabel rasio keuangan dan 219 responden
yang memiliki p value dibawah 0.05 atau 5 dan dinyatakan valid. Data ordinal diperoleh dari penilaian terhadap borrower grade dan
facility grade. Untuk mendapatkan fungsi pembeda dari setiap
kolektibilitas, perlu dilakukan pengkonversian data ordinal menjadi interval dengan bantuan menggunakan software Macro Minitab dengan
penjelasan algoritma. Macro Minitab yang digunakan adalah gmacro17 sesuai dengan banyaknya variabel yang akan diubah ke dalam bentuk
interval yang dapat dilihat pada Lampiran 4. Hasil pengkonversian data ordinal menjadi data interval dapat dilihat pada Lampiran 5.
Pengklasifikasian antara
variabel penilaian
dengan kolektibilitasnya dapat dilakukan pengolahan data menggunakan Analisis
Diskriminan, sehingga diketahui juga fungsi pembeda dari setiap kelas kolektibilitas. Analisis Diskriminan dipilih agar dapat membedakan
klasifikasi kelompok debitur secara tepat, mengusahakan tingkat kesalahan penempatan kelompok kecil, juga mampu mengidentifikasi kesalahan
pengelompokan pengamatan. Klasifikasi debitur dibagi menjadi 5 kelompok, yaitu Kolektibilitas 1 Lancar, Kolektibilitas 2 Dalam
Perhatian Khusus, Kolektibilitas 3 Kurang Lancar, Kolektibilitas 4 Diragukan dan Kolektibilitas 5 Macet. Adapun hubungan keterkaitan ini
dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Penempatan Klasifikasi Kolektibilitas
Discriminant Analysis: C1 versus C3, C4, ... Linear Method for Response: C1
Predictors: C3, C4, C5, C23, C24, C25, C26, C27, C28, C29, C30, C31, C32, C33, C34, C35, C36, C37, C38, C39
Group 1 2 3 4 5 Count 183 12 3 7 14
Pada Tabel diatas menunjukkan beberapa bagian. Bagian pertama output memberikan informasi bahwa analisis diskriminan yang telah
diolah menggunakan metode linier dimana variabel responnya adalah variabel Kolektibilitas C1, sedangkan variabel prediktornya adalah Rasio
Hutang C3; Rasio Keuntungan C4; Rasio Likuiditas C5; Kualitas Informasi Keuangan C23; Rata-rata Rekening Koran C24; Mutasi
Kredit C25; Pengalaman Manajemen C26; Pengalaman Kredit dengan Bank XYZ C27; Pengalaman Kredit dengan Bank Lain C28;
Pengalaman Usaha C29; Reputasi Usaha C30; Prospek Usaha C31; Pesaing C32; PembeliPelanggan C33; Supplier C34; Wilayah
Pemasaran C35; Jenis Produk C36; Jangka Waktu Fasilitas C37; Jenis Agunan C38 dan Posisi Klaim C39. Variabel prediktor akan
mempengaruhi variabel responnya. Jika variabel prediktor signifikan dan sesuai maka pengklasifikasian kelompok akan semakin tepat.
Output bagian kedua menunjukkan kelompok pengamatan. Output memperlihatkan lima kelompok, yaitu kelompok 1, 2, 3, 4 dan 5.
Kemudian, jumlah pengamatan pada kelompok 1 sebanyak 183, kelompok 2 sebanyak 12, kelompok 3 sebanyak 3, kelompok 4 sebanyak 7 dan
kelompok 5 sebanyak 14. Dengan jumlah keseluruhan terdapat 219 debitur. Hasil Analisis Diskriminan dapat dilihat pada Lampiran 6.
Terlihat pada tabel dibawah fungsi pembeda dari setiap kelompok kolektibilitas, terdapat lima persamaan melalui pengolahan diskriminan,
sehingga apabila ada data debitur yang ingin dimasukkan untuk melihat termasuk dalam kategori kolektibilitas mana, bisa menghitungnya dengan
memasukkan nilai interval yang dikalikan dengan bobot masing-masing variabel dan dilihat nilai yang paling maksimum dari lima persamaan itu
maka debitur tersebut masuk dalam kategori tersebut, dapat dilihat juga pada Lampiran 7.
