3. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian  ini  dilaksanakan  pada  bulan  September  2008  sampai  dengan November  2008  di  Laboratorium  Biokimia  Hasil  Perikanan,  Laboratorium
Bioteknologi  Hasil  Perairan  dan  Laboratorium  Uji  Biofarmaka  Pusat  Studi Biofarmaka Institut Pertanian Bogor.
3.2. Bahan dan Alat
Bahan  baku  yang  digunakan  dalam  penelitian  ini  adalah  keong  matah merah Cerithidea obtusa yang diperoleh dari pasar Muara Angke, Jakarta.
Tiga jenis pelarut yang digunakan dalam ekstraksi, yaitu metanol pelarut polar,  etil  asetat  pelarut  semipolar,  dan  n-heksana  pelarut  nonpolar.  Bahan
kimia  yang  dipakai  dalam uji aktivitas antioksidan  dengan  metode  DPPH  adalah 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl
DPPH,  butylated  hydroxytoluene  BHT  sebagai standar, dan metanol pro analisis sebagai pelarut.  Bahan untuk uji fitokimia, yaitu
H
2
SO
4,
akuades,  kloroform  p.a  pengenceran,  anhidra  asetat,  asam  sulfat  pekat, HCl  2  N,  peraksi  Dregendorff,  peraksi  Wagner,  pereaksi  Meyer,  serbuk
magnesium,  alkohol,  HCl  37  ,  etanol  95  ,  etanol  70  ,  FeCl
3
5  ,  peraksi Molish,  pereaksi  benedict,  pereaksi  biuret,  dan  larutan  ninhidrin  0,1  .    Bahan-
bahan untuk uji bilangan peroksida yaitu minyak jagung, akuades, twen 80, asam asetat glasial, kloroform, kalium iodida KI, Natrium thiosulsat Na
2
S
2
O
3
, KIO
3
, HCl, dan FeCl
2
. Alat-alat  yang  dipakai  antara  lain  timbangan  digital,  mortar,  blender,
erlenmeyer,  sonikator,  magnetic  stirrer,  vacum  rotary  evaporator,  botol  ekstrak, kertas  saring  Whatman  42,  inkubator,  spektrofotometer  UV-visible,  sudip,
alumunium  foil,  gelas  ukur,  tabung  reaksi,  pipet  volumetrik,  pipet  mikro,  tissue dan forteks.
3.3. Tahap Penelitian
Rangkaian  kegiatan  penelitian  dibagi  dalam  dua  tahap,  yaitu  tahap pendahuluan  dan  penelitian  utama.    Penelitian  tahap  pendahuluan  meliputi
ekstraksi  komponen  antioksidan  pada  tahap  penapisan  dan  ekstraksi  dengan metode bertingkat serta uji aktivitas antoksidan dengan metode DPPH.  Penelitian
utama meliputi preparasi keong dan analisis proksimat, ekstraksi bahan aktif,  uji aktivitas  antioksidan,  uji  fitokimia  dan  uji  bilangan  peroksida  sebagai  indeks
kemunduran  mutu  minyak  terhadap  emulsi  minyak  kelapa  yang  diberi  ekstrak terpilih.
3.3.1.  Penelitian pendahuluan Penelitian  tahap  pendahuluan  ini  bertujuan  untuk  membandingkan
efektivitas  metode  ekstraksi  bertingkat  atau  terpisah  dan  jenis  pelarut  yang digunakan  dalam  proses  ekstraksi.    Efektivitas  metode  ekstraksi  dilihat  dari
jumlah  rendemen  ekstrak  yang  dihasilkan  dan  nilai  aktivitas  hambatan  terhadap radikal bebas melalui uji aktivitas antioksidan dengan metode DPPH.
3.3.1.1.Ekstraksi komponen antioksidan tahap penapisan dari keong matah merah Cerithidea obtusa.
