Sumber Gas Metana Akibat Gas Metana 1. Pemanasan Global

commit to user 12

3. Gas Metana a. Deskripsi Gas Metana

Metana adalah senyawa kimia dengan rumus kimia CH 4 . Ini adalah alkana sederhana, dan komponen utama gas alam David dan Kenneth, 2003. Metana adalah gas dengan emisi rumah kaca 23 kali lebih ganas dari karbondioksida CO 2 , yang berarti gas ini merupakan kontributor yang sangat buruk bagi pemanasan global yang sedang berlangsung Nicky, 2010. Gas metana CH 4 merupakan hasil fermentasi anaerob karbohidrat struktural maupun non struktural oleh metanogen mikrobia penghasil metana di dalam rumen ternak ruminansia, dan selanjutnya dikeluarkan ke atmosfer melalui proses eruktasi Santoso dan Hariadi, 2007.

b. Sumber Gas Metana

Menurut Ensiklopedia Britanica, gas metana dapat terkumpul pada cekungan batubara. Gas metana juga dapat terbentuk akibat dekomposisi dari tanaman yang dimakan oleh mikroba metanogen. Selain itu gas metana ada di dalam rumen, atau hancuran tumbuhan yang sedang dicerna dalam perut sapi Witarto, 2008. Sumber gas metana atau CH 4 ada di mana-mana, bukan hanya dari rawa atau lahan basah. Gas metana juga bisa muncul akibat aktivitas manusia, mulai dari toilet di rumah tangga, lahan pertanian, dan peternakan, hingga tempat pembuangan sampah. Namun, penghasil metana paling menonjol adalah sektor pertanian dan peternakan Ikawati, 2010. commit to user 13

c. Akibat Gas Metana 1. Pemanasan Global

Gas metana menghasilkan gas rumah kaca 23 kali lebih besar dan nitrooksida 296 kali lebih banyak jauh di atas karbondioksida. Pemanasan global global warming pada dasarnya merupakan fenomena peningkatan temperatur global dari tahun ke tahun karena terjadinya efek rumah kaca greenhouse effect yang disebabkan oleh meningkatnya emisi gas-gas seperti karbondioksida CO 2 , karbonmonoksida CO, gas metana CH 4 , dinitrooksida N 2 O, chloroflourocarbon CFC, yang terdiri dari haloflouricarbon HFC dan perflourocarbon PFC serta sulfur hexaflouride SF 6 sehingga energi matahari terperangkap dalam atmosfer bumi. Panas matahari masuk ke bumi, sebagian akan diserap bumi dan sisanya akan dipantulkan kembali ke angkasa sebagai gelombang panjang. Namun, panas yang seharusnya dapat dipantulkan kembali ke angkasa, terperangkap di dalam bumi akibat meningkatnya konsentrasi gas tersebut menyelimuti atmosfer bumi. Maka, panas matahari yang tidak dapat dipantulkan ke angkasa akan meningkat pula yang berakibat bumi jadi semakin panas Badunglahne, 2010. Pemanasan global mengakibatkan dampak yang luas dan serius bagi lingkungan biogeofisik seperti pelelehan es di kutub, kenaikan muka air laut, perluasan gurun pasir, peningkatan hujan dan banjir, perubahan iklim, punahnya flora dan fauna tertentu, migrasi fauna dan hama penyakit. Dampak bagi aktivitas sosial-ekonomi masyarakat meliputi : a gangguan terhadap fungsi kawasan pesisir dan kota pantai, b gangguan terhadap fungsi prasarana dan sarana seperti commit to user 14 jaringan jalan, pelabuhan dan bandara c gangguan terhadap permukiman penduduk, d pengurangan produktivitas lahan pertanian, e peningkatan resiko kanker dan wabah penyakit. Pemanasan global juga membawa satu potensi bencana besar, yaitu mencairnya metana hydrates yakni metana beku yang tersimpan dalam bentuk es. Jumlahnya sebanyak 3.000 kali dari metana yang ada di atmosfer. Planet bumi menyimpan metana beku dalam jumlah yang sangat besar yang disebut dengan metana hydrates atau metana clathrates. Metana hydrates banyak ditemukan di kutub utara dan kutub selatan, dimana suhu permukaan air kurang dari 0 C, atau dasar laut pada kedalaman lebih dari 300 meter, dimana temperatur air ada di kisaran -20 C Badunglahne, 2010. Pemanasan global akan membuat suhu es di kutub utara dan kutub selatan menjadi semakin panas, sehingga metana beku yang tersimpan dalam lapisan es di kedua kutub tersebut juga ikut terlepas ke atmosfer. Para ilmuwan memperkirakan bahwa Antartika menyimpan kurang lebih 400 miliar ton metana beku, dan gas ini dilepaskan sedikit demi sedikit ke atmosfer seiring dengan semakin banyaknya bagian-bagian es di antartika yang runtuh Badunglahne, 2010. Pemanasan global akibat akumulasi gas-gas di atmosfer, di antaranya metana, menimbulkan efek lanjutan, yaitu perubahan iklim dan kondisi lingkungan bumi yang memburuk. Selama ini perhatian banyak dipusatkan untuk menekan gas karbon. Padahal, metana-lah yang menjadi penyebab terbesar pemanasan global. Maka, belakangan sasaran mulai diarahkan pada gas yang satu ini Ikawati, 2010. commit to user 15

