Soal bentuk benar-salah Soal bentuk menjodohkan Soal bentuk pilihan ganda Soal uraian

akan diujikan serta distribusi soal yang mewakili semua sub-materi yang ada. Jika kisi-kisi tidak dibuat, maka guru tidak mengetahui apakah butir-butir soal yang dibuat representatif, baik ditinjau dari terwakilinya semua sub-materi, tingkatan aspek kognitif C 1 – C 6 , maupun tingkat kesukarannya. Meski terlihat sepele, tetapi kisi-kisi mampu membantu guru untuk belajar merencanakan dengan baik evaluasi yang akan dilakukan. Berikutnya adalah memilih bentuk soal, apakah soal objektif atau uraian, tergantung tujuan penilaian yang akan dilakukan. Soal objektif membuatnya lama, biasanya hanya mengukur aspek kognitif tingkat rendah, dan ada kemungkinan peserta didik menebak jawaban, namun kelebihannya mudah dan cepat mengoreksinya, mencakup banyak materi, dan objektivitas tinggi. Sedangkan soal uraian memiliki kelebihan dan kelemahan sebaliknya. Ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan jika guru akan membuat soal objektif maupun uraian, diantaranya:

a. Soal bentuk benar-salah

 Diusahakan jumlah kunci jawaban B dan S seimbang tidak harus sama.  Usahakan jumlahnya lebih dari 50 butir soal agar dapat memenuhi validitas isi.  Hindarkan pernyataan yang terlalu umum dan kompleks.  Hindarkan kata yang berarti tak tentu, seperti umumnya, biasanya, kebanyakan.

b. Soal bentuk menjodohkan

 Jumlah butir alternatif jawaban dibuat lebih banyak.  Jumlah butir soal maksimal 5 dan jumlah butir alternatif jawaban maksimal 7.  Usahakan butir soal dan butir alternatif mengenai hal yang homogen.

c. Soal bentuk pilihan ganda

 Memenuhi kualitas dari aspek konstruksi, seperti tidak menggunakan kalimat negatif apalagi negatif ganda, pertanyaan harus tegastidak meragukan, tidak boleh menje-bak misal memberi data yang sebenarnya tidak digunakan dalam perhitungan, dan butir soal tidak bergantung pada butir sebelumnya merugikan siswa.  Memenuhi kualitas dari aspek bahasa, seperti kalimat yang komunikatif, tidak menimbulkan penafsiran ganda, menggunakan bahasa umum yang baku, dan meng-hindari penggunaan kata yang bermakna tidak tentu, misal kebanyakan, seringkali, kadang-kadang, pada umumnya.  Petunjuk tidak boleh menggunakan kata “paling benar”, karena soal objektif tidak mengenal gradasi kebenaran.  Kalimat soal stem lebih panjang daripada kalimat pada option.  Panjang option homogen.  Pola jawaban kunci tidak saistematisteratur.

d. Soal uraian

Soal uraian dikatakan soal subjektif karena besar kemungkinan masuknya unsur pribadi dalam proses koreksi atau penilaian oleh berbagai sebab, seperti jawaban yang tidak tentu terutama pertanyaan yang memerlukan penalaran dalam menjawab, faktor kenal peserta didik, tulisan, dan suasana hati. Oleh karena itu ketika kita memilih soal uraian, maka perlu mengetahui cara-cara untuk meminimalisir subjektivitas tersebut, diantaranya:  Dibuat pedoman penskoran. Penskoran dilakukan pada setiap langkah pengerjaan.  Bobot skor untuk setiap butir instrumen ditentukan berdasarkan tingkat kesulitan butir instrumen.  Soal yang teoretis ditetapkan kata kunci yang harus ada dalam jawaban peserta didik.  Mengoreksi nomor yang sama secara berurutan pada semua lembar jawaban.  Menyelesaikan koreksi dalam waktu yang sama atau berhenti mengoreksi pada nomor soal yang sama, karena suasana hati mempengaruhi hasil penilaian.  Menutup identitas.  Menghindari kata tanya “Menurut pendapat Anda”, “Apa yang Anda ketahui”, “Sejauh-mana”, “BolehkahDapatkah”, jika tidak menginginkan pendapat peserta didik sendiri.

4. Instrumen Penilaian Non UjianNon-tes