Tahap  penapisan  ini,  ekstraksi  dilakukan  menggunakan  pelarut  metanol teknis.    Sampel  keong  matah  merah  ditimbang  beratnya  150  gram,  kemudian
dipotong  kecil-kecil,  dan  dimasukkan  dalam  erlenmeyer.    Pelarut  metanol ditambahkan sampai sampel terendam hingga 300 ml dengan perbandingan bahan
dan  pelarut  1:1  wv,  lalu  erlenmeyer  ditutup  dengan  alumunium  foil.    Sampel dimaserasi menggunakan shaker selama 24 jam.  Setelah 24 jam, larutan ekstrak
yang  diperoleh  disaring  dengan  kertas  saring  whatman  42  untuk  memisahkan filtrat dan residunya.  Filtrat yang didapat dievaporasi pada suhu 37
o
C. Ekstrak  kasar  yang  diperoleh  dikerok  dan  dimasukkan  ke  dalam  botol
ekstrak kemudian dilakukan analisis yaitu uji aktivitas antioksidan dengan metode DPPH  Blois  1959  diacu  dalam  Wikanta  et  al.  2005.    Sebelum  dilakukan
pengujian  aktivitas  antioksidan  ekstrak  kasar  yang  diperoleh  dihitung  nilai rendemennya SNI-19-1705-2000.
Keong matah merah Cerithidea obtusa Penimbangan
Pemotongan Maserasi selama 24 jam dengan metanol teknis
Penyaringan Filtrat
Residu Evaporasi
Ekstrak metanol Gambar. 3  Diagram alir ekstraksi komponen antioksidan tahap penapisan
Pramadhany 2006 yang dimodifikasi waktu maserasinya 3.3.1.2.Ekstraksi  komponen  antioksidan  dari  keong  matah  merah  Cerithidea
obtusa dengan metode bertingkat.
Komponen aktif antioksidan dari keong matah merah  Cerithidea obtusa didapatkan  dengan  ekstraksi  pelarut  organik.    Metode  ekstraksi  yang  digunakan
pada penelitian ini, yaitu ekstraksi bertingkat  metode Quinn 1988  diacu dalam Pramadhany  2006  yang  dimodifikasi  waktu  maserasinya.    Tujuannya  adalah
untuk  mengekstrak  komponen  dalam  keong  sesuai  dengan  tingkat  kepolarannya, sehingga komponen bioaktif yang belum diketahui sifatnya dapat diektrak secara
optimal pada salah satu pelarut yang digunakan. Sampel  keong  sebanyak  150  gram  sampel  diambil,  dipotong  kecil-kecil
dan  dimasukkan  dalam  erlenmeyer,  kemudian  diberi  pelarut  heksana  p.a  sampai terendam  300  ml  dan  ditutup  dengan  alumunium  foil.    Selanjutnya  sampel
dimaserasi  menggunakan  shaker  selama  24  jam.  Hasil  maserasi  yang  berupa larutan  disaring  dengan  kertas  saring  Whatman  42  sehingga  didapat  filtrat  dan
residu  pertama.    Filtrat  ini  selanjutnya  disebut  filtrat  heksana.    Residu  kemudian dimaserasi  kembali  menggunakan  pelarut etil asetat  p.a  300  ml  selama 24 jam.
Hasil  maserasi  yang  berupa  larutan  disaring  kembali  dengan  kerta  whatman sehingga  didapat  filtrat  dan  residu  kembali.    Filtrat  ini  selanjutnya  disebut  filtrat
etil asetat.  Residu yang tersisa dimaserasi kembali menggunakan pelarut metanol p.a 300 ml selama 24 jam. Larutan yang dihasilkan disaring sehingga didapatkan
filtrat dan residu akhir.  Filtrat ini selanjutnya disebut filtrat metanol.  Filtrat yang diperoleh dari masing-masing dievaporasi dengan evaporator vakum putar dengan
suhu 37
o
C.  Ekstrak kasar yang diperoleh dikerok dan dimasukkan ke dalam botol ekstrak.
Filtrat  yang  dihasilkan  dari  tiga  pelarut  kemudian  dianalisis  aktivitas antioksidannya  dengan  metode  DPPH  Blois  diacu  dalam  Wikanta  et  al.  2005
yang  dimodifikasi  konsentrasi  ekstraknya.    Diagram  alir  proses  ekstraksi komponen antioksidan secara bertingkat ditunjukkan oleh Gambar 4.