b. Kepunahan Spesies

Dokumen yang terkait

Fermentabilitas dan Kecernaan In Vitro Bulu Ayam dan Limbah Udang yang Diolah dengan Beberapa Teknologi Pengolahan Bahan Pakan

3 46 58

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN WARU LANDAK (Hibiscus mutabillis) TERHADAP PERTUMBUHAN Shigella dysentriae SECARA IN VITRO

2 25 17

AKTIVITAS ANTIJAMUR EKSTRAK ETANOL DAUN WARU LANDAK (Hibiscus mutabilis) TERHADAP PERTUMBUHAN Candida albicans SECARA IN VITRO

0 12 17

Formulasi Laru Termpe Terstandar dari Isolat Usar Daun Waru (Hibiscus tiliaceus)

6 23 100

Efektivitas Tanaman Herbal Terhadap Fermentasi Rumen, Emisi Gas Metan Dan Populasi Protozoa In Vitro

0 6 40

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI FRAKSI A EKSTRAK METANOL DAUN WARU (Hibiscus tiliaceus L.) TERHADAP UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI FRAKSI A EKSTRAK METANOL DAUN WARU (Hibiscus tiliaceus L.) TERHADAP Staphylococcus aureus DAN Pseudomonas aeruginosa MULTIRESISTEN AN

0 0 17

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI FRAKSI C EKSTRAK METANOL DAUN WARU (Hibiscus tiliaceus L.) TERHADAP Staphylococcus aureus UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI FRAKSI C EKSTRAK METANOL DAUN WARU (Hibiscus tiliaceus L.) TERHADAP Staphylococcus aureus DAN Pseudomonas aerugi

0 0 8

PENGARUH AMOMASI DAN FERMENTASI TIGA VARIETAS JERAMI PADI TERHADAP KARAKTERISTIK CAIRAN RUMEN ( NH3, VFA DAN pH ) SECARA IN- VITRO.

0 0 6

PENGARUH SUPLEMENTASI MINERAL SULFUR atau PHOSPOR PADA DAUN KELAPA SAWIT AMMOMASI TERHADAP KARAKTERISTRIK CAIRAN RUMEN SECARA In-VITRO.

0 1 7

PENGARUH LAMA PENGERINGAN DAUN KALIANDRA (Calliandra calothyrsus) PADA PENGERINGAN NAUNGAN TERHADAP POPULASI BAKTERI DAN PROTOZOA CAIRAN RUMEN IN VITRO.

0 0 2