Bentuk-Bentuk Interaksi Edukatif Dalam Surat Abasa Ayat 1-10

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 113

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berawal dari latar belakang permasalahan kemudian diarahkan dengan perspektif teori sehingga mengantarkan pada pemaparan data dan melahirkan analisa, pada akhirnya tema besar tentang Pola Interaksi Guru dengan Murid dalam Kajian al- Qur’an surat Abasa ini menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Pola interaksi guru dengan murid agar tujuan pendidikan dalam proses pembelajaran tercapai Pola interaksi antara guru dengan murid dalam surat abasa ayat 1- 10 menggunakan model pembelajaran dua arah yaitu komunikasi yaikni, guru aktif dan murid juga aktif. Pola komunikasi ini biasanya dalam proses pembelajaran menggunakan metode tanya jawab, setelah guru menjelaskan tentang suatu materi, maka guru akan memberi kesempatan kepada murid untuk bertanya, yang kemudian pertanyaan tersebut akan dijawab oleh guru. Pola interaksi guru dengan murid dalam bentuk ini, guru merupakan salah satu sumber belajar, bukan sekedar menyuapi materi kepada murid. Jadi guru sebagai salah satu sumber pengetahuan tetapi hal itu tidak mutlak. Guru melontarkan masalah-masalah kepada murid, agar murid mampu dan timbul inisiatif untuk memecahkan masalah tersebut. Guru memberikan aksi-aksi yang merangsang murid untuk mengadakan reaksi. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Dengan demikian, terjadilah interaksi antara guru dengan murid. Ada hubungan timbal balik antara guru dengan murid dalam proses pembelajaran. 2. Pandangan Para Mufassir tentang Pola Interaksi Guru dengan Murid dalam Surat Abasa ayat 1-10 dalam proses pembelajaran Menurut pandangan para mufassir kandungan surat Abasa ayat 1 sampai 10 yang pertama yakni teguran Allah kepada Nabi Muhammad karena bermuka masam dan berpaling dari Abdullah Ibnu Ummi Maktum, seorang sahabat yang buta dan memohon diberi pelajaran oleh Nabi SAW ketika beliau sedang sibuk menghadapi pembesar-pembesar Quraisy untuk diajak masuk islam. Seorang guru hendaknya tidak bermuka masam terhadap peserta didiknya, karena interaksi akan berjalan dengan baik jika komunikasi antara guru dengan murid berlangsung dengan baik dengan berwajah manis dan bersikap lemah lembut terhadap peserta didik. Yang kedua, yaitu berisi mengenai orang yang merasa dirinya sudah pintar, tidak perlu diajari lagi, atau yang merasa dirinya kaya sehingga merasa rendah kalau menerima ajaran dari orang yang dianggapnya miskin, atau merasa dirinya sedang berkuasa sehingga marah kalau mendengar kritik dari rakyat yang dipandangnya rendah. Ketiga, berisi mengenai bahwasannya Allah telah membayangkan, bahwa engkau tidaklah akan rugi kalau orang yang tidak mau menempuh jalan kesucian. Yang akan rugi hanya mereka sendiri, karena masih bertahan dalam penyembahan kepada berhala. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Yang terakhir, di simpulkan bahwa Allah menerangkan peristiwa Ibnu Ummi Maktum dan celaan-Nya kepada Rasul-Nya dalam peristiwa tersebut, kemudian Dia menjelaskan bahwa hidayah yang diberikan oleh Allah kepada Manusia dengan lisan Rasul-Nya, itu bukanlah hidayah yang ditambatkan dan ditetapkan dalam hati seseorang, akan tetapi berupa peringatan yang diberikan kepada orang yang lalai mengenai ke Esaan Allah, sebagai tabi’at yang ada pada manusia. Karena itu barangsiapa mengenyampingkan ketauhidan, berarti ia menentang seruan inderawinya sendiri dan melawan tabi’at yang telah Allah tanamkan didalam jiwanya.

B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka demi kemajuan dan perbaikan dalam bidang-bidang pendidikan, peneliti merasa perlu memberikan saran- saran sebagai berikut: 1. Bagi akademik, hasil penelitian ini masih jauh dari sempurna, sehingga perlu diadakan penelitian lanjutan terkait pola interaksi guru dengan murid yang sifatnya lebih mendalam. Karena keterbatasan pengetahuan dan sumber yang penulis gunakan, maka alangkah baiknya jika disempurnakan oleh peneliti selanjutnya. 2. Bagi calon Guru, Guru merupakan seorang pendidik yang berperan penting bagi perkembangan anak fan demi tercapainya suatu tujuan pendidikan dalam proses pembelajaran. Guru harus menyadari tanggung jawab yang besar sebagai seorang pendidik. Karena seorang guru akan menjadi panutan oleh murid-muridnya dalam berbagai situasi. Oleh karena digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id itu, guru haruslah memiliki sikap, perilaku, dan ucapan yang baik sebagai contoh bagi murid-muridnya. 3. Bagi anakdidik, dalam al-Qur’an surat Abasa ini terdapat banyak interaksi antara pendidik dan peserta didik. Oleh karena itu ada baiknya interaksi tersebut dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. 4. Bagi pembaca secara umum, interaksi yang ada dalam surat Abasa ini sebaiknya harus lebih dikembangkan lagi dalam dunia pendidikan, dan diadakan penelitian yang lebih jauh lagi dalam hal mengkaji ilmu-ilmu pendidikan dalam al- Qur’an demi tujuan dakwah Islamiyah dan perkembangan ilmu pendidikan Islam. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id DAFTAR PUSTAKA Abi Zakarah Yahya bin Syarif An-Nawawi, Mahyudin.1992. Riyadhus Sholihin.Semarang: Toha Putra. Abdul Wahid, Ramli .2002. Ulumul Qur’an I. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Ahmadi, Abu. 1982. Sosiologi Pendidikan. Surabaya : Bina Ilmu. Ahmadi, Abu. 1997. Strategi Belajar Mengajar. Bandung:Pustaka Setia. Al-Barry M. Dahlan Y dan Yacub L. Lya Sofyan. 2003. Kamus Induk Istilah Ilmiah. Surabaya : Target Press. Ali, Muhamad. 1987. Penelitian Kependidikan : Prosedur dan Strategi. Bandung: Angkasa. Al-Mundziri, Imam.2003. Ringkasan Hadis Shahih Muslim, Penterjemah Drs.Achmad Zaidun. Jakarta : Pustaka Amani. Amin, Ahmad.2001. Etika Ilmu Akhlak. Alih Bahasa Farid Ma’ruf. Jakarta : Bulan Bintang. Anshari, Hasan. 2008. Etika Akademis Dalam Islam. Yogyakarta:Tiara Wacana. As-Shiddieqy, M. Hasbi. 2010. Ilmu-Ilmu Al- Qur’an. Semarang : PT Pustaka Rizki Putra. Arifin, M.1994. Ilmu Pendidikan Islam Suatu Tinjuan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner. Jakarta : Bumi Aksara. Atmodiwirio, Soebagio. 2000. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: Ardadizya Jaya. Aunurrahman. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Penerbit Alfabeta Slameto. Bahri Djamarah Syaiful. 2005. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: P.T. Rineka Cipta. Bahjat, Ahmad.2002. Hakekat Cinta dan kasih sayang dalam agama. Bandung: Pustaka Hidayah. Daryanto.2010. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.