3.3.2.  Penelitian utama Penelitian  yang  dilakukan  pada  penelitian  utama  adalah  preparasi  keong,
proses  ekstraksi,  penghitungan  rendemen  dan  aplikasi  ekstrak  terpilih  dalam menghambat  oksidasi  minyak.    Metode  ekstraksi  terbaik  yang  didapatkan  dari
penelitian  pendahuluan  selanjutnya  dipakai  dalam  penelitian  utama  ini.    Metode ekstraksi  yang  dipakai  dalam  penelitian  utama  adalah  ekstraksi  tunggal  dengan
pelarut  yang  berbeda.    Tahap  penelitian  utama  secara  lengkap  dapat  dilihat  pada Gambar 5.
3.3.2.1.Preparasi keong matah merah Cerithidea obtusa Keong  laut  matah  merah  Cerithidea  obtusa  diperoleh  dari  pasar  Muara
Angke,  Jakarta.    Keong  laut  yang  didapatkan  dalam  keadaaan  hidup  disimpan dalam  sterofoam  sebagai  media  transportasi.    Daging  keong  dipisahkan  dari
cangkang  dengan  cara  memecahkan  cangkangnya,  setelah  daging  dan  cangkang dapat  dipisahkan  maka  segera  dilakukan  penimbangan  dan  disimpan  dalam
freezer , sampai bahan tersebut akan dianalisis kadar proksimatnya AOAC 1995.
Keong matah merah Cerithidea obtusa Penimbangan
Pemotongan Maserasi selama 24 jam dengan heksana
Penyaringan Filtrat  I
Residu Evaporasi
Maserasi selama 24 jam dengan etil asetat Ekstrak heksana
Penyaringan Filtrat II
Residu Evaporasi
Maserasi selama 24 jam dengan metanol
Ekstrak etil asetat Penyaringan
Filtrat III Residu
Evaporasi Ekstrak metanol
Gambar.  4  Diagram  alir  ekstraksi  komponen  antioksidan  keong  Quinn  1988 diacu
dalam Pramadhany
2006 yang
dimodifikasi waktu
maserasinya
3.3.2.2.Ekstraksi bahan aktif dengan pelarut yang berbeda Ekstraksi  bahan  aktif  dilakukan  menggunakan  pelarut yang  berbeda  yaitu
metanol polar, etil asetat semi polar, dan heksana non polar.  Sampel keong ditimbang  dengan  berat  150  gram,  kemudian  dipotong  kecil-kecil,  lalu
dimasukkan  erlenmeyer.    Sampel  keong  segar  kemudian  diberi  pelarut  sampai terendam  300  ml,  lalu  erlenmeyer  ditutup  alumunium  foil.    Sampel  dimaserasi
dan diaduk menggunakan shaker selama 24 jam.  Setelah 24 jam, larutan ekstrak yang diperoleh disaring dengan kertas whatman 42 untuk memisahkan filtrat dan
residunya.    Filtrat  dievaporasi  dengan  evaporator  vakum  putar  pada  suhu  37
o
C. Ekstrak  kasar  yang  diperoleh  dikerok  dan  dimasukkan  ke  dalam  botol  ekstrak,
kemudian dianalisis yang meliputi uji aktivitas antioksidan dengan metode DPPH Blois  diacu  dalam  Molyneux  2004  yang  dimodifikasi  konsentrasi  ekstraknya.
Masing-masing  ekstrak  kasar  yang  didapatkan  dihitung  nilai  rendemen  ekstrak yang dihasilkan.  Ekstrak terpilih yang didapatkan diuji fitokimia Harborne 1984
untuk  mengetahui  golongan  senyawa  aktif  yang  memiliki  aktivitas  sebagai antioksidan.
3.3.2.3.Aplikasi ekstrak terpilih dalam menghambat oksidasi Penentuan  aktivitas  antioksidan  dari  ekstrak  keong  matah  merah
diterapkan  pada  emulsi  minyak.    Antioksidan  berfungsi  untuk  menghambat pembentukan peroksida pada minyak.  Pengujian ini dilakukan melalui pembuatan
minyak  kelapa  dan  sistem  emulsinya  yang  dilanjutkan  dengan  evaluai  aktivitas antioksidan dengan penentuan bilangan peroksida Santoso 2003.
3.3.3. Analisis Analisis  yang  digunakan  dalam  penelitian  ini  adalah  perhitungan
rendemen,  analisis  proksimat  kadar  air,  kadar  abu,  kadar  protein  dan  kadar lemak, uji aktivitas antioksidan, uji fitokimia, dan uji bilangan peroksida.
