Faktor Internal Konsumen Kajian Perilaku Konsumen terhadap Strategi Pemasaran Teh Herbal di Kota Bogor

g, mahkota dewa green tea 75 g, kemangi green tea 71 g dan dewa green tea 65 g. Pemasaran produk dilakukan dengan dua sistem. Pertama, melalui agendistributor dengan tujuan untuk memberikan peluang kepada masyarakat umum untuk berusaha. Kedua, dititipkan kepada PT UKMI yang bekerjasama dengan PT. Amindoway Jaya. PT. Amindoway Jaya merupakan perusahaan yang memiliki jaringan di 90 negara dan memiliki komitmen tinggi terhadap kesehatan. Tiga cara utama dari penjualan langsung adalah door to door, mail order dan manufacturer owned stored. Kegiatan promosi yang dilakukan, antara lain mengikuti pameran diantaranya GREEN FESTIVAL Botani Square Bogor, IFOODEX 2007 Indonesian food expo, Liza Herbal Exhibition at The Season of Indonesian Cultural Heritage Craft 2007, Jakarta Convention Center West Java Food Etnic 2007, Liza Herbal Exhibition in COOPERATIVE HALAL FAIR 2007, Gasibu Bandung West Java Indonesia, Liza Herbal at UKM Way Exhibition during UKM Way anniversary celebration dan banyak bekerjasama dengan Departemen terkait seperti Kementerian Koperasi dan UKM, Kadin dan Departemen Perindutrian. Kemasan yang dilengkapi dengan merek perusahaan dan keterangan-keterangan tentang produk merupakan daya ikat tersendiri. Kegiatan promosi lain yang dapat dilakukan dengan memberikan potongan harga kepada agen dan distributor.

E. Faktor Internal Konsumen

Keputusan untuk melakukan pembelian atau mengonsumsi teh herbal dipengaruhi oleh budaya dan faktor psikologis. Berbagai indikator tersebut telah diukur berdasarkan kajian emprik yang dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Budaya Konsumen

