digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
dimana guru menugaskan anak didik untuk berdiskusi dengan temannya tentang suatu masalah atau materi yang sedang dipelajari. Sebenarnya
interaksi yang seperti ini bukan sekedar adanya aksi dan reaksi, melainkan juga adanya hubungan interaktif antara setiap individu. Setiap individu
ikut aktif dan tiap individu mempunyai peran. Dalam hal ini guru hanya menciptakan situasi dan kondisi agar tiap individu murid dapat aktif
belajar. Yang dimana suasana atau proses belajar mengajar yang aktif. Masing-masing siswa sibuk belajar dan melaksanakan tugas yang
diberikan oleh guru. Setiap murid memegang peran didalam proses belajar mengajar
seperti ini. Guru akan mengawasi dan mengarahkan serta membimbing murid dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, interaksi belajar
mengajar berlangsung timbal balik. Murid dapat menerima pelajaran dari guru dan mendapat pengalaman dari siswa lain. Kegiatan seperti ini
menimbulkan adanya interaktif antara guru dengan murid, serta antara murid dengan murid
21
.
21
Ibid., h 40.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
4. Model Pembelajaran Multi Arah
Gambar 4.1Pola Komunikasi Multi Arah Model ini terjadi antara pendidikguru -anak didikmurid-anak
didikmurid-pendidikguru, interaksi
yang optimal
yang memungkinkan adanya kesempatan yang sama bagi setiap anak didik
dan guru untuk saling berdiskusi
22
. Interaksi ini, murid dihadapkan pada suatu masalah, dan murid
sendiri lah yang memecahkan masalah tersebut, kemudian hasil diskusi murid-murid tersebut dikonsultasikan kepada guru. Sehingga dari
interaksi seperti ini, murid memperoleh pengalaman dari teman-
22
Roestiyah N.K, Masalah Pengajaran, Jakarta : Rineka Cipta, 1994, h. 44.
Guru
Murid Murid
Murid Murid
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
temannya sendiri. Pola interaksi seperti ini, guru harus memberi motivasi agar murid-murid mampu memahami masalah dan dapat
memecahkan masalah tersebut. Dengan kondisi belajar seperti ini, maka setiap siswa ketika menghadapi suatu masalah akan aktif
mencari jawaban atas segala inisiatifnya sendiri. Guru hanya membimbing, mengarahkan dan menunjukkan sumber belajar
23
. 5.
Model Pembelajaran Segala Arah melingkar
Gambar 5.1 Pola Komunikasi Melingkar Segala Arah
23
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005, h 8.
Murid
Murid Murid
Murid
Murid Guru
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Pola komunikasi melingkar ini, setiap anak didik mendapat giliran untuk mengemukakan pendapat atau jawaban dari
pertanyaan, dan tidak diperbolehkan berpendapat atau menjawab sampai dua kali sebelum semua anak didik mendapat giliran
24
.
E. Ciri-ciri Interaksi Edukatif
Sebagai interaksi yang bernilai normatif, maka interaksi edukatif mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Interaksi edukatif mempunyai tujuan
Tujuan dalam interaksi edukatif adalah untuk membantu anak didik dalam suatu perkembangan tertentu. Inilah yang dimaksud interaksi
edukatif sadar akan tujuan dengan menempatkan anak didik sebagai pusat perhatian, sedangkan unsur lainnya sebagai pengantar dan pendukung.
2. Mempunyai prosedur jalannya interaksi yang direncana
Agar dapat mencapai tujuan secara optimal, maka dalam melakukan interaksi perlu ada prosedur atau langkah-langkah sistematik yang
relavan. Untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran yang satu dengan yang lain, mungkin akan membutuhkan prosedur dan desain yang
berbeda-beda. 3.
Interaksi edukatif ditandai dengan penggarapan materi khusus Dalam hal materi harus didesain sedemikian rupa, sehingga cocok
untuk mencapai tujuan. Dalam hal ini perlu memperhatikan
24
Ibid., h 9.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
komponen-komponen pengajaran yang lain. Materi harus sudah didesain dan disiapkan sebelum berlangsungnya interaksi edukatif
25
. 4.
Ditandai dengan aktivitas anak didik Sebagai konsekuensi, bahwa anak didik merupakan sentral, maka
aktivitas anak didik merupakan syarat mtlak bagi berlangsungnya interaksi edukatif. Aktivitas anak didik dalam hal ini baik secara fisik
maupun mental aktif. Inilah yang sesuai dengan konsep CBSA Cara Belajar Siswa Aktif.
5. Guru berperan sebagai pembimbing
Dalam perannya sebagai pembimbing, guru harus berusaha menghidupkan dan memberikan motivasi agar terjadi proses interaksi
edukatif yang kondusif. Guru harus siap sebagai mediator dalam segala situasi proses interaksi edukatif, sehingga guru merupakan tokoh yang
akan dilihat dan ditiru tingkah lakunya oleh anak didik. guru lebih baik bersama anak didik sebagai desainer akan memimpin terjadinya
interaksi edukatif. 6.