Keong matah merah Cerithidea obtusa Penimbangan 150 g
Pemotongan Penambahan pelarut
[metanol, etil asetat, heksan masing-masing 150 ml mv] Maserasi selama 24 jam
Penyaringan kertas saring Whatman 42 Evaporasi
Ekstrak kasar Uji aktivitas antioksidan
Ekstrak terpilih
Uji fitokimia                         Aplikasi pada emulsi minyak Analisis bilangan peroksida
Gambar. 5  Diagram alir tahapan penelitian utama 3.3.3.1.Perhitungan rendemen
Metode  yang  digunakan  untuk  perhitungan  rendemen  ini  berdasarkan SNI-19-1705-2000.    Rendemen  dihitung  sebagai  persentasi  ekstrak  kering  dari
bobot daging awal.  Adapun perumusannya adalah sebagai berkut : Rendemen   = Bobot ekstrak kering gr  x 100
Bobot sampel gr 3.3.3.2. Analisis proksimat
1 Analisis kadar air AOAC 1995 Tahap  pertama  yang  dilakukan  untuk  menganalisis  kadar  air  adalah
mengeringkan  cawan  dalam  oven  pada  suhu  102-105
o
C  selama  10-15  jam. Cawan tersebut diletakkan ke dalam desikator kurang lebih 30 menit dan biarkan
sampai  dingin  kemudian  ditimbang.    Cawan  tersebut  ditimbang  kembali  hingga beratnya  konstan,  kemudian  cawan  dan  daging  keong  seberat  5  gram  ditimbang
setelah terlebih dahulu dipotong kecil-kecil.   Masukkan cawan tersebut ke dalam oven  dengan  suhu  102-105
o
C  selama  3-5  jam.    Cawan  tersebut  dimasukkan  ke dalam desikator dan biarkan sampai dingin kemudian ditimbang.
Perhitungan kadar air pada daging keong matah merah Dry basis: Kadar air = B – C x 100
B - A Keterangan :
A = Berat cawan kosong gram B = Berat cawan dengan daging keong gram
C = Berat cawan dengan daging keong setelah dikeringkan gram
2 Analisis kadar abu AOAC 1995 Cawan  abu  porselen  dimasukkan  dalam  tungku  pengabuan  selama  kurang
lebih 1 jam.  Setelah itu cawan abu porselen tersebut didinginkan dalam desikator dan  ditimbang  berat  kosongnya.      Daging  keong  sebanyak  3-5  gram  yang  telah
dipotong  kecil-kecil  dimasukkan  ke  dalam  cawan  abu  porselen,  kemudian diletakkan dalam tungku pengabuan, dibakar sampai diperoleh abu berwarna abu-
abu dan beratnya tetap. Perhitungan kadar abu pada daging keong matah merah :
Kadar abu = C – A x 100 B - A
Keterangan : A = Berat cawan abu porselen kosong gram
B = Berat cawan abu porselen dengan daging keong gram C = Berat cawan abu porselen dengan daging keong setelah  dikeringkan gram.
3 Analisis kadar protein AOAC 1995 Tahap-tahap  yang  dilakukan  dalam  analisis  protein  terdiri  dari    tiga  tahap
yaitu destruksi, destilasi, dan titrasi. 1. Tahap destruksi
Daging  keong  ditimbang  seberat  0,3  gram  untuk  daging  kering  sedangkan untuk  daging  basah  seberat  0,5  gram,  kemudian  dimasukkan  ke  dalam  tabung
kjeltec.  Satu butir kjeltab dimasukkan ke dalam tabung tersebut dan ditambahkan 10  ml  H
2
SO
4
.    Tabung  yang  berisi  larutan  tersebut  dimasukkan  ke  dalam  alat pemanas dengan suhu 410
o
C.  Proses destruksi dilakukan sampai larutan menjadi bening.
2. Tahap destilasi Tahap  destilasi  terdiri  dari  2  tahap  yaitu  persiapan  dan  sampel.    Tahap
persiapan  dilakukan  dengan  membuka  kran  air  kemudian  lakukan  pengecekan alkali dan air dalam tanki, tabung dan erlenmeyer yang berisi aquades diletakkan
pada  tempatnya.    Tekan  tombol  power  pada  kjeltec  sistem  yang  dilanjutkan dengan  menekan  tombol  steam  dan  tungku  beberapa  lama  sampai  air  didalam
tabung  mendidih.    Steam  dimatikan  dan  tabung  kjeltec  dan  erlenmeyer dikeluarkan dari alat kjeltec sistem.
