Merger dan Akuisisi Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Dampak Merger Perguruan Tinggi: studi kasus merger UKSW dan STIBA Satya Wacana T2 912011016 BAB II

15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Merger dan Akuisisi

Merger adalah penggabungan dua atau lebih perusahaan yang kemudian hanya ada satu perusahaan yang tetap hidup sebagai badan hukum, sementara yang lainya menghentikan aktivitasnya atau bubar. Akuisisi adalah bentuk pengambilalihan kepemilikan perusahaan oleh pihak pengakuisisi acqiurer sehingga akan mengakibatkan berpindahnya kendali atas perusahaan yang diambi alih acquiree tersebut Moin, 2007. Menurut Ahmadvant 2012, merger adalah sebuah proses evolusi dengan tahapan dan tingkat dan tantangan yang berbeda dan masalah dapat terjadi pada beberapa waktu selama perubahan organisasi. Leo Goedegebuure dalam Malatjie , 2007 menyebutkan bahwa merger di perguruan tinggi merupakan kombinasi dari dua atau lebih lembaga terpisah menjadi entitas organisasi tunggal yang baru, di mana kontrol bersandar dengan badan tunggal dan kepala badan eksekutif tunggal, dan dimana semua aset, kewajiban, dan tanggung jawab lembaga- lembaga lama ditransfer ke lembaga tunggal baru. Merger merupakan salah satu strategi perusahaan yang penting untuk dapat menghadapi kekuatan - kekuatan yang mendorong terjadinya perubahan ekonomi. Pada dasarnya, strategi merger dilakukan dengan tujuan untuk memperkuat dan memperbesar perusahaan, mencapai keseimbangan dalam operasional perusahaan, meningkatkan penggunaan teknologi dan 16 efisisensi dalam skala usaha untuk memperbesar pasar dan beberapa keuntungan lainnya. Faktor - faktor yang mendorong terjadinya merger yaitu : peluang yang cukup, kapasitas keuangan, inovasi manajemen dan organisasi, adanya motivasi yang kuat, yaitu : mengurangi dan mendisverifikasi resiko yang ada, reaksi terhadap adanya persaingan, persepsi terhadap aset perusahaan, keuntungan dalam hal pajak dan peraturan, adanya idle cash, memudahkan untuk memperoleh proses dan teknologi baru, motif psikologis dan emosional, mencari sinergi bagi perusahaan. Lebih lanjut Moin 2007 menguraikan beberapa motif atau yang melatarbelakangi dilakukanya suatu M A yaitu : a motif ekonomi, yaitu bertujuan untuk meningkatkan nilai perusahaan atau memaksimumkan kemakmuran pemegang saham. Motif ekonomi yang lainya ialah mengurangi waktu, biaya dan resiko kegagalan memasuki pasar baru, memperluas pangsa pasar, mengurangi persaingan dan mencapai posisi strategis perusahaan agar memberikan keunggulan kompetitif. b Motif sinergi, yaitu bertujuan agar terjadi keefisienan biaya dengan cara mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya perusahaan, memiliki struktur modal yang kuat sehingga memiliki resiko kebangkrutan yang kecil dan adanya transfer skill manejerial dan teknologi. c Motif diversifikasi, yaitu bertujuan untuk mengurangi ketidakstabilan arus penerimaan kas dan keuntungan dengan melakukan pemberagaman bisnis. d Motif non ekonomi terjadi apabila M A dilakukan bukan berdasarkan pada pertimbangan-pertimbangan lain namun prestisi dan ambisi yang berasal dari kepentingan personal baik dari manajerial maupun dari pemik perusahaan. 17 Pada dasarnya pendorong perusahaan melakukan merger ialah karena dinilai akan mendapatkan manfaat lebih dari proses tersebut. Menurut Gie dalam Payamta, 2004, merger memberikan beberapa manfaat yaitu komplentari, pooling kekuatan, mengurangi persaingan dan menyelamatkan perusahaan dari kebangkrutan. Secara spesifik Moin 2007 menyebutkan ada delapan manfaat yg dapat diperoleh dari M A yaitu: 1 Mendapatkan cash flow dengan cepat karena produk dan pasar sudah jelas. 2 Memperoleh kemudahan danapembiayaan karena kreditor lebih percaya dengan perusahaan yang telah berdiri dan mapan. 3 Memperoleh karyawan yang telah berpengalaman. 4 Mendapatkan pelanggan yang telah mapan tanpa harus merintis dari awal. 5 Memperoleh sistem operasional dan administratif yang mapan 6 Mengurangi resiko kegagalan bisnis karena tidak harus mencari konsumen baru. 7 Menghemat waktu untuk memasuki bisnis baru. 8 Memperoleh infrastruktur untuk mencapai pertumbuhan yang lebih cepat. Menurut Ole 1999, kondisi secara umum dalam merger perguruan tinggi:  Pertama, merger tidak muncul untuk menjadi pernikahan antara mitra yang setara. Semakin besar perbedaan antara lembaga yang terlibat, semakin besar probabilitas bahwa merger akan berhasil.  Kedua, kedekatan geografis memainkan peran penting dalam hal lembaga yang harus digabung. Merger paling sukses terjadi antara lembaga yang secara fisik tidak jauh dari satu sama lain, atau sama tempat.  Ketiga, ada indikasi jelas bahwa merger untuk memperbaiki posisi di masa depan lembaga baru, terutama dalam kaitannya dengan nafas yang berbeda pendidikan. 18  Keempat, merger ditandai oleh kontradiksi antara mempertahankan status quo dan menerapkan perubahan.  Kelima, pelaksanaan tujuan organisasi sering terjadi pada biaya kebutuhan individu  Keenam, proses merger sering terhubung ke masalah, stres, ketakutan, dan sebagian perencanaan yang tidak memadai di semua tingkat.  Ketujuh, tampak bahwa merger pada umumnya dicirikan oleh terlalu banyak top-down proses dan proses terlalu sedikit bottom-up .  Kedelapan, merger muncul karena kondisi eksternalfaktor, misalnya dalam reaksi terhadap kebijakan publik atau perubahan kompetitif dalam pendidikan tinggi lembaga.  Kesembilan, hasil banyak studi kasus di berbagai Negara menunjukkan bahwa pertanyaan-pertanyaan administratif dan efisiensi tampaknya telah mendominasi proses setidaknya empat sampai lima tahun pertama setelah merger, bahkan jika keuntungan akademik adalah alasan utama di balik merger. Berdasarkan keterangan pengurus YPTKSW, merger UKSW dan STIBA dilatarbelakangi oleh keinginan Fakultas Bahasa dan Sastra UKSW membuka program studi baru. Program studi yang hendak dibuka merupakan salah satu program studi yang telah dimiliki oleh STIBA. Pada bulan April 2012 akhirnya pihak UKSW dan STIBA mencapai suatu kesepakatan untuk menggabungkan kedua lembaga. Kesepakatan kedua lembaga diwujudkan dalam penandatanganan Nota kesepakatan antara UKSW dan STIBA yang dimuat dokumen bernomor 138Rek.NK42012 dan nomor 15205.1StiBA-SWIV2012 oleh pimpinan kedua lembaga. 19

