Pengaruh DPK dan NPF terhadap pembiayaan yang disalurkan (pyd) serta implikasinya pada ROA : studi pada 3 bank umum syariah di Indonesia periode 2010-2013

(1)

PENGARUH DPK DAN NPF TERHADAP PEMBIAYAAN YANG DISALURKAN (PYD) SERTA IMPLIKASINYA PADA ROA (Studi Pada 3 Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2010-2013)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Oleh:

IMAM RIFKY SAPUTRA NIM: 1110046100001

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

(3)

(4)

i LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang belaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 08 Desember 2014


(5)

ii

Imam Rifky Saputra, 1110046100001, “Pengaruh DPK dan NPF Terhadap Pembiayaan Yang Disalurkan (PYD) Serta Implikasinya Pada ROA (Studi Pada 3 Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 20010-2013)” Program Strata I, Program Studi Muamalat, Konsentrasi Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.

ABSTRAKSI

Penelitian ini membahas tentang bagaimana dan berapa besar pengaruh DPK dan NPF terhadap Pembiayaan Yang Disalurkan (PYD) serta Implikasinya pada ROA di 3 Bank Umum Syariah. Diantaranya adalah Bank Syariah Mandiri (BSM), Bank Muamalat Indonesia (BMI), dan BRISyariah. Pengumpulan data melalui data sekunder. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling

(pengambilan sampel yang bertujuan). Jenis data yang dikumpulkan mencakup data laporan keuangan kuartal I – IV selama periode 2010, 2011, 2012, dan 2013. Proses analisis data menggunakan metode analisis jalur (path analyze) dengan bantuan software program SPSS version 20.0 for windows.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada Substruktur I variabel DPK memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Pembiayaan Yang Disalurkan (PYD), sedangkan variabel NPF memiliki pengaruh yang positif dan tidak signifikan terhadap Pembiayaan Yang Disalurkan (PYD). Kemudian pada Substruktur II variabel DPK memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap ROA. Sedangkan variabel NPF dan Pembiayaan Yang Disalurkan (PYD) memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap ROA.

Kata Kunci: NPF, DPK, Pembiayaan Yang Disalurkan (PYD), ROA.

Pembimbing : Rizqon Halal Syah Aji, M. Si Daftar Pustaka : 1997 – 2012


(6)

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah mencurahkan rahmat, taufik, dan hidayahnya tanpa jemu. Sesungguhnya, hanya karena kemurahan hati-Nya lah sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan Rasulullah saw beserta seluruh keluarga, sahabat, dan juga ummatnya. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari terdapat banyak kendala yang menghambat langkah penulis untuk merampungkan skripsi ini. Namun, berkat bimbingan, arahan, dan motivasi dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Secara khusus penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Dr. H. Phil. J.M. Muslimin, MA. sebagai Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. H. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag., M.H., sebagai Ketua Prodi Muamalat (Ekonomi Islam) dan Abdurrauf, MA., sebagai Sekretaris Prodi Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. H. M. Zainul Arifin sebagai Dosen Pembimbing Akademik Penulis. 4. Rizqon Halal Syah Aji, M,Si., sebagai Dosen Pembimbing Skripsi penulis

yang telah memberi arahan, saran, dan ilmunya hingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

5. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah mengajarkan ilmu yang tidak ternilai, hingga penulis menyelesaikan studi di Fakultas Syariah dan Hukum


(7)

iv

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Segenap staff akademik dan staff perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Orang tua tercinta Siti Wahyuni yang selalu membimbing dan mendukung penulis baik moril maupun materil tanpa pernah mengeluh dan berputus asa tetap memberikan motivasi kepada penulis dalam kondisi senang maupun susah.

8. Adik penulis, Irwan Amry Syaifullah yang turut memberikan kontribusi, doa dan motivasi bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

9. Keluarga besar penulis tercinta yang terus mendukung penulis dalam menyelesaikan studi ini.

10.Sahabat-sahabat penulis, Ihwan, Wisnu, Moko, Tomi, Tebul, Asma, Faqih, Edwin yang sama-sama berjuang dengan penulis dalam susah dan senang selama proses perkuliahan hingga akhir.

11.Teman-teman Mahasiswa jurusan Perbankan Syariah kelas A angkatan 2010, yang selalu membantu dan menemani penulis selama masa perkuliahan berlangsung. Menjalani susah senang bersama, menanggung beban bersama seperti keluarga sendiri yang saling mendukung satu sama lain untuk tetap teguh mencapai cita-cita kita.

12.Teman-teman KKN DIRGANTARA, oho, fadil, dila, rahma, moko, best, indah, rohmen, mala, ana, rika, awa, ema, muklis, dhofir yang bersama-sama mengabdi dan bersosialisasi pada masyarakat selama 1 bulan. Semoga silaturahmi kita tetap terjaga dan semoga kalian sukses yaa.


(8)

v

kegiatan-kegiatan di Fakultas Syariah dan Hukum khususnya jurusan Perbankan Syariah.

14.Terima kasih kepada seluruh teman-teman di Fakultas Syariah dan Hukum Jurusan Perbankan Syariah yang masih banyak lagi yang penulis tidak bisa sebutkan satu persatu. Terima kasih atas semua dukungan dan bantuannya dalam penyelesaian skripsi ini.

15.Dan akhirnya, semua pihak yang telah turut membantu dalam penyelesaian skripsi ini namun tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih. Semoga segala kebaikan yang tulus dari semua pihak dapat diterima oleh Allah SWT serta mendapatkan pahala yang berlipat dari-Nya.

Kiranya skripsi ini masih jauh dari sempurna. Namun kritik dan saran dari para pembaca sangat diharapkan untuk kesempurnaannya. Besar harapan penulis agar skripsi ini dapat bermanfaat dan memberi kontribusi bagi penulis dan masyarakat seluruhnya.

Jakarta, 08 Desember 2014


(9)

vi DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ... i

ABSTRAKSI ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Batasan dan Rumusan Masalah ... 7

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

E. Sistematika Penulisan ... 9

BAB II: LANDASAN TEORI A. Bank Syariah ... 11

B. Dana Pihak Ketiga ... 14

C. Non Performing Financing ... 22

D. Pembiayaan ... 26

E. Kinerja Keuangan ... 29

F. Review Studi Terdahulu ... 33

G. Kerangka Konseptual ... 39

H. Hipotesis Penelitian ... 40

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ... 42


(10)

vii

C. Teknik Pengumpulan Data ... 43 D. Metode Analisis ... 44 E. Operasional Variabel Penelitian ... 50

BABIV: ANALISISDAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 54 B. Analisis Jalur DPK dan NPF Terhadap Pembiayaan Yang

Disalurkan (PYD) Serta Implikasinya Pada ROA Pada 3 Bank Umum Syariah di Indonesia ... 67 C. Interpretasi Hasil ... 85

BAB V: PENUTUP

A. Kesimpulan ... 91 B. Implikasi ... 92 DAFTAR PUSTAKA


(11)

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 39

Gambar 3.1 Hubungan Kausal X1, X2, Terhadap Y ... 48

Gambar 3.2 Hubungan Kausal X1, X2, dan Y Terhadap Z ... 49

Gambar 3.3 Rumus Return On Assets (ROA) ... 51

Gambar 3.4 Rumus Non Performing Financing (NPF) ... 53

Gambar 4.1 Dana Pihak Ketiga Bank Muamalat Indonesia ... 55

Gambar 4.2 Non Performing Financing Bank Muamalat Indonesia ... 56

Gambar 4.3 Pembiayaan Yang Disalurkan Bank Muamalat Indonesia ... 57

Gambar 4.4 ROA Bank Muamalat Indonesia ... 57

Gambar 4.5 Dana Pihak Ketiga Bank Syariah Mandiri ... 61

Gambar 4.6 Non Performing Financing Bank Syariah Mandiri ... 61

Gambar 4.7 Pembiayaan Yang Disalurkan Bank Syariah Mandiri ... 62

Gambar 4.8 ROA Bank Syariah Mandiri ... 62

Gambar 4.9 Dana Pihak Ketiga BRISyariah ... 64

Gambar 4.10 Non Performing Financing BRISyariah ... 65

Gambar 4.11 Pembiayaan Yang Disalurkan BRISyariah ... 65

Gambar 4.12 ROA BRISyariah ... 66


(12)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Perkembangan KelembagaanPerbankanSyariah di Indonesia ... 2