Tahap  sampel  dilakukan  dengan  meletakkan  tabung  yang  berisi  daging keong  yang  sudah  didestruksi  ke  dalam  kjeltec  sistem  beserta  erlenmeyer  yang
diberi  asam  borat.    Destilasi  dilakukan  sampai  volume  larutan  dalam erlenmeyer yang berisi asam borat mencapai 200 ml.
3. Tahap titrasi Titrasi  dilakukan  dengan  menggunakan  HCl  0,1  N  sampai  warna  larutan
pada erlenmeyer berubah warna menjadi pink. Perhitungan kadar protein pada daging keong matah merah :
Nitrogen = ml HCl daging keong – ml HCl blankox 0,1 N HCl x 14 x 100 mg daging keong
Kadar Protein =  Nitrogen x 6,25
4 Analisis kadar lemak AOAC 1995 Daging keong seberat 5 gram W
1
dimasukkan ke dalam kertas saring dan dimasukkan  ke  dalam  selongsong  lemak,  kemudian  dimasukkan  ke  dalam  labu
lemak  yang  sudah  ditimbang  berat  tetapnya  W
2
dan  disambungkan  dengan tabung soxhlet.  Selongsong lemak dimasukkan ke dalam ruang ekstraktor tabung
soxhlet  dan  disiram  dengan  pelarut  lemak.    Tabung  ekstraksi  dipasang  pada  alat destilasi  soxhlet  lalu  dipanaskan  pada  suhu  70
o
C  dengan  menggunakan  pemanas listrik.  Pelarut lemak yang ada dalam labu lemak didestilasi hingga semua pelarut
lemak  menguap.    Saat  destilasi  pelarut  akan  tertampung    diruang  ekstraktor, pelarut dikeluarkan sehingga tidak kembali ke dalam labu lemak, selanjutnya labu
lemak  dikeringkan  dalam  oven  pada  suhu  105
o
C,  setelah  itu  labu  didinginkan dalam desikator sampai beratnya konstan W
3
. Perhitungan kadar lemak pada daging keong :
Kadar Lemak = W
3
– W
2
x 100 W
1
Keterangan : W
1
= Berat daging keong gram W
2
= Berat labu lemak tanpa lemak gram W
3
= Berat labu lemak dengan lemak gram 3.3.3.3. Uji aktivitas antioksidan
Uji aktivitas
antioksidan dilakukan
dengan metode
DPPH Blois  diacu  dalam  Molyneux  2004.    Uji  ini  dilakukan  terhadap  ekstrak  keong
yang  didapatkan.    Satu  ml  DPPH  ditambah  metanol  p.a  hingga  menjadi  4  ml blanko.    Sampel  ekstrak  dibuat  dari  ekstrak  kasar  keong  dilarutkan  dalam
metanol  p.a  dan  dibuat  dalam  berbagai  konsentrasi.    Ekstrak  dibuat  dengan konsentrasi  ekstrak  50,  100,  500,  1000  dan  2000  ppm.    Masing-masing
konsentrasi dimasukkan dalam botol coklat lalu ditambahkan larutan DPPH 1 mM sebesar  1  ml  sehingga  volume  total  dalam  botol  coklat  menjadi  4  ml.    Masing-
masing  botol  tersebut  diinkubasi  pada  suhu  37
o
C  selama  30  menit,  selanjutnya serapannya  diukur  dengan  spektrofotometer  UV-VIS  Hitachi  U  2800    pada
panjang gelombang 517 nm.  Hambatan persentase dihitung dengan rumus : Inhibisi = Absorbansi blanko – Absorbansi sampel x 100
Absorbansi blanko
Nilai konsentrasi dan hambatan ekstrak diplot masing-masing pada sumbu x dan y.  Persamaan garis yang diperoleh dalam bentuk y= b Lnx + a digunakan
untuk mencari Inhibition Concentration 50  IC 50 dengan memasukkan angka 50  sebagai  y  sehingga  didapatkan  nilai  x  sebagai  IC  50.  Pengujian  dilakukan
sebanyak dua kali ulangan. 3.3.3.4. Uji fitokimia Harborne 1984
Uji  fitokimia  adalah  analisa  yang  mencakup  pada  aneka  ragam  senyawa organik  yang  dibentuk  dan  ditimbun  oleh  mahkluk  hidup,  yaitu  mengenai
sturuktur kimia, biosintesa, perubahan metabolisme, penyebaranya secara alamiah dan  fungsi  biologinya.    Alasan  dilakukan  analisis  fitokimia  adalah  untuk