Budaya konsumen merupakan suatu yang perlu dipelajari, konsumen tidak dilahirkan untuk secara spontan mengerti tentang nilai dan norma atas kehidupan sosialnya. Konsumen harus belajar tentang apa yang diterima dari keluarga dan lingkungannya. 1 Kali 42 4 Kali 15 2 Kali 43 Persepsi konsumen terhadap sesuatu termasuk bagaimana cara berpikir, percaya dan bertindak ditentukan oleh lingkungan budaya sekitar konsumen itu berada serta kelompok yang berhubungan dengan konsumen. Dalam kajian ini, indikator budaya telah diukur berdasarkan kebiasaan minum teh herbal, jumlah atau frekuensi minum teh herbal dalam sehari dan waktu minum teh herbal. a. Kebiasaan Minum Teh herbal oleh Konsumen Kebiasaan minum teh herbal diukur dari frekuensi minum teh herbal dalam sehari. Kebiasaan minum teh herbal sebagai kebiasaan atau budaya yang dilakukan oleh responden. Sumarwan 2003, mengemukakan bahwa kebiasaan adalah berbagai bentuk perilaku dan tindakan yang diterima secara budaya. Hasil kajian memberikan informasi bahwa frekuensi konsumsi teh herbal dalam sehari erat kaitannya dengan faktor kebiasaan dalam keluarga responden, seperti yang disajikan pada Gambar 10. Gambar 10. Frekuensi konsumsi teh herbal dalam sehari oleh konsumen Sebagian besar responden mengonsumsi teh herbal dalam sehari satu 43 sampai dua kali 42 dan sisanya responden mengonsumsi lebih dari 4 kali dalam sehari 15. Hal ini mengindikasikan bahwa konsumsi teh herbal merupakan minuman yang penting bagi responden untuk mempertahankan stamina tubuh. Di Jepang, sebagaimana yang dikemukakan oleh Sulistyo 2004, bahwa orang Jepang dalam mengonsumsi minum teh herbal 5-10 cangkir dalam sehari tampaknya memiliki harapan hidup lebih panjang, karena terhindar dari kanker dan serangan jantung, serta minum teh herbal 4 cangkir dalam sehari mampu melindungi diri dari berkembangnya penyakit radang sendi dan 2 cangkir dalam sehari secara teratur dapat memberi dampak bagi tubuh manusia. Menurut Setiadi 2003, beberapa strategi pemasaran dapat dilakukan berkenan dengan pemahaman budaya suatu masyarakat. Sebagai contoh, komoditi teh hijau wangiteh herbal disenangi oleh masyarakat yang berasal Suku Jawa. Suku Jawa memiliki latar belakang budaya minum teh merupakan kebiasaan. b. Pilihan Waktu Minum Teh herbal Hasil kajian menunjukkan sebagian besar responden, memilih waktu minum teh herbal kapan saja, pagi, siang, dan malam atau pagi serta pagi saja. Hal ini menunjukkan bahwa pilihan waktu minum teh herbal tersebut sangat erat kaitannya dengan kondisi kesehatan dan stamina tubuh responden. Teh herbal menjadi pilihan dalam menjaga kesehatan. Pilihan waktu minum teh herbal dapat disajikan pada Gambar 11. Gambar 11. Waktu minum teh herbal Pagi sore dan malam 15 Pagi dan malam 15 Pagi 14 Kapan saja 56 2. Faktor Psikologis Keputusan pembelian komoditas teh herbal oleh konsumen dipengaruhi oleh faktor psikologis. Beberapa indikator yang telah diukur berdasarkan persepsi, motivasi, dan sikap serta keyakinan konsumen terhadap konsumsi teh herbal dapat dijelaskan sebagai berikut. a. Persepsi Tentang Manfaat Teh herbal Persepsi berkaitan dengan pemahaman atau pengetahuan konsumen terhadap manfaat dari minuman teh herbal, yang dirasakan selama ini adalah untuk kesehatan atau pengobatan dengan total nilai 100. Sulistyo 2004, menjelaskan bahwa hampir semua jenis teh herbal berperan besar terhadap kesehatan dan kecantikan bagi yang mengonsumsi. Daun teh hijau segar mengandung senyawa-senyawa bermanfaat seperti, polifenol, theofilin, flavonoi atau metiksantin, tannin, vitamin C dan E, katekin dan sejumlah mineral seperti Zn, Se, Mo, Ge, Mg, yang sangat berguna sebagai zat anti mutagenik dan anti kanker, mengobati saluran pencernaan, membantu menetralkan lemak dalam makanan, mencegah oksidasi lemak, menurunkan kolesterol darah, menyegarkan pernapasan, jantung koroner, stroke, osteoporosis dan gigi berlubang. Peresapan air teh melalui pori-pori wajah diyakini membuat kulit muka selalu kelihatan kencang dan bersinar sehingga memberi kesan awet muda. Demikian pula penjelasan The Stash Tea Company dikutip Wiyono 2004, bahwa teh herbal dapat digunakan untuk spa, facial beauty, hair treatment, menghitamkan dan mengkilapkan rambut. Minuman pilihan anggota keluarga pada saat sakit dapat disajikan pada Gambar 12. Gambar 12 menunjukkan responden pada umumnya menyatakan apabila ada anggota keluarga yang sakit, lebih dari separuhnya memilih minuman teh herbal pada saat sakit. Hal ini mengindikasikan bahwa kesukaan anggota keluarga pada saat sakit, sebagai bukti bahwa minuman teh herbal mempunyai manfaat bagi Gaya hidup 12 Kebutuhan Utama 48 Keamanan 40 Air teh herbal 51 Susu 10 Sirup 8 Juice 3 Air putih 28 kesehatan. Ini berarti dalam kondisi tertentu, minum teh herbal merupakan suatu pilihan terbaik, hanya saja sebagian besar konsumen belum mengetahui secara luas tentang manfaat yang besar dari minum teh herbal. Gambar 12. Minuman pilihan anggota keluarga pada saat sakit b. Motivasi Minum Teh herbal Motivasi yang dimiliki setiap konsumen berpengaruh terhadap keputusan yang diambil. Motivasi responden dalam mengkonsumsi teh herbal dapat disajikan pada Gambar 13. Gambar 13. Motivasi responden dalam mengkonsumsi teh herbal Gambar 13 menunjukkan sebagian besar responden menyatakan bahwa minuman teh herbal merupakan kebutuhan utama dalam keluarga dan minum teh herbal lebih aman untuk kesehatan bila dibandingkan dengan minuman lainnya. Namun, responden yang menyatakan minum teh herbal merupakan kebersamaan atau bagian dari gaya hidup persentasenya kecil. Hal ini mengindikasikan bahwa motivasi konsumen dalam mengonsumsi teh herbal sangat penting, seperti yang diungkapkan oleh Nugroho 2003 bahwa perilaku yang termotivasi diprakarsai oleh pengaktifan kebutuhan atau pengenalan kebutuhan. Dengan adanya motivasi tersebut pada diri seseorang menunjukkan suatu perilaku yang diarahkan pada suatu tujuan untuk mencapai sasaran kepuasan. Kondisi ini memberikan gambaran bahwa motivasi konsumen minum teh herbal sebagai kebutuhan utama keluarga, berkaitan erat dengan persepsi konsumen bahwa dengan minum teh herbal akan memberikan kenikmatan. Hal ini sejalan dengan pendapat Wiyono 2004 yang mengemukakan bahwa kenikmatan yang dirasakan dengan minum teh herbal, seperti menghilangkan rasa lelah dan lesu fisik, dapat memberikan ketenangan dalam berpikir, menghilangkan keraguan, menghilangkan demam panggung, menimbulkan kelegaan sesudah bertanding, memperoleh perasaan antusias, kenaikan intelegensi dan kemampuan berpikir maju, serta cepat mengambil keputusan. Lamb et al., 2001, menjelaskan gaya hidup merupakan cara hidup konsumen yang diidentifikasi melalui aktivitas seseorang, minat dan pendapat. Demikian halnya menurut Sumarwan 2003, gaya hidup berbeda dengan kepribadian. Kepribadian menggambarkan karaktersitik terdalam yang ada pada manusia cara berpikir, merasa dan berpersepsi, perbedaan kepribadian konsumen mempengaruhi perilakunya dalam memilih atau membeli produk teh herbal. Gaya hidup seringkali digambarkan dengan kegiatan, minat dan opini dari seseorang. Gaya hidup seseorang biasanya tidak permanen dan cepat berubah. Seseorang mungkin dengan cepat mengganti merek teh herbal yang dikonsumsi atau minuman lain setelah terpengaruh oleh salah satu iklan atau promosi tertentu. Untuk memperoleh kenikmatan dalam mengonsumsi teh herbal, konsumen mencampurkan dengan berbagai campuran misalnya gula, madu, susu dan es, seperti tampak pada Tabel 4. Tabel 4. Kebiasaan responden pada saat minum teh herbal Total Pilihan Frekuensi Tawar 51 44 Gula Manis 64 56 Jumlah 115 100

F. Kinerja Bauran Pemasaran