Tabel2.1 KriteriaKesehatan Non Performing Financing (NPF) Bank Syariah ... 24

Tabel 4.1 Uji F (Substruktur I) ... 67

Tabel 4.2 Uji t (Substruktur I) ... 68

Tabel 4.3 Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R Square) (Substruktur I) ... 69

Tabel 4.4 Korelasi Antar Variabel Bebas (Substruktur I) ... 71

Tabel 4.5 Uji F (Substruktur II) ... 72

Tabel 4.6 Uji t (Substruktur II) ... 73

Tabel 4.7 Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R Square) (Substruktur II) ... 75

Tabel 4.8 Korelasi Antar Variabel Bebas (Substruktur II) ... 77

Tabel 4.9 Pengaruh DPK dan NPF terhadap Pembiayaan Yang Disalurkan (PYD) serta implikasinya pada ROA di 3 Bank Umum Syariah di Indonesia ... 84


(13)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Eksistensi perbankan syariah di Indonesia secara yuridis mulai diatur dalam undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan dimana sistem bagi-hasil mulai diakomodasi. Inilah pelopor awalnya kemunculan bank yang berdasarkan prinsip syariah di Indonesia. Namun, dengan berbagai kelemahan dan kekurangan dalam undang-undang tersebut, pada tahun 1998 disahkanlah UU No. 10 Tahun 1998 tentang revisi UU sebelumnya. Dengan diundangkannya UU No. 10 Tahun 1998, maka secara tegas Sistem perbankan Syariah ditempatkan sebagai bagian dari sistem Perbankan Nasional.1 Kemudian, pada tahun 2008 UU tentang perbankan syariah kembali di revisi, yaitu dengan disahkannya UU No. 21 Tahun 2008 sebagai penyempurna UU sebelumnya.

Menurut Statistik Bank Indonesia, perkembangan dan pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia setiap tahunnya cukup memuaskan, yaitu tumbuh antara 40-45 persen per tahun. Hal ini tercermin dari pertumbuhan aset, peningkatan pembiayaan, dan ekspansi pelayanan (Jaringan kantor yang semakin meluas menjangkau 33 provinsi di Indonesia). Sampai dengan tahun 2013, sudah ada 11 Bank Umum Syariah (BUS), 23 bank syariah dalam bentuk Unit Usaha Syariah

1

ZainulArifin, Drs, MBA, Dasar-DasarManajemen Bank Syariah, Ed. Rev. Cet. 4 (Jakarta :PustakaAlvabet, 2006), h. 8.


(14)

2

(UUS), dan 160 BPRS, dengan jaringan kantor yang meningkat dari tahun 2012 sebanyak 2663 menjadi 2925 kantor pada tahun ini.2

Tabel 1.1

Perkembangan Kelembagaan Perbankan Syariah di Indonesia

Indikator 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

BUS 3 3 3 5 6 11 11 11 11 12

UUS 19 20 26 27 25 23 24 24 23 22

BPRS 92 105 114 131 138 150 155 158 160 163

Jaringan Kantor

550 693 802 1,069 1,258 1,763 2101 2663 2925 2910

Sumber: Data olahan dari Bank Indonesia

Berdasarkan tabel 1.1, dapat dilihat perkembangan kelembagaan perbankan syariah di Indonesia dari tahun 2005 sampai 2014 dimana jumlah BUS, UUS, BPRS serta jaringan kantor meningkat setiap tahunnya. Hal ini menunjukkan bahwa kelembagaan perbankan syariah di Indonesia terus mengalami pertumbuhan yang baik di masyarakat dilihat dari jumlah bank dan jumlah kantor yang terus meningkat danbertambah setiap tahunnya.

2

Otoritas Jasa Keuangan, Statistik Perbankan Syariah 2014(Jakarta : Otoritas Jasa Keuangan, 2014), h. 8.


(15)

3

Sebagaimana halnya dengan bank konvensional, bank syariah juga mempunyai peran sebagai lembaga perantara (intermediary) antara satuan-satuan kelompok masyarakat atau unit-unit ekonomi yang mengalami kelebihan dana (surplus unit) dengan unit-unit lain yang mengalami kekurangan dana (deficit unit). Melalui bank kelebihan dana-dana tersebut dapat disalurkan kepada pihak-pihak yang memerlukan dan memberikan manfaat kepada kedua belah pihak.3

Sebagai lembaga perantara (intermediary), bank syariah harus mengelola dananya secara optimal dengan mengalokasikan dana yang dihimpun ke beberapa jenis aktiva produktif salah satunya adalah pembiayaan.

Dalam kegiatannya, pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank syariah dalam menyalurkan dana yang berhasil dihimpunnya dari pihak yang kelebihan dana kepada pihak yang kekurangan dana. Untuk itu bank syariah dalam menyalurkan pembiayaannya harus berdasarkan dua prinsip perbankan syariah yang mendasar. Pertama, prinsip keadilan, yaitu pembiayaan harus saling menguntungkan baik bagi pihak pengguna dana maupun pihak penyedia dana. Kedua, prinsip kepercayaan, yang merupakan landasan dalam menentukan persetujuan pembiayaan yang akan diberikan.

Kegiatan usaha yang paling utama dari suatu perbankan adalah penghimpunan dan penyaluran dana. Kegiatan penghimpunan dana berasal dari bank itu sendiri, dari

3

ZainulArifin, Drs, MBA, Dasar-DasarManajemen Bank Syariah, Ed. Rev. Cet. 4(Jakarta :PustakaAlvabet, 2006), h. 46.


(16)

4 deposan/nasabah, pinjaman dari bank lain maupun Bank Indonesia (BI), dan dari sumber lainnya. Kegiatan penghimpunan dana bank sebagian besar bersumber dari simpanan nasabah dalam bentuk simpanan giro, tabungan, dan deposito. Simpanan nasabah ini disebut sebagai Dana Pihak Ketiga (DPK).

Tingginya penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) mengindikasikan semakin meningkatnya kepercayaan masyarakat kepada perbankan syariah sekaligus menunjukkan bahwa pasar potensial perbankan syariah masih besar di Indonesia. Semakin besar sumber dana yang terkumpul maka bank akan menyalurkan pembiayaan semakin besar. Hal tersebut dikarenakan salah satu tujuan bank adalah

mendapat keuntungan (profit), sehingga bank tidak akan menganggurkan dananya

begitu saja. Bank cenderung untuk menyalurkan dananya semaksimal mungkin.

Kemudian, faktor bank yang harus juga diperhatikan dalam memberikan pembiayaan kepada masyarakat, salah satunya adalah berkaitan dengan resiko

likuiditas yaitu Non Performing Financing (NPF). NPF ini menunjukkan seberapa

besar kolektibilitas bank dalam mengumpulkan kembali pembiayaan yang telah disalurkannya. Menurut Bank Indonesia (BI) salah satu kategori bank yang sehat

adalah bank yang memiliki Non Performing financing (NPF) kurang dari 5%. Besar

kecilnya NPF dapat dijadikan pertimbangan oleh bank syariah untuk menyalurkan dan memberikan pembiayaan kepada masyarakat. Semakin besar pembiayaan bermasalah maka maka bank syariah akan lebih berhati-hati dalam menyalurkan pembiayaan.