menentukan ciri senyawa yang terdapat dalam suatu bahan yang mempunyai efek racun  atau  bermanfaat,  yang  ditunjukkan  oleh  ekstrak  kasar  bila  diuji  dengan
sistem biologi Harbone 1987. Identifikasi  senyawa  kimia  yang  berperan  sebagai  antioksidan  dalam
keong dilakukan terhadap senyawa-senyawa : a  Alkaloid
Sampel  ekstrak  sebanyak  0,5  gram  dilarutkan  dalam  beberapa  tetes  asam sulfat  2  N  kemudian  diuji  dengan  tiga  pereaksi  alkaloid  yaitu,  pereaksi
Dregendorff,  pereaksi  Meyer  dan  Wagner.    Hasil  uji  dinyatakan  positif  bila dengan  pereaksi  Meyer  terbentuk  endapan  putih  kekuningan,  endapan  coklat
dengan  pereaksi  Wagner  dan  dan  endapan  merah  sampai  jingga  dengan  pereaksi Dragendorff.
Pereaksi Meyer dibuat dengan menambahkan 1,36 HgCl
2
dengan 0,5 gram KI  lalu  dilarutkan  dan  diencerkan  dengan  akuades  menjadi  100  ml  dengan  labu
takar.  Peraksi ini tidak berwarna. Pereaksi  Wagner  dibuat  dengan  cara  10  ml  akuades  dipipet    kemudian
ditambah 2,5 gram iodin dan 2 gram kalium iodida lalu dilarutkan dan diencerkan dengan akuades menjadi 200 ml dalam labu takar.  Peraksi ini berwarna coklat.
Pereaksi  Dragendorff  dibuat  dengan  cara  0,8  gram  bismut  subnitrat ditambahkan  dengan  10  ml  asam  asetat  dan  40  ml  air.    Larutan  ini  dicampur
dengan larutan yang dibuat dari 8 gram kalium iodida dalam 20 ml air.  Sebelum
digunakan,  1  volume  campuran  diencerkan  dengan  2,3  volume  campuran  20  ml asam asetat glasial dan 100 ml air.  Pereaksi ini berwarna jingga.
b Steroid Sampel sebanyak 0,5 gram dilarutkan dalam 2 ml kloroform dalam tabung
reaksi yang kering.  Ditambahkan ke dalamnya 10 tetes anhidra asetat dan 3 tetes asam  sulfat  pekat.    Terbentuknya  larutan  berwarna  merah  untuk  pertama  kali
kemudian berubah menjadi biru dan hijau menunjukkan reaksi positif. c Flavonoid
Sampel sebanyak 0,5 gram ditambah serbuk magnesium 0,1 mg dan 0,4 ml amil alkohol campuran asam klorida 37   dan etanol 95  dengan volume yang
sama dan ml alkohol kemudian campuran dikocok.  Terbentuknya warna merah, kuning atau jingga pada lapisan amil alkohol menunjukkan adanya flavonoid.
d Saponin uji busa Saponin dapat dideteksi dengan uji busa dalam air panas.  Busa yang stabil
selama 30 menit dan tidak hilang pada penambahan 1 tetes HCl 2 N menunjukkan adanya saponin.
e Fenol Hidrokuinon pereaksi FeCl
3
Sebanyak  1  gram  sampel  keong  diekstrak  dengan  20  ml  etanol  70  . Larutan  yang  dihasilkan  diambil  sebanyak  1  ml  kemudian  ditambahkan  2  tetes
larutan  FeCl
3
5  .    Terbentuknya  warna  hijau  atau  hijau  biru  menunjukkan adanya senyawa fenol dalam bahan.
f Uji Molish Sebanyak  1  ml  larutan  sampel  diberi  2  tetes  pereaksi  molish  dan  1  ml
asam sulfat pekat melalui dinding tabung.  Uji positif yang menunjukkan adanya karbohidrat  ditandai  terbentuknya  kompleks  berwarna  ungu  diantara  2  lapisan
cairan. g Uji Benedict
Larutan  sampel  sebanyak  8  tetes  dimasukkan  ke  dalam  5  ml  pereaksi benedict.    Campuran  dikocok  dan  dididihkan  selama  5  menit.    Terbentuknya
warna  hijau,  kuning,  atau  endapan  merah  bata  menunjukkan  adanya  gula pereduksi
h Uji Biuret Sebanyak  1  ml  larutan  sampel  ditambahkan  4  ml  pereaksi  biuret.
