Penurunan Protozoa dengan Saponin Tumbuhan Waru Hibiscus tiliaceus L. sebagai Agen Penurun Protozoa

commit to user 19

5. Penurunan Protozoa dengan Saponin

Saponin adalah glikosida terpen atau steroid yang terdistribusi luas dalam tumbuhan, dan telah dilaporkan lebih dari 500 jenis tumbuhan mengandung saponin Fitroh,1997. Saponin dapat diekstraksi dengan pelarut metanol menggunakan cara maserasi, kemudian dilanjutan pemisahan dan pemurnian dengan kromatografi kolom vakum dan kromatografi kolom Fitroh,1997. Saponin mempunyai pengaruh yang lebih menguntungkan pada ruminansia dibandingkan pada non ruminansia. Saponin dapat meningkatkan sintesis protein mikroba rumen dan menurunkan degradabilitas protein dalam rumen. Sumber utama protein bagi ternak ruminansia adalah protein pakan yang lolos dari degradasi di dalam rumen UDP dan protein mikroba rumen. Peningkatan sintesis protein mikroba rumen dan protein by-pass berarti meningkatkan pasokan nutrien ke dalam intestin. Penurunan degradasi protein dalam rumen dapat terjadi karena terbentuknya kompleks protein-saponin yang sedikit tercerna dan terkait dengan kemampuan saponin sebagai agen defaunasi yang menyebabkan penurunan total populasi protozoa rumen. Penurunan populasi protozoa dapat meningkatkan aliran N bakteri rumen ke duodenum, karena pemangsaan protozoa terhadap bakteri menurun tajam Suparjo, 2009. Saponin adalah glikosida yang berinteraksi dengan kolesterol yang ada di membran dari sel protozoa dan menyebabkan lysis sel Hess et al. 2003. Keberadaan kolesterol pada membran sel eukariotik termasuk protozoa, tetapi tidak terdapat pada sel bakteri prokariotik, memungkinkan protozoa rumen lebih rentan terhadap saponin karena saponin mempunyai daya tarik menarik terhadap commit to user 20 kolesterol. Populasi bakteri rumen tidak mengalami gangguan karena disamping bakteri tidak mempunyai sterol yang dapat berikatan dengan saponin, bakteri mempunyai kemampuan untuk memetabolisme faktor antiprotozoa tersebut dengan menghilangkan rantai karbohidrat Suparjo, 2009.

6. Tumbuhan Waru Hibiscus tiliaceus L. sebagai Agen Penurun Protozoa

Waru termasuk suku malvaceae. Banyak terdapat di Indonesia, di pantai yang tidak berawa, di tanah datar, dan di pegunungan hingga ketinggian 1700 meter diatas permukaan laut. Banyak ditanam di pinggir jalan dan di sudut pekarangan sebagai tanda batas pagar. Pada tanah yang baik, tumbuhan itu batangnya lurus dan daunnya kecil. Pada tanah yang kurang subur, batangnya bengkok dan daunnya lebih lebar Syamsuhidayat et.al, 1991. Tumbuhan waru asli dari daerah tropika di Pasifik barat namun sekarang tersebar luas di seluruh wilayah Pasifik dan dikenal dengan berbagai nama: hau bahasa Hawaii, purau bahasa Tahiti, beach Hibiscus, Tewalpin, Sea Hibiscus, atau Coastal cottonwood dalam bahasa Inggris. Kemampuan bertahannya tinggi karena toleran terhadap kondisi masin dan kering, juga terhadap kondisi tergenang. Tumbuhan ini tumbuh baik di daerah panas dengan curah hujan 800 sampai 2000mm Wikipedia, 2010. Pohon ini cepat tumbuh sampai tinggi 5-15 meter, garis tengah batang 40- 50 cm; bercabang dan berwarna coklat. Daun merupakan daun tunggal, berangkai, berbentuk jantung, lingkaran lebarbulat telur, tidak berlekuk dengan diameter kurang dari 19 cm. Daun menjari, sebagian dari tulang daun utama dengan kelenjar berbentuk celah pada sisi bawah dan sisi pangkal. Sisi bawah daun commit to user 21 berambut abu-abu rapat. Daun penumpu bulat telur memanjang, panjang 2.5 cm, meninggalkan tanda bekas berbentuk cincin. Bunga waru merupakan bunga tunggal, bertaju 8-11. Panjang kelopak 2.5 cm beraturan bercangap 5. Daun mahkota berbentuk kipas, panjang 5-7 cm, berwarna kuning dengan noda ungu pada pangkal, bagian dalam oranye dan akhirnya berubah menjadi kemerah- merahan. Tabung benang sari keseluruhan ditempati oleh kepala sari kuning. Bakal buah beruang 5, tiap rumah dibagi dua oleh sekat semu, dengan banyak bakal biji. Buah berbentuk telur berparuh pendek, panjang 3 cm, beruang 5 tidak sempurna, membuka dengan 5 katup Syamsuhidayat et.al, 1991. Secara umum pengklasifikasian tanaman waru Hibiscus tiliaceus L. adalah sebagai berikut : Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dikotyledonae Bangsa : Malvales Suku : Malvaceae Marga : Hibiscus Jenis : Hibiscus tiliaceus L. Syamsuhidayat et.al, 1991 Gambar 2. Hibiscus tiliaceus L. commit to user 22 Dalam pengobatan tradisional, akar waru digunakan sebagai pendingin bagi sakit demam, daun waru membantu pertumbuhan rambut, sebagai obat batuk, obat diare berdarahberlendir, amandel. Bunga digunakan untuk obat trakhoma dan masuk angin Martodisiswojo dan Kolonjonokwangun, 1995. Kandungan kimia daun dan akar waru adalah saponin dan flavonoid. Disamping itu, daun waru juga paling sedikit mengandung lima senyawa fenol, sedang akar waru mengandung tanin Aishah, 1994; Syamsuhidayat et al, 1991. Chen et al telah mengisolasi beberapa senyawa dari kulit batang waru, yaitu : skopoletin, hibiscusin, hibiscusamide, vanilic acid, P-hydroxybenzoic acid, syringic acid, P- hidroxybenzaldehyde, scopoletin, N-TRANS- feruloytyramine, N-CIS- feruloytyramine, campuran beta-sitosterol dan stigmasterol, campuran sitostenone dan stigmasta-4,22-dien-3-one. Dari uji sitotoksik senyawa-senyawa tersebut, terdapat tiga senyawa yang mempunyai aktivitas antikanker sangat baik terhadap sel P-388 dan sel HT-29 secara invitro dengan nilai IC 50 4 mugml. Daun dan akar Hibiscus tiliaceus mengandung saponin dan flavonoida, di samping itu daun juga mengandung polifenol dan akar mengandung tanin anonim, 2006. Daun Hibiscus tiliaceus mengandung alkaloid, asam-asam amino, karbohidrat, asam organik, asam lemak, saponin, sesquiterpene dan sesquiterpenoid quinon, steroid, triterpene Bandaranayake, 2002. Berdasarkan skrining fltokimia tangkai dan tulang daun waru mengandung senyawa fenol, flavonoid, dan saponin Aishah, 1994. commit to user 23 Satu pohon waru dapat menghasilkan kurang lebih 50 kg daun basah atau sekitar 8,5 kg DM pertahun. Dengan kandungan kimia protein 18,09, serat 19,97 , daya cerna 61 , energi bruto 4,45 dan bahan kering 28,24 , daun waru sangat cocok digunakan sebagai pakan ternak. Sapi dan kambing sangat menyenangi daun atau cabang muda waru. Saponin yang terkandung dalam daun waru akan memperlancar kecernaan dan sekaligus membunuh protozoa pemakan bakteri rumen. Rika, 2003 commit to user 24