(17)

5

Setelah sumber dana yang diperoleh disalurkan ke aktiva produktif seperti pembiayaan, maka diharapkan pembiayaan tersebut dapat memberikan hasil yang maksimal bagi kinerja keuangan bank itu sendiri. Salah satu indikator untuk menilai kinerja keuangan suatu bank adalah dengan melihat tingkat profitabilitasnya. Hal ini terkait sejauh mana bank menjalankan usahanya secara efisien. Semakin tinggi profitabilitas suatu bank, maka semakin optimal pula kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh bank yang akan memberikan hasil yang maksimal bagi kinerja keuangan bank tersebut.

Rasio yang digunakan untuk mengukur profitabilitas bank salah satunya adalah Return On Assets (ROA), yang merupakan suatu pengukur kemampuan

manajemen bank dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan. Jika Return On

Assets (ROA) suatu bank semakin besar, maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik posisi bank tersebut.

Penelitian yang dilakukan oleh Endang Nurjaya4 tentang pengaruh inflasi, SBIS, NPF dan DPK terhadap pembiayaan murabahah pada bank syariah di Indonesia. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa variabel inflasi, npf, dan dpk berpengaruh positif signifikan terhadap pembiayaan murabahah pada bank syariah di indonesia. Sementara variabel SBIS berpengaruh negatif signifikan.

4

Endang Nurjaya, “Analisis Pengaruh Inflasi, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Non Performing Financing (NPF) dan Dana Pihak Ketiga (DPK) Terhadap Pembiayaan Murabahah Pada Bank Syariah di Indonesia”, Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.


(18)

6 Non Performing financing (NPF) yang diteliti oleh M. Shalahuddin Fahmi5 dalam penelitiannya tentang pengaruh CAR, NPF, BOPO dan FDR terhadap profitabilitas bank umum syariah menunjukkan adanya pengaruh yang positif dan tidak signifikan antara variabel Non Performing Financing (NPF) terhadap profitabilitas bank yang dalam penelitian ini diukur dengan Return On Assets (ROA).

Lia Yuliany6 yang juga meneliti tentang Non Performing Financing (NPF) terhadap Return On Assets (ROA) menemukan hasil yang berbeda dengan hasil penelitian diatas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel Non Performance Financing (NPF) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Return On Assets (ROA).

Penting bagi para nasabah untuk mengetahui kinerja dari suatu bank terutama yang menggunakan jasa atau layanan bank tersebut. Kinerja bank syariah sangat ditentukan oleh kualitas dari penanaman dana atau pembiayaan yang pada akhirnya mempengeruhi tingkat Return On Assets (ROA), sehingga para pemegang saham dapat mengambil keputusan dalam menggunakan jasa bank syariah tersebut.

Oleh karena itu, berdasarkan permasalahan-permasalahan yang diuraikan diatas serta beberapa hasil penelitian terdahulu yang saling kontradiksi, penulis

5M. Shalahudin Fahmi, “Pengaruh CAR, NPF, BOPO dan FDR Terhadap Profitabilitas Bank Uum Syariah”, Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2013.

6

Lia Yuliany, “Pengaruh Financing to Deposit Ratio (FDR) dan Non Performing Financing (NPF) Terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah”, Skripsi S1 Fakultas Ekonomi, Universitas Widyatama Bandung, 2014.


(19)

7 tertarik untuk mengetahui dan mengkaji sejauh mana faktor-faktor internal bank memberi pengaruh terhadap pembiayaan yang disalurkan sehingga diharapkan akan

meningkatkan profitabilitas yang diukur dengan return on assets (ROA). Oleh karena

itu, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan judul

“Pengaruh DPK dan NPF Terhadap Pembiayaan Yang Disalurkan (PYD) Serta

Implikasinya Pada ROA (Studi Pada 3 Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2010-2013)”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, penulis perlu menjabarkan identifikasi masalah dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimana kinerja bank umum syariah di Indonesia jika dilihat dari sisi

finansial?

2. Bagaimana pengaruh DPK dan NPF terhadap pembiayaan yang disalurkan

bank umum syariah di Indonesia serta implikasinya pada ROA?

3. Berapa besarnya pengaruh DPK dan NPF terhadap pembiayaan yang

disalurkan bank umum syariah di Indonesia serta implikasinya pada ROA?

C. Batasan dan Rumusan Masalah

Untuk memfokuskan penulisan dan memudahkan analisa, maka penulis perlu membuat batasan-batasan masalah. Batasan-batasan dalam penulisan ini yaitu, data yang akan digunakan adalah data sekunder dari laporan keuangan publikasi triwulan


(20)

8 Bank Umum Syariah pada Bank Syariah Mandiri (BSM), Bank Muamalat Indonesia (BMI), dan BRI Syariah. Data yang dijadikan objek penelitian adalah data periode

2010 kuartal I – 2013 kuartal IV.

Adapun secara spesifik rumusan masalah yang akan diteliti dan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Non Performing

Financing (NPF) terhadap pembiayaan yang disalurkan pada 3 bank umum syariah di Indonesia periode 2010-2013?

2. Bagaimana pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Non Perfoming Financing

(NPF) dan Pembiayaan Yang Disalurkan terhadap Return On Assets (ROA)

pada 3 bank umum syariah di Indonesia periode 2010-2013?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan pada perumusan masalah di atas, maka penelitian ini terutama bertujuan untuk:

1. Untuk menganalisis pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap pembiayaan

yang disalurkan pada 3 bank umum syariah di Indonesia periode 2010-2013.

2. Untuk menganalisis pengaruh Non Performing Financing (NPF) terhadap

pembiayaan yang disalurkan pada 3 bank umum syariah di Indonesia periode 2010-2013.


(21)

9

3. Untuk menganalisis pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap Return On

Assets (ROA) pada 3 bank umum syariah di Indonesia periode 2010-2013.

4. Untuk menganalisis pengaruh Non Performing Financing terhadap Return On

Assets (ROA) pada 3 bank umum syariah di Indonesia periode 2010-2013.

5. Untuk menganalisis pengaruh pembiayaan yang disalurkan terhadap Return

On Assets (ROA) pada 3 bank umum syariah di Indonesia periode 2010-2013.

Adapun manfaat yang bisa didapat dari penelitian ini yaitu:

1. Menambah wawasan dan pemahaman khususnya bagi penulis, dan bagi

masyarakat pada umumnya.

2. Bagi Bank Umum Syariah khususnya Bank Syariah Mandiri (BSM), Bank

Muamalat Indonesia (BMI), dan BRI Syariah agar dapat manjadi bahan evaluasi, sehingga dapat meningkatkan kinerja usahanya.

3. Menjadi masukan dan saran bagi para praktisi, akademisi dalam penelitian

selanjutnya. Sehingga dapat dijadikan sebagai bahan studi komparasi bagi penelitiaan yang lain.

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan penelitian ini merujuk pada Buku Pedoman Penulisan Skripsi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Syariah dan Hukum tahun 2012. Untuk mengetahui gambaran secara keseluruhan isi penulisan dalam penelitian ini, penyusun menguraikan secara singkat sebagai berikut:


(22)

10

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini penulis menguraikan tentang masalah-masalah yang akan diteliti, yakni mengenai latar belakang masalah yang akan diteliti, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, review studi terdahulu, dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Pada bab ini diuraikan tentang modal inti Dana Pihak Ketiga (DPK), Non Performing Financing (NPF), pembiayaan, serta Return On Assets (ROA).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini dikemukakan data penelitian dan metode yang digunakan untuk melakukan penelitian.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini dikemukakan tentang analisis data dan pembahasan, yang menjelaskan analisis bagaimana pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Non Performing Financing (NPF) terhadap Pembiayaan Yang Disalurkan (PYD) serta Implikasinya pada Return On Assets (ROA) melalui metode analisis jalur, kemudian dilanjutkan dengan pembahasan hasil penelitian.

BAB V PENUTUP

Pada bab ini dikemukakan tentang kesimpulan dari hasil penelitian sekaligus menjawab dari masalah yang telah dirumuskan. Selain itu juga berisi saran-saran yang ditujukan untuk berbagai pihak dan rekomendasi yang muncul berkaitan dengan pembahasan skripsi untuk penelitian selanjutnya.