2.2. Keamanan Kerja

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Dampak Merger Perguruan Tinggi: studi kasus merger UKSW dan STIBA Satya Wacana

0 0 105

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Dampak Merger Perguruan Tinggi: studi kasus merger UKSW dan STIBA Satya Wacana T2 912011016 BAB I

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Dampak Merger Perguruan Tinggi: studi kasus merger UKSW dan STIBA Satya Wacana T2 912011016 BAB IV

0 0 80

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Dampak Merger Perguruan Tinggi: studi kasus merger UKSW dan STIBA Satya Wacana T2 912011016 BAB V

0 0 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Dampak Merger Perguruan Tinggi: studi kasus merger UKSW dan STIBA Satya Wacana

0 0 18

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Bank Lokal dengan Merger dalam Rangka Pemberdayaan Ekonomi Rakyat D 902006001 BAB II

0 0 40

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Value Chain dan Kinerja Fakultas di Perguruan Tinggi T2 912011010 BAB II

0 0 18

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Christian Entrepreneurship T2 912010027 BAB II

0 1 59

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kewajiban Notifikasi pada Perusahaan yang Melakukan Merger dan Akuisisi

0 0 11

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kompararif Kinerja Acquirer Sebelum dan Sesudah Merger dan Akuisisi

0 0 14