B. Kerangka Pemikiran

Ternak ruminansia menghasilkan gas metana CH 4 sebagai bentuk dari proses metabolisme dalam tubuhnya. Gas ini dianggap sebagai salah satu bentuk hilangnya energi dari ternak. Gas metana merupakan salah satu penyebab efek rumah kaca dan pemanasan global yang sangat tinggi. Hal ini merupakan ancaman bagi kelestarian lingkungan, karena memiliki dampak yang sangat buruk dalam berbagai segi kehidupan Eliminasi gas metana di ternak dapat melalui proses defaunasi protozoa dengan saponin, hal ini dilakukan karena sebagian mikrobia metanogen di dalam rumen hidup bersimbiosis dengan protozoa. Dalam daun tanaman waru Hibiscus tiliaceus L. diketahui mengandung senyawa saponin yang cukup, sehingga hal ini dapat digunakan sebagai agen defaunasi protozoa rumen. Untuk mengetahui potensi daun waru Hibiscus tiliaceus L. sebagai agen defaunasi protozoa rumen serta untuk mengetahui pengaruhnya pada karakteristik fermentasi rumen maka dilakukan penelitian ini.

Dokumen yang terkait

Fermentabilitas dan Kecernaan In Vitro Bulu Ayam dan Limbah Udang yang Diolah dengan Beberapa Teknologi Pengolahan Bahan Pakan

3 46 58

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN WARU LANDAK (Hibiscus mutabillis) TERHADAP PERTUMBUHAN Shigella dysentriae SECARA IN VITRO

2 25 17

AKTIVITAS ANTIJAMUR EKSTRAK ETANOL DAUN WARU LANDAK (Hibiscus mutabilis) TERHADAP PERTUMBUHAN Candida albicans SECARA IN VITRO

0 12 17

Formulasi Laru Termpe Terstandar dari Isolat Usar Daun Waru (Hibiscus tiliaceus)

6 23 100

Efektivitas Tanaman Herbal Terhadap Fermentasi Rumen, Emisi Gas Metan Dan Populasi Protozoa In Vitro

0 6 40

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI FRAKSI A EKSTRAK METANOL DAUN WARU (Hibiscus tiliaceus L.) TERHADAP UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI FRAKSI A EKSTRAK METANOL DAUN WARU (Hibiscus tiliaceus L.) TERHADAP Staphylococcus aureus DAN Pseudomonas aeruginosa MULTIRESISTEN AN

0 0 17

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI FRAKSI C EKSTRAK METANOL DAUN WARU (Hibiscus tiliaceus L.) TERHADAP Staphylococcus aureus UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI FRAKSI C EKSTRAK METANOL DAUN WARU (Hibiscus tiliaceus L.) TERHADAP Staphylococcus aureus DAN Pseudomonas aerugi

0 0 8

PENGARUH AMOMASI DAN FERMENTASI TIGA VARIETAS JERAMI PADI TERHADAP KARAKTERISTIK CAIRAN RUMEN ( NH3, VFA DAN pH ) SECARA IN- VITRO.

0 0 6

PENGARUH SUPLEMENTASI MINERAL SULFUR atau PHOSPOR PADA DAUN KELAPA SAWIT AMMOMASI TERHADAP KARAKTERISTRIK CAIRAN RUMEN SECARA In-VITRO.

0 1 7

PENGARUH LAMA PENGERINGAN DAUN KALIANDRA (Calliandra calothyrsus) PADA PENGERINGAN NAUNGAN TERHADAP POPULASI BAKTERI DAN PROTOZOA CAIRAN RUMEN IN VITRO.

0 0 2