(23)

11

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Bank Syariah

1. Pengertian Bank Syariah

Bank Islam, selanjutnya disebut dengan bank syariah, adalah bank yang beroperasi tanpa mengandalkan bunga. Bank syariah juga dapat diartikan sebagai lembaga keuangan/perbankan yang operasional dan produknya dikembangkan

berlandaskan Al-Qur‟an dan hadis. Antonio dan perwataatmadja membedakan dua

pengertian, yaitu bank Islam dan bank yang beroperasi dengan prinsip syariat Islam. Bank Islam adalah bank yang beroperasi dengan prinsip syariat Islam dan tata cara

beroperasinya mengacu pada ketentuan-ketentuan Al-Qur‟an dan hadis. Adapun bank

yang dalam beroperasi sesuai dengan prinsip syariat Islam adalah bank yang dalam beroperasinya mengikuti ketentuan-ketentuan syariat Islam, khususnya yang

menyangkut tata cara bermuamalat secara Islam.1

Pada prinsipnya, Bank Syariah adalah sama dengan perbankan konvensional, yaitu sebagai instrumen intermediasi yang menerima dana dari orang-orang yang surplus dana (dalam bentuk penghimpunan dana) dan menyalurkannya kepada pihak yang membutuhkan (dalam bentuk produk pelemparan dana). Sehingga produk-produk yang disediakan oleh bank-bankkonvensional, baik itu produk-produk penghimpunan

1


(24)

12

dana (funding) maupun produk pembiayaan (financing), pada dasarnya dapat pula disediakan oleh Bank-bank Syari‟ah.

Dilihat dari sistem operasionalnya, bank syariah memiliki perbedaan yang mendasar dengan perbankan konvensional. Bank Syariah memberikan layanan bebas bunga kepada para nasabahnya. Dalam sistem operasional bank syariah, pembayaran dan penarikan bunga dilarang dalam semua bentuk transaksi. Bank syariah tidak mengenal sistem bunga, baik bunga yang diperoleh dari nasabah yang meminjam

uang atau bunga yang dibayar kepada penyimpan dana di bank syariah.2

Bank syariah sebagai lembaga intermediasi antara pihak investor yang menginvestasikan dananya di bank kemudian selanjutnya bank syariah menyalurkan dananya kepada pihak lain yang membutuhkan dana. Investor yang menempatkan dananya akan mendapatkan imbalan dari bank dalam bentuk bagi hasil atau bentuk lainnya yang disahkan dalam syariat Islam. Bank syariah menyalurkan dananya kepada pihak yang membutuhkan pada umumnya dalam akad jual beli dan kerja sama usaha. Imbalan yang diperoleh dalam margin keuntungan, bentuk bagi hasil, dan/atau

bentuk lainnya sesuai dengan syariat Islam.3

2. Tujuan Bank Syariah

Dalam UU. No. 21 tahun 2008 pasal 3, disebutkan bahwa perbankan syariah

bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka

2

Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 31 3


(25)

13 meningkatkan keadilan, kebersamaan, dan pemerataan kesejahteraan rakyat.

Sedangkan tujuan Bank Syariah menurut Sudarsono adalah sebagai berikut:4

1. Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk bermuamalah/beraktivitas secara

Islam, khususnya muamalah yang berhubungan dengan perbankan agar terhindar dari praktek-praktek riba atau jenis-jenis usaha/perdagangan lain yang mengandung unsur gharar (tipuan), dimana jenis-jenis usaha tersebut selain dilarang dalam Islam, juga telah menimbulkan dampak negatif terhadap kehidupan ekonomi rakyat.

2. Untuk menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi dengan jalan meratakan

pendapatan melalui kegiatan investasi, agar tidak terjadi kesenjangan yang sangat besar antara pemilik modal dengan pihak yang membutuhkan dana.

3. Untuk meningkatkan kualitas hidup umat dengan jalan membuka peluang

berusaha yang lebih besar terutama kelompok miskin, yang diarahkan kepada kegiatan usaha yang produktif, menju terciptanya kemandirian usaha.

4. Untuk menanggulangi masalah kemiskinan, yang pada umumnya merupakan

program utama dari negara-negara yang sedang berkembang. Upaya bank syariah dalam mengentaskan kemiskinan ini berupa pembinaan nasabah yang lebih menonjol sifat kebersamaan dari siklus usaha yang lengkap seperti program pembinaan produsen, pembinaan pedagang perantara, program

4

Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Yogyakarta: Ekonisia, 2008), h. 43.


(26)

14 pembinaan konsumen, program pengembangan modal kerja dan program pengembangan usaha bersama.

5. Untuk menjaga stabilitas ekonomi dan moneter. Dengan aktivitas bank

syariah akan mampu menghindari pemanasan ekonomi diakibatkan adanya inflasi, menghindari persaingan yang tidak sehat antara lembaga keuangan.

6. Untuk menyelamatkan ketergantungan umat Islam terhadap bank non syariah.

B. Dana Pihak Ketiga (DPK)

1. Pengertian Dana Pihak Ketiga (DPK)

Bagi sebuah bank sebagai lembaga keuangan, dana merupakan darah dalam tubuh badan usaha dan persoalan utama. Tanpa dana, bank tidak dapat berbuat apa-apa artinya tidak dapa-apat berfungsi sama sekali.

Dana bank adalah uang tunai yang dimiliki bank ataupun aktiva lancar yang

dikuasai bank dan setiap waktu dapat diuangkan.5 Dana yang dimiliki atau yang

dikuasai bank tidaklah berasal dari milik bank sendiri, tapi juga ada dana pihak lain.

Dana yang dikuasai bank bersumber dari:6

1. Dana modal sendiri, dana yang bersumber dari modal bank sendiriatau berasal

dari para pemegang saham. Dana ini disebut dana pihak pertama.

2. Dana pinjaman dari pihak luar. Ini disebut dana pihak kedua.

3. Dana dari masyarakat. Dana ini disebut dengan dana pihak ketiga.

5

Muchdarsyah Sinungan, Managemen Dana Bank (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), h. 83. 6


(27)

15 Dana dari pihak luar atau dana dari pihak ketiga adalah dana yang dimiliki

bank secara tidak permanen. Dana tersebut yang sewaktu-waktu ditarik kembali.7

Jadi, dana pihak ketiga adalah sejumlah uang yang dimiliki bank dan berasal dari pihak luar yang menyimpan uangnya. Denngan kata lain, uang yang dimiliki bukan milik bank sendiri tapi titipan dari pihak luar. Bank hanya sebagai lembaga yang menghimpun kemudian akan disalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan.

2. Jenis – Jenis Produk Penghimpunan DPK

Pada Prinsipnya, proses pemnghimpunan dana dari masyarakat yang dilakukann oleh bank syariah hampir sama dengan bank konvensional, artinya dalam

sistem perbankan syariah dikenal produk-produk berupa giro (demand deposit),

tabungan (saving deposit), deposito (time deposit) sebagai sarana untuk menghimpun

dana masyarakat. Perbedaannya adalah bahwa dalam sistem perbankan syariah tidak dikenal adanya bunga sebagai kontraprestasi terhadap nasabah deposan, melainkan melalui mekanisme bagi hasil dan bonus yang bergantung pada jenis produk apa yang

dipilih oleh nasabah.8

Dengan demikian, produk penghimpunan dana (funding) yang ada dalam

sistem perbankan syariah adalah:

7

Zainal Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah (Jakarta: Alfabeta, 2006), h. 50. 8

Abdul Ghofur Anshori, Perbankan Syariah di Indonesia (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2007), h. 79.