Interaksi edukatif membutuhkan disiplin Disiplin dalam interaksi edukatif diartikan sebagai suatu pola
tingkah laku yang diatur menurut ketentuan yang sudah ditaati dengan sadar oleh pihak guru maupun pihak anak didik. Mekanisme konkret
dari ketaatan pada ketentuan atau tata tertib itu akan terlihat dari pelaksanaan prosedur. Jadi, langkah-langkah yang dilaksanakan akan
25
Hasibuan, Proses Belajar Mengajar , Bandung:Remaja Rosdakarya Offset, 1992,h 110.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
sesuai dengan prosedur yang sudah digariskan. Penyimpangan dari prosedur, berarti suatu indikator pelanggaran disiplin
26
. 7.
Mempunyai batas waktu Untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam sistem
berkelas kelompok nak didik, batas waktu menjadi salah satu ciri yang tidak bisa ditinggallkan. Setiap tujuan akan diberi waktu tertentu,
kapan tujuan harus sudah tercapai. 8.
Diakhiri dengan evaluasi Dari seluruh kegiatan tersebut, masalah evaluasi merupakan bagian
penting yang tidak bisa diabaikan. Evaluasi harus guru lakukan untuk mengetahui tercapai atau tidak tujuan poengajaran yang telah
ditentukan
27
.
F. Bentuk-bentuk Pola Interaksi Edukatif
1 Pola Interaksi Belajar Mengajar Klasik
Pada masa awal-awal Islam proses pendidikan dilakukan dengan cara atau metode dan sarana yang sangat sederhana, pembelajaranpun
dilakukan pada mesjid-mesjid dan di rumah-rumah, lembaga pendidikan yang lebih maju baru pada masa khalifah Abbasiyah yang telah
mendirikan lembaga-lembaga pendidikan yang lebih modern. Dalam
26
Ibid., h 111.
27
Syaiful Bahri Djamarah, “Guru dan Anak Didik...., h. 21.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
mengajar, seorang guru menggunakan beberapa cara pola dalam interaksi dengan murid-muridnya misalnya
28
: a
Halaqah lingkaran studi Cara atau pola interaksi dalam bentuk halaqah seperti ini
diterapkan oleh beberapa tokoh terkenal dalam Islam seperti Ibn Sina dan al-Ghazali, Ibnu Sina menyelenggarakan halaqah mulai saat fajar
hingga pertengahan waktu pagi. Dalam Halaqah ini dilakukan beberapa kegiatan seperti berdiskusi dan membaca kitab.
b Penyajian materi kuliah
Pola interaksi seperti ini, dimana seorang syekh guru, memulai perkuliahan dengan memberikan garis-garis umum,
dilanjutkan dengan penjelasan secara detail, tentang sub-sub judul, dan pemaparan bagaimana topik itu saling berhubungan secara terpadu.
c Menghafal
Al-Qabisi seorang praktisi dan tokoh pendidikan Islam menjelaskan tentang metode-metode yang dapat digunakan para guru
dalam melaksanakan tugas pengajaran di antaranya adalah; menghafal, individual dan klasikal, pengikut sertaan dalam mengajar. Metode
menghafal ini lebih tepat digunakan pada pengajaran al- Qur’an dan
pelajaran menghitung, sebab para siswa harus mengingat ayat-ayat al- Qur’an atau cara-cara menjumlah, dalam pembelajaran al-Qur’an para
siswa disuruh menghafal al- Qur’an dan mengulanginya hingga siswa
28
Abudin Nata, Perspektif Tentang Pola Interaksi Guru dengan Murid, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001, h 93-94.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
tersebut menghafalnya sampai lancar. Pada tingkat dasar guru tidak menjelaskan tentang makna-makna yang terkandung dalam ayat-ayat
yang dihafal para siswa
29
. d
Individual dan klasikal Metode ini harus digunakan oleh para guru untuk
memantapkan pelajaran kepada murid-muridnya, sebab pembelajaran secara kelompok dapat menyembunyikan ketidaktahuan individu pada
materi yang diberikan guru, dengan demikian anak-anak mula-mula diajarkan secara berkelompok dan kemudian dilanjutkan dengan cara
individual. e
Mengikut sertakan murid dalam kegiatan belajar mengajar. Murid-murid yang pandai diikut sertakan dalam mengajar,
misalnya untuk mendiktekan pelajaran kepada teman-temannya yang lain, karena yang demikian sangat bermanfaat bagi mereka, untuk
membiasakan diri dan memiliki kemampuan dalam mengajar jika telah cukup berpengalaman.
f Keteladanan
30
Di dalam al Qur’an banyak ayat-ayat yang menjelaskan tentang cara-cara seseorang untuk menyampaikan pesan-pesan yang baik
kepada orang lain salah satu cara atau metodenya adalah dengan memberikan contoh teladan, Muhammad Qutbh menjelaskan bahwa,
29
Usman Husen, Sejarah Pendidikan Islam , Banda Aceh: Ar-raniry Press, 2008 ,h 95.
30
Hasan Anshari, Etika Akademis Dalam Islam,Yogyakarta:Tiara Wacana,2008, h 56.