Campuran  dikocok  dengan  seksama.    Hasil  larutan  berwarna  ungu  menunjukkan hasil uji positif adanya peptida.
i Uji Ninhidrin Sebanyak  2  ml  larutan  sampel  ditambah  beberapa  tetes    larutan
ninhidrin  0,1  .    Campuran  dipanaskan  dalam  penangas  air  selama  10  menit. Terjadinya  larutan  berwarna  biru  menunjukkan  reaksi  positif  terhadap  adanya
asam amino. 3.3.3.5. Uji bilangan peroksida
a Pembuatan minyak kelapa dan sistem emulsinya Santoso 2003 Minyak yang digunakan dalam penelitian dibuat dari parutan kelapa yang
diperas  untuk  diambil  santan  kentalnya.    Santan  kental  tersebut  dipanaskan dengan  cara  direbus  untuk  memisahkan  komponen  minyak  yang  terkandung  di
dalamnya,  kemudian  dilakukan  penyaringan  untuk  memisahkan  minyak  dan ampas  parutan  kelapa.    Filtrat  yang  dihasilkan  kemudian  disaring  lagi  dengan
kertas  Whatman  agar  diperoleh  minyak  kelapa  yang  bening.    Sistem  emulsi minyak  dibuat  dengan  mengacu  pada  metode  Santoso  2003  yang  dimodifikasi,
yaitu  dengan  menghomogenkan  3    minyak  kelapa  dan  97    air  yang mengandung 0,3  Tween 20.
b Penentuan bilangan peroksida Santoso 2003 Bilangan peroksida ditentukan berdasarkan jumlah  iodin yang dibebaskan
setelah lemak atau minyak ditambahkan kalium iodida  KI.  Bilangan peroksida adalah  nilai  terpenting  untuk  menentukan  derajat  kerusakan  pada  minyak  atau
lemak Ketaren 1986. Sistem  emulsi  lemak  ditambahkan  ekstrak  terbaik  dari  tahap  sebelumnya
sebanyak  10  mg,  15  mg,  dan  20  mg  yang  selanjutnya  disebut  sampel  minyak. Sampel minyak ditimbang sebanyak 5 gram di dalam labu erlenmeyer, kemudian
ditambahkan  30  ml  pelarut  yang  terdiri  dari  60    asam  asetat  glasial  dan  40 kloroform.    Minyak  yang  telah  larut  ditambahkan  0,5  ml  larutan  KI  jenuh  dan
didiamkan  2  menit  dalam  ruang  gelap  sambil  dikocok.    Iod  yang  terbentuk dititrasi  dengan  larutan  Na
2
S
2
O
3
0,1  N  dengan  indikator  pati  1.    Titrasi
dihentikan  saat  larutan  sampel  menjadi  tidak  berwarna.    Hasil  pengurangan volume akhir terhadap volume awal larutan Na
2
S
2
O
3
0,1 N  yang ditunjukkan oleh skala pada burret, merupakan volume total larutan Na
2
S
2
O
3
0,1 N yang digunakan untuk titrasi sampel.  Cara yang sama juga dibuat untuk penerapan blanko.  Nilai
bilangan  peroksida  dinyatakan  dengan  milliequivalen  oksigen  per  1000  gram minyak atau lemak Ketaren 1986, yaitu dengan rumus :
Meq  1000 g sampel = a-b x N x 1000 G
Keterangan : a
= jumlah ml larutan Na
2
S
2
O
3
untuk titrasi sampel b
= jumlah ml larutan Na
2
S
2
O
3
untuk titrasi blanko N
= normalitas larutan Na
2
S
2
O
3
G = berat sampel gram
3.4.  Rancangan Percobaan dan Analisis Data Steel dan Torrie 1980