(28)

16

a. Tabungan

Sama seperti bank konvesional, pada bank syariah terdapat produk tabungan. Meski sama, tentu saja ada perbedaan yang ada pada tabungan syariah dimana tidak menggunakan sistem bunga. Berdasarkan Fatwa DSN nomor 02/DSN-MUI/IV/2000 bahwa terdapat dua jenis tabungan yang dibenarkan sesuai dengan prinsip syariah, yaitu berdasarkan prinsip wadiah dan mudharabah.

1) Tabungan Wadiah

Kata Wadi’ah dalam Bahasa Indonesia memiliki arti simpanan, yaitu penempatan sesuatu di tempat yang bukan pemiliknya untuk dipelihara.9 Adiwarman Karim sendiri berpendapat tabungan wadiah merupakan tabungan yang dijalankan berdasarkan akad wadiah, yakni titipan murni yang harus dijaga dan dikembalikan setiap saat sesuai dengan kehendak pemiliknya.

Dari pengertian diatas, dapat diketahui bahwasannya tabungan wadiah merupakan produk simpanan masyarakat pada bank yang hanya bersifat titipan semata. Oleh karena itu, pihak bank selayaknya tidak mempergunakan dana dari tabungan wadiah ini baik itu untuk investasi maupun kebutuhan operasional. Begitu juga sebaliknya, pihak nasabah tidak berhak mendapat tambahan (uang hasil investasi yang dilakukan pihak bank pada pihak tertentu) karena dana yang

9

Bank Indonesia, Kamus Istilah Keuangan dan Perbankan Syariah, (Jakarta: Bank Indonesia, 2006), h.85.


(29)

17

disetorkan nasabah hanya untuk dititipkan dan disimpan di bank saja untuk kemudian bisa dipergunakan sewaktu–waktu.

Akan tetapi, pihak bank diperbolehkan untuk memberikan bonus kepada nasabahnya. Hal ini biasanya dilakukan mereka untuk menunjukkan apresiasi terhadap nasabah yang telah loyal menggunakan jasa bank tersebut. Tentu saja bonus yang diberikan pihak bank kepada nasabahnya ini tidak ada sangkut pautnya terhadap transaksi investasi bank (mudharabah) terhadap pihak lain.

2) Tabungan Mudharabah

Merujuk pada Kamus Istilah Keuangan dan Perbankan Syariah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia dapat diketahui bahwasannya mudharabah

berarti usaha yang berisiko, yakni akad kerjasama usaha antar pihak pemilik dana dengan pihak pengelola dana yang mana keuntungan dibagi sesuai dengan nisbah yang disepakati, sedangkan kerugian ditanggung oleh pemilik dana. Syafi‟i Antonio berujar alasan diterapkannya tabungan mudharabah selain adanya peran pemilik modal (nasabah) dengan pengelola modal (bank), dikarenakan adanya tenggang waktu antara dana yang diberikan dan pembagian keuntungan, sebab dibutuhkan waktu yang cukup untuk melakukan investasi.

Melihat penjelasan diatas dapat diketahui bahwa produk tabungan mudharabah pada bank syariah bukan bersifat titipan semata, melainkan turut adanya kontrak kerjasama (dalam hal ini bagi hasil) antara pihak pemilik dana


(30)

18

(nasabah) dengan pihak pengelola dana (bank). Oleh karena itu, melalui produk ini bank syariah dapat mempergunakan dananya untuk diinvestasikan kembali ke pihak tertentu untuk kemudian keuntungan dan kerugiannya ditanggung kedua belah pihak. Selain itu, sama seperti tabungan wadiah, pada tabungan mudharabah pihak nasabah diperkenankan untuk melakukan penarikan kapan pun di waktu mereka membutuhkannya.

b. Deposito

Melihat Fatwa DSN nomor 03/DSN-MUI/IV/2000, deposito yang dibenarkan sesuai dengan prinsip syariah harus berdasarkan akad mudharabah. Secara teori, deposito mudharabah tidak begitu jauh berbeda dengan tabungan mudharabah. Hanya saja, simpanan di bank penarikannya hanya dapat dilakukan di waktu–waktu tertentu menurut perjanjian antara pihak penyimpan dengan bank yang bersangkutan, sedangkan tabungan mudharabah tidak.10

Biasanya, waktu penyimpanan dana deposito dilakukan dalam periode bulanan sebagaimana deposito di bank konvensional. Maka dari itu, nasabah dapat melakukan penarikan dana hanya saat tanggal jatuh tempo. Pada tanggal yang bersamaan juga

10

Undang – UndangNomor 10 tahun 1998, “Tentang Perubahan Atas Undang – Undang Nomor 7 Tahun 1992”, dalam Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan Edisi Keempat (Jakarta: RajawaliPers, 2011), h.351.


(31)

19

bagi hasil sesuai dengan nisbah dari hasil investasi yang telah dilakukan oleh bank dibagikan.11

c. Giro

Berdasarkan Undang – Undang no. 10 tahun 1998 pasal 1 ayat 6 disebutkan yang dimaksud dengan giro adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan cara pemindahbukuan.12 Jadi, melalui produk giro, nasabah memungkinkan melakukan perintah kepada pihak bank untuk melakukan pemindahbukuan sejumlah uang dari rekening seseorang kepada rekening yang dituju dalam surat tersebut.

Dalam Fatwa DSN nomor 01/DSN-MUI/IV/2000 dinyatakan bahwa terdapat dua jenis giro berdasarkan prinsip syariah yang dibenarkan, yakni giro wadiah dan giro mudharabah.

1) Giro Wadiah

Pada Undang – Undang nomor 21 tahun 2008, pasal 1 menjelaskan bahwa giro adalaha simpanan berdasarkan akad wadiah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah yang penarikannya dapat dilakukan

11

Wiroso, Produk Perbankan Syariah Dilengkapi UU Perbankan Syariah dan Kodefikasi Produk Bank Indonesia, (Jakarta: LPFE Usakti, 2009), h.149.

12

Undang – Undang no. 10 tahun 1998 pasal 1 ayat 6, dalam Wiroso, Produk Perbankan Syariah Dilengkapi UU Perbankan Syariah dan Kodefikasi Produk Bank Indonesia (Jakarta: LPFE Usakti, 2009), h.118.


(32)

20

setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya, atau dengan perintah pemindahbukuan. Sedangkan yang dimaksud dengan giro wadiah berdasarkan Fatwa DSN adalah bersifat titipan, titipan bisa diambil kapan saja (on call), tidak ada imbalan yang diisyaratkan (kecuali dalam bentuk pemberian yang bersifat sukarela dari pihak bank).13

Jadi, melalui penjelasan tersebut diketahui bahwa rekening nasabah bank penerima dapat melakukan penarikannya setiap saat melalui beberapa fasilitas, baik itu cek, bilyet giro atau pemindahbukuan. Hanya saja dana tersebut tidak berhak untuk dipergunakan oleh pihak bank mengingat sifat dana tersebut hanya sebuah titipan semata. Tetapi, pihak bank diperbolehkan untuk memberikan permberian yang bersifat sukarela (bonus) sebagai bentuk apresiasi kepada nasabahnya yang selama ini telah setia menggunakan produk bank tersebut.

2) Giro Mudharabah

Hampir sama dengan giro wadiah, hanya saja bedanya pada giro mudharabah ini terlibat dua pihak, yaitu pemilik dana (nasabah) dan penghimpun / pengelola dana (bank) yang mana uang (modal) dalam giro mudharabah ini boleh untuk diinvestasikan kembali untuk kemudia hasil yang diperoleh dibagi untuk kedua belah pihak, sehingga produk giro disini bukan

13

DewanSyariahNasional MUI – Bank Indonesia, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI Edisi Revisi Tahun 2006 Jilid I, (Ciputat: CV. Gaung Persada, 2006), h.6.


(33)

21

sekedar titipan semata.14 Maka, dalam produk giro mudharabah ini terdapat dua pelaku, yaitu shahibul maal (pemilik dana) dan mudharib (penghimpun dana), serta adanya ketentuan nisbah antara kedua belah pihak sebagaimana yang terdapat pada produk tabungan mudharabah dan deposito mudharabah.