Tabel 3. Fungsi Pembeda Setiap Kolektibilitas Squared Distance Between Groups
1 2 3 4 5 1 0.0000 6.3112 30.9222 15.3981 8.8966
2 6.3112 0.0000 35.9102 24.6412 7.9882 3 30.9222 35.9102 0.0000 48.3707 31.0531
4 15.3981 24.6412 48.3707 0.0000 24.5110 5 8.8966 7.9882 31.0531 24.5110 0.0000
Linear Discriminant Function for Groups 1 2 3 4 5
Constant -103.43 -101.69 -133.57 -130.93 -111.92 C3 8.67 9.48 3.65 8.75 7.44
C4 6.38 6.91 6.14 7.09 7.41 C5 -2.92 -2.12 2.70 -3.83 -1.94
C23 21.37 19.15 21.58 23.59 20.59 C24 4.37 1.79 5.49 4.99 3.24
C25 5.94 7.61 9.01 5.73 7.81 C26 4.76 4.77 13.11 4.88 6.69
C27 4.40 6.86 6.13 4.22 5.88 C28 -0.32 -0.65 3.22 1.16 0.45
C29 -5.64 -3.73 -14.71 -4.21 -7.57 C30 12.39 9.51 10.77 12.30 9.14
C31 -6.63 -8.51 -8.63 -8.85 -10.37 C32 2.38 5.05 2.22 2.84 5.95
C33 6.12 2.39 4.14 13.17 3.61 C34 -3.45 -1.32 -2.15 -8.50 0.10
C35 2.08 2.03 2.02 1.42 2.31 C36 5.11 3.56 3.70 5.93 4.50
C37 7.08 6.90 7.15 7.38 6.95 C38 4.03 4.33 4.36 5.46 2.70
C39 25.88 23.88 24.15 28.62 30.22
Pada tabel 3 mencerminkan persamaan fungsi diskriminan linier untuk tiap kelompok atau klasifikasinya, yaitu :
d1 = -103.43 + 8.67C3 + 6.38C4 – 2.92C5 + 21.37C23 + 4.37C24 +
5.94C25 + 4.76C26 + 4.4C27 - 0.32C28 - 5.64C29 + 12.39C30 - 6.63C31 + 2.38C32 + 6.12C33 – 3.45C34 + 2.08C35 + 5.11C36 +
7.08C37 + 4.03C38 + 25.88C39……………………….……….... 3 d2 =
-101.69 + 9.48C3 + 6.91C4 - 2.12C5 + 19.15C23 + 1.79C24 + 7.61C25 + 4.77C26 + 6.86C27 - 0.65C28 – 3.73C29 +9.51C30 –
8.51C31 + 5.05C32 + 2.39C33 – 1.32C34 + 2.03C35 + 3.56C36 + 6.9C37 + 4.33C38 + 23.88C39…………..………………………. 4
d3 = -133.57 + 3.65C3 + 6.14C4 + 2.7C5 + 21.58C23 + 5.49C24 +
9.01C25 + 13.11C26 + 6.13C27 + 3.22C28 – 14.71C29 + 10.77C30 – 8.63C31 + 2.22C32 + 4.14C33 – 2.15C34 + 2.02C35 + 3.7C35 +
7.15C37 + 4.36C38 + 24.15C39…………………………………. 5 d4 =
-130.93 + 8.75C3 + 7.09C4 – 3.83C5 + 23.59C23 + 4.99C24 + 5.73C25 + 4.88C26 + 4.22C27 + 1.16C28 – 4.21C29 + 12.3C30 –
8.85C31 + 2.84C32 + 13.17C33 – 8.5C34 + 1.42C35 + 5.93C36 + 7.38C37 + 5.46C38 + 28.62C39…………………………………. 6
d5 = -111.92 + 7.44C3 + 7.41C4 – 1.94C5 + 20.59C23 + 3.24C24 +
7.81C25 + 6.69C26 + 5.88C27 + 0.45C28 – 7.57C29 + 9.14C30 – 10.37C31 + 5.95C32 + 3.61C33 + 0.1C34 + 2.31C35 + 4.5C36 +
6.95C37 + 2.7C38 + 30.22C38…………………………………... 7 Dimana :
C1 = Tingkat Kolektibilitas C3 = Rasio Hutang
C4 = Rasio Keuntungan C5 = Rasio Likuiditas
C23 = Kualitas Informasi Keuangan C24 = Rata-rata Rekening Koran
C25 = Mutasi Kredit C26 = Pengalaman Manajemen
C27 = Pengalaman Kredit dengan Bank XYZ C28 = Pengalaman Kredit dengan Bank Lain
C29 = Pengalaman Usaha C30 = Reputasi Usaha
C31 = Prospek Usaha C32 = Pesaing
C33 = PembeliPelanggan C34 = Pemasok
C35 = Wilayah Pemasaran
C36 = Jenis Produk C37 = Jangka Waktu Fasilitas
C38 = Jenis Agunan C39 = Posisi Klaim
Nilai harapan variabel respon diartikan sebagai kolektibilitas atau kualitas pengembalian kredit. Semua rating yang telah diubah menjadi
nilai interval akan dikalikan dengan nilai bobot dari setiap variabelnya dan dilihat nilai maksimumnya berada dimana berarti disitulah kelompok
debitur itu ditempatkan. Bobot dapat diartikan sebagai nilai dugaan keterkaitan
setiap parameter
variabel penilaian
terhadap kolektibilitasnya.
4.3. Variabel Kelayakan