Sehingga, dalam deposito mudharabah ini nasabah dapat melakukan penarikan sewaktu – waktu melalui fasilitas cek, bilyet giro, dan pemindahbukuan sebagaimana yang telah disebutkan diatas. Bedanya, melalui produk ini pihak nasabah dimungkinkan memperoleh imbalan (bagi hasil) karena melalui produk giro mudharabah ini memungkinkan pihak bank untuk mempergunakan dana yang diperolehnya untuk diinvestasikan kembali.

3. Hubungan Dana Pihak Ketiga (DPK) Dengan Pembiayaan

Secara teknis yang dimaksud dengan simpanan adalah seluruh dana yang dihasilkan dari produk penghimpunan dana dari masyarakat pada bank syariah, seperti: giro wadiah, tabungan wadiah dan deposito mudharabah. Salah satu sumber dana yang bisa digunakan untuk menyalurkan pembiayaan adalah simapanan, sehingga semakin meningkat sumber dana yang ada maka akan dapat meningkatkan peyaluran pembiayaan kepada masyarakat.

Seperti teori pembiayaan yang menyebutkan salah satu sumber dana yang bisa digunakan untuk pembiayaan (financing) adalah modal sendiri (equity), sehingga

14

AdiwarmanKarim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan Edisi Keempat, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h.342.


(34)

22

semakin besar sumber dana yang terkumpul maka bank dapat menyalurkan pembiayaan dalam batas maksimum yang lebih besar pula. Pembiayaan merupakan salah satu aktiva produktif yang merupakan lawan daripada Dana Pihak Ketiga (DPK). Karenanya permintaan dan penawaran terhadap pembiayaan juga haruslah mempertimbangkan faktor likuiditas dalam penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK), karena dengan semakin meningkatnya Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dikumpulkan maka kemungkinan semakin meningkat pula pembiayaan atau penyaluran dana yang akan diberikan bank kepada masyarakat.

4. Hubungan Dana Pihak Ketiga (DPK) Dengan Return On Assets (ROA)

Sesuai dengan fungsi bank sebagai lembaga keuangan dimana kegiatan sehari-harinya adalah bergerak di bidang keuangan maka, sumber-sumber dana juga tidak terlepas dari bidang keuangan. Untuk menopang kegiatan bank sebagai penjual uang (memberikan pinjaman), bank harus lebih dahulu membeli uang (menghimpun dana) sehingga dari selisih bunga tersebutlah bank memiliiki keuntungan.

C. Non Performing Financing (NPF)

1. Pengertian Non Performance Financing (NPF)

Salah satu resiko yang dihadapi oleh bank adalah resiko tidak terbayarnya pembiayaan yang telah diberikan atau sering disebut resiko pembiayaan. Resiko pembiayaan umumnya timbul dari berbagai pembiayaan yang masuk dalam kategori


(35)

23

bermasalah atau NonPerformingFinancing(NPF). Ada beberapa pengertian

pembiayaan bermasalah, yaitu:15

a. Pembiayaan yang didalam pelaksanaannya belum mencapai atau memenuhi

target yang diinginkan oleh pihak bank.

b. Pembiayaan yang memiliki kemungkinan timbulnya resiko dikemudian hari

bagi bank dalam arti luas.

c. Mengalami kesulitan didalam penyelesaian kewajiban-kewajibannya, baik

dalam bentuk pembayaran kembali pokoknya dan atau pembayaran bunga, denda keterlambatan serta ongkos-ongkos bank yang menjadi beban nasabah yang bersangkutan.

d. Pembiayaan dimana pembayaran kembalinya dalam bahaya, terutama apabila

sumber-sumber pembayaran kembali yang diharapkan diperkirakan tidak cukup untuk membayar kembali pembiayaan, sehingga belum memenuhi target yang diinginkan oleh bank.

e. Pembiayaan dimana terjadi cidera janji dalam pembayaran kembali sesuai

perjanjian, sehingga terdapat tunggakan atau ada potensi kerugian di perusahaan nasabah sehingga memiliki kemungkinan timbulnya resiko di kemudian hari bagi bank dalam arti luas.

15

Veithzal Rivai dan Andria Permata Veithzal, Credit Management Hand Book, Teori, Konsep, Prosedur, dan Aplikasi Panduan Praktisi Mahasiswa, Bankir, dan Nasabah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), h. 475


(36)

24

f. Mengalami kesulitan didalam penyelesaian kewajiban-kewajibannya terhadap

bank, baik dalam bentuk pembayaran kembali pokoknya, pembayaran bunga, pembayaran ongkos-ongkos bank yang menjadi beban nasabah yang bersangkutan.

g. Pembiayaan golongan perhatian khusus, kurang lancar, diragukan dan macet

serta golongan lancar yang berpotensi menunggak.

Untuk mengetahui besarnya NPF suatu bank, BI menginstruksikan perhitungan NPF dalam laporan keuangan perbankan nasional sesuai surat edaran No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, tentang perhitungan Rasio Keuangan Bank yang dirumuskan sebagai berikut:

Non Performing Financing (NPF) =

Rasio tersebut ditujukan untuk mengukur tingkat permasalahan pembiayaan yang dihadapi bank syariah. Dimana semakin tinggi rasio ini menunjukkan kualitas pembiayaan bank syari‟ah semakin buruk. Nilai rasio ini kemudian dibandingkan dengan kriteria kesehatan NPF bank syari‟ah yang ditetapkan oleh Bank Indonesia seperti yang tertera dalam tabel berikut.

Tabel 2.1

Kriteria Kesehatan Non Performing Financing (NPF) Bank Syariah


(37)

25

1 NPF = 2% Sehat

2 2% NPF 5% Sehat

3 5% NPF 8% Cukup sehat 4 8% NPF 12% Kurang Sehat

5 NPF 12% Tidak Sehat

Sumber: SE BI No 9/24/Dpbs Tanggal 30 Oktober 2007

2. Hubungan Non Performance Financing (NPF) Dengan Pembiayaan Profil resiko pembiayaan suatu bank dapat dilihat dari resiko pembiayaan bermasalah (Non Performance Financing). Semakin tinggi Non Performance Financing maka semakin tinggi pula resiko yang dihadapi bank tersebut. Rasio Non Performance Financing (NPF) pada bank yang tinggi dapat mengakibatkan fungsi intermediasi bank tidak bekerja secara optimal karena mengurangi atau menurunkan perputaran dana bank, sehingga memperkecil kesempatan bank memperoleh pendapatan. Apabila dana yang tersedia di bank berkurang maka juga berdampak pada pembiayaan yang disalurkan kepada masyarakat yang otomatis akan berkurang.

3. Hubungan Non Performance Financing (NPF) Dengan Return On Assets (ROA)

Rasio yang sering digunakan dalam meneliti kualitas aset hubungannya terhadap profitabilitas bank adalah dengan menggunakan Non Performance Financing (NPF), NPF merupakan tingkat resiko yang dihadapi bank. NPF merupakan jumlah yang bermasalah dan kemungkinan tidak dapat ditagih. Semakin


(38)

26

besar nilai NPF maka semakin buruk kinerja bank tersebut yang memperburuk juga profitnya.16

Dari hal tersebut dapat dijadikan variabel independen yang mempengaruhi ROA didasarkan hubungan dengan tingkat resiko bank yang bermuara pada profitabilitas bank (ROA). Rasio kredit yang diterima oleh bank merupakan salah satu resiko usaha bank, yang diakibatkan dari ketidakpastian dalam pengembaliannya atau yang diakibatkan dari tidak dilunasinya kembali kredit yang diberikan oleh pihak bank kepada debitur.17

D. Pembiayaan 1. Pengertian

Pembiayaan merupakan aktivitas bank syariah dalam menyalurkan dana kepada pihak lain selain bank berdasarkan prinsip syariah. Penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan didasarkan pada kepercayaan yang diberikan oleh pemilik dana kepada pengguna dana. Pemilik dana percaya kepada penerima dana, bahwa dana dalam bentuk pembiayaan yang diberikan pasti akan terbayar. Penerima pembiayaan mendapat kepercayaan dari pemberi pembiayaan, sehingga penerima pembiayaan

16

Muchdarsyah Sinungan, Manajemen Dana Bank, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2000), h. 137.

17


(39)

27 berkewajiban untuk mengembalikan pembiayaan yang telah diterimanya sesuai

dengan jangka waktu yang telah diperjanjikan dalam akad pembiayaan.18

Istilah pembiayaan pada intinya berarti I Believe, I Trust, „saya percaya‟ atau

„saya menaruh kepercayaan‟. Perkataan pembiayaan yang artinya kepercayaan (trust),

berarti lembaga pembiayaan selaku sahibul malmenaruh kepercayaan kepada

seseorang untuk melaksanakan amanah yang diberikan. Dana tersebut harus digunakan dengan benar, adil, dan harus disertai dengan ikatan dan syarat-syarat yang

jelas, dan saling menguntungkan bagi kedua pihak.19

Menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1998, pembiayaan adalah penyediaan

uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dan pihak lain yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Di dalam perbankan syariah, pembiayaan yang diberikan kepada pihak pengguna dana berdasarkan pada prinsip syariah. Aturan yang digunakan yaitu sesuai

dengan hukum Islam.20

Dengan demikian, dalam praktiknya, adalah:

1. Penyerahan nilai ekonomi sekarang atas kepercayaan dengan harapan

mendapatkan kembali suatu nilai ekonomi yang sama di kemudian hari;

18

Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 105. 19

Rivai dan Veithzal, Islamic Financial Management, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), h. 3.

20


(40)

28

2. Suatu tindakan atas dasar perjanjian yang dalam perjanjian tersebut terdapat

jasa dan balas jasa (prestasi dan kontra prestasi) yang keduanya dipisahkan oleh unsur waktu;

3. Pembiayaan adalah suatu hak, dengan hak mana seorang dapat

mempergunakannya untuk tujuan tertentu, dalam batas waktu tertentu dan atas

pertimbangan tertentu pula.21

2. Tujuan Pembiayaan

Dalam membahas tujuan pembiayaan, mencakup lingkup yang luas. Pada dasarnya

terdapat dua fungsi yang saling berkaitan dari pembiayaan, yaitu:22

1. Profitability, yaitu tujuan untuk memperoleh hasil dari pembiayaan berupa keuntungan yang diraih dai bagi hasil yang diperoleh dari usaha yang dikelola bersama nasabah. Oleh karena itu, bank hanya akan menyalurkan pembiayaan kepada usaha-usaha nasabah yang diyakini mampu dan mau mengembalikan pembiayaan yang telah diterimanya. Dalam faktor kemampuan dan kemauan

ini tersimpul unsur keamanan (safety) dan sekaligus juga keuntungan

(profitability) dari suatu pembiayaan sehingga kedua unsur tersebut saling berkaitan. Dengan demikian, keuntungan merupakan tujuan dari pemberi pembiayaan yang terjelma dalam bentuk hasil yang diterima.

21

Rivai dan Veithzal Islamic Financial Management, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), h.4.

22


(41)

29 2. Safety, keamanan dari prestasi atau fasilitas yang diberikan harus benar-benar

terjamin sehingga tujuan profitabilitydapat benar-benar tercapai tanpa

hambatan yang berarti. Oleh karena itu, denngan keamanan ini dimaksudkan agar prestasi yang diberikan dalam bentuk modal, barang atau jasa itu

betul-betul terjamin pengembaliannya sehingga keuntungan (profitability) yang

diharapkan dapat menjadi kenyataan.

Dalam menyalurkan dananya pada nasabah, secara garis besar produk pembiayaan syariah terbagi kedalam empat kategori yang dibedakan berdasarkan tujuan

penggunanya, yaitu:23

1. Pembiayaan dengan prinsip jual-beli

2. Pembiayaan dengan prinsip sewa

3. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil

4. Pembiayaan dengan akad pelengkap

E. Kinerja Keuangan

1. Pengertian Kinerja Keuangan

23

Adiwarman Karim, Bank Islam, Analisis Fiqh dan Keuangan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 97.


(42)

30 Istilah kinerja atau performance sering dikaitkan dengan kondisi keuangan perusahaan. Menurut Sukhemi bahwa kinerja dapat diartikan sebagai prestasi yang dicapai perusahaan dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat

kesehatan perusahaan tersebut.24 Kinerja merupakan hal penting yang harus dicapai

oleh setiap perusahaan karena mencerminkan kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya.

Berdasakan tekniknya, analisis keuangan dapat dibedakan menjadi 8 macam,

yaitu:25

1. Analisis perbandingan laporan keuangan, merupakan teknik analisis dengan

cara membandingkan laporan keuangan dua periode atau lebih dengan

menunjukkan perubahan, baik dalam jumlah (absolut) maupun dalam

presentase (relatif).

2. Analisis Tren (tendensi posisi), merupakan teknik analisis untuk mengetahui

tendensi keadaan keuangan apakah menunjukkan kenaikan atau penurunan.

3. Analisis Presentase per Komponen (common size), merupakan teknik analisis

untuk mengetahui presentasi investasi pada masing-masing aktiva terhadap keseluruhan atau total aktiva maupun utang.

24 Sukhemi, “Evaluasi Kinerja Keuangan Pada PT. Telkom, Tbk”, Journal Of Accounting & Economic, no. 1 (2007), h. 23.

25


(43)

31

4. Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja, merupakan teknik analisis

untuk mengetahui besarnya sumber dan penggunaan modal kerja melalui dua periode waktu yang dibandingkan.

5. Analisis Sumber dan Penggunaan Kas, merupakan teknik analisis untuk

mengetahui kondisi kas disertai sebab terjadinya perubahan kas pada suatu periode waktu tertentu.

6. Analisis Rasio Keuangan, merupakan teknik analisis keuangan untuk

mengetahui hubungan diantara pos tertentu dalam neraca maupun laporan laba rugi baik secara individu maupun secara simultan.

7. Analisis Perubahan Laba Kotor, merupakan teknik analisis untuk mengetahui

posisi laba dan sebab-sebab terjadinya perubahan laba.

8. Analisis Break Even, merupakan teknik analisis untuk mengetahui tingkat

penjualan yang harus dicapai agar perusahaan tidak mengalami kerugian. 2. Profitabilitas

Profitabilitas mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan dalam mengahsilkan keuntungan. Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan mandapatkan laba melalui senua kemampuan dan sumber daya yang ada, seperti

kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya.26

Selain itu, rasio profitabilitas digunakan sebagai salah satu tolak ukur menilai kinerja

26

Sofyan Safri Harahap, Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), h. 304.


(44)

32 manajemen dalam upaya menciptakan efisiensi dan efektifitas dalam menjalankan kegiatan operasionalnya.

Profitabilitas bank tidak hanya penting bagi pemilik, tetapi juga bagi pihak-pihak lain. Bila bank berhasil meningkatkan laba dan dana cadangan guna memperkuat posisi modal bank, maka nasabah (deposan) tidak perlu merasa was-was terhadap keamanan dananya di bank. Peningkatan laba bank juga penting bagi pemerintah dan masyarakat karena bertambahnya laba bank mencerminkan terjaminnya arus lalu lintas keuangan (penghimpunan dan penyaluran dana dari dan

ke masyarkat) secara timbal balik dapat berjalan dengan baik.27

Bank syariah adalah salah satu lembaga keuangan yang berorientasi laba (profit) dimana laba tersebut bukan hanya untung kepentingan pemilik, tetapi juga untuk pengembangan usaha bank syariah. Agar memperoleh hasil yang optimal, bank syariah dituntut untuk meningkatkan kapabilitasnya dalam mencetak laba termasuk mengelola dana yang dikumpulkan secara efektif dan efisien. Hal tersebut sangat penting dilakukan karena keuntungan yang rendah merupakan hambatan bagi pertumbuhan bank yang dapat menurunkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap

bank. Begitupun sebaliknya.28

3. Return On Assets (ROA)

27

O.P. Simorangkir, Pengantar Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2004), h. 153.

28


(45)

33

Return On Assets (ROA) rasio profitabilitas yang menunjukkan perbandingan antara laba (sebelum pajak) dengan total aset bank, rasio ini menunjukkan tingkat

efisiensi pengelolaan aset yang dilakukan oleh bank yang bersangkutan.29

Rumus perhitungan return on assets (ROA) menurut Surat Edaran Bank Indonesia

(SEBI) No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 adalah sebagai berikut:

Return On Assets (ROA) =

ROA merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam manghasilkan profit atas aktiva, rasio ini mengukur operasional manajemen perusahaan atau bank. Analisa ROA dalam analisa keuangan mempunyai arti yang sangat penting sebagai salah satu teknik analisa keuangan yang bersifat menyeluruh (komprehensif). ROA ini sudah merupakan teknik analisis yang lazim digunakan oleh pimpinan perusahaan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan dan untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasi perusahaan atau bank dalam menghasilkan keuntungan.30

Maka dapat disimpulkan, semakin tingkat ROA suatu bank, maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula

29

Slamet Riyadi, Banking Assets And Liability Management, h. 156. 30


(46)

34

posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset. Hal ini berarti, jika bank memiliki ROA yang tinggi menunjukkan bahwa bank tersebut memiliki kemampuan yang besar dalam meningkatkan laba operasi apabila dikaitkan dengan dana dari laba yang dikumpulkan.

F. Review Studi Terdahulu

Dalam penelitian atau pembuatan skripsi, terkadang ada tema yang berkaitan dengan penelitian yang kita jalankan sekalipun arah tujuan yang diteliti berbeda. Dari penelitian ini, peneliti menemukan beberapa sumber kajian lain yang telah lebih dahulu membahas terkait dengan tema yang akan di bahas penulis, diantaranya adalah:

1. Bani Pamungkas (2012): Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pembiayaan Bagi Hasil Perbankan Syariah Di Indonesia. Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pada penelitian ini, penulis membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pembiayaan bagi hasil. Variabel independen yang dipakai adalah DPK, Financing rate pembiayaan bagi hasil, lending rate bank konvensional, NPF, SWBI, jumlah kantor bank syariah, inflasi dan industrial production index. Kesimpulan pada penelitian ini ada 2, yaitu pengaruh jangka pendek dan jangka panjang. Dalam jangka pendek, variabel financing rate pembiayaan bagi hasil, SWBI memiliki pengaruh


(47)

35

negative dan signifikan, sedangkan variabel industrial production index memmiliki pengaruh yang positif dan signifikan. Kemudian dalam jangka panjang, variabel jumlah kantor bank syariah, inflasi, indeks produksi industri memiliki pengaruh positif yang signifikan, sedangkan variabel DPK, lending rate bank konvensional, SWBI memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap tingkat pembiayaan bagi hasil perbankan syariah di Indonesia.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian penulis adalah, penulis akan fokus membahas tentang pengaruh struktur modal bank syariah yaitu DPK dan pengaruh rasio likuiditas yaitu NPF terhadap pembiayaan yang disalurkan, selain itu penulis juga akan meneliti implikasinya pada ROA. 2. Endang Nurjaya ( Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta) yang berjudul “Analisis Pengaruh Inflasi, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Non Performing Financing (NPF) dan Dana Pihak Ketiga (DPK) Terhadap Pembiayaan Murabahah Pada Bank Syariah di Indonesia”, 2011.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa pengaruh Inflasi, SBIS, NPF dan DPK terhadap pembiayaan Murabahah pada bank syariah di Indonesia. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial variabel inflasi, NPF dan DPK berpengaruh positif dan signifikan terhadap pembiayaan murabahah pada bank syariah di Indonesia. Sedangkan variabel SBIS berpengaruh negatif dan signifikan. Perbedaan


(48)

36

penelitian ini dengan yang akan penulis teliti terdapat pada variabel yang digunakan dan objek penelitian. Pada penelitian yang akan penulis teliti, variabel eksogen yang akan digunakan yaitu dana pihak ketiga (DPK) dan

non performing financing (NPF). Sedangkan variabel eksogen yang akan digunakan yaitu pembiayaan yang disalurkan (PYD) dan return on assets (ROA). Kemudian, objek yang akan diteliti adalah 3 bank umum syariah (BUS) di Indonesia yang dipilih berdasarkan aset yang paling besar. 3. Ghufran Hasan ( Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga) yang

berjudul “Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Non Performing Financing (NPF), Rasio Biaya, Capital Adequacy Ratio, Financing to Deposit Ratio dan Ukuran Perusahaan Terhadap Profitabilitas Pada Bank Umum Syariah”, 2014.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh DPK, NPF, BOPO, CAR, FDR dan ukuran perusahaan terhadap profitabilitas bank umum syariah. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial variabel DPK berpengaruh negatif dan signifikan, variabel NPF berpengaruh positif dan tidak signifikan, variabel BOPO berpengaruh negatif dan signifikan, variabel CAR berpengaruh negatif dan tidak signifikan, variabel FDR berpengaruh positif dan tidak signifikan, dan variabel ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas pada bank umum syariah. Perbedaan penelitian ini dengan yang akan penulis teliti terdapat pada variabel yang digunakan. Dalam


(49)

37

penelitian yang akan penulis teliti hanya menggunakan dua variabel eksogen, yaitu variabel dana pihak ketiga (DPK) dan non performing financing (NPF).

4. M. Salahudin Fahmi ( Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga) yang berjudul “Pengaruh CAR, NPF, BOPO, dan FDR Terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah”, 2013.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis besarnya pengaruh CAR, NPF, BOPO, dan FDR terhadap profitabilitas bank umum syariah. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan (bersama-sama) dapat disimpulkan bahwa CAR, NPF, BOPO dan FDR secara bersama-sama berpengaruh terhadap ROA. Secara parsial hanya variabel BOPO yang berpengaruh secara signifikan terhadap ROA. Perbedaan penelitian ini dengan yang akan penulis teliti terdapat pada variabel yang digunakan. Dalam penelitian yang akan penulis teliti hanya menggunakan dua variabel eksogen, yaitu variabel dana pihak ketiga (DPK) dan non performing financing (NPF).

5. Lia Yuliany ( Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama) yang berjudul

“Pengaruh Financing to Deposit Ratio (FDR) dan Non Performing Financing (NPF) Terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah”, 2014.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya pengaruh Financing to Deposit Ratio (FDR) dan Non Performance Financing (NPF)


(50)

38

terhadap profitabilitas bank umum syariah. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan variabel FDR dan NPF berpengaruh signifikan terhadap ROA dan ROE bank umum syariah. Secara parsial, variabel FDR berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap profitanilitas bank umum syariah, dan variabel NPF berpengaruh negatif dan signifikan terhadap profitabilitas bank umum syariah. Perbedaan penelitian ini dengan yang akan penulis teliti terdapat pada variabel yang digunakan. Dalam penelitian yang akan penulis teliti hanya menggunakan dua variabel eksogen, yaitu variabel dana pihak ketiga (DPK) dan non performing financing (NPF). Kemudian untuk mengukur kinerja profitabilitasnya, penulis hanya memakai variabel return on assets

(ROA).

G. Kerangka Konseptual

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual


(51)

39

H. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah pernyataan dugaan (conjectural) tentang hubungan antara dua variabel atau lebih.Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang telah dirumuskan. Hipotesis selalu mengambil bentuk kalimat pernyataan (declarative) dan menghubungkan variabel yang satu dengan variabel

Bank Syariah Mandiri (BSM)

BRI Syariah (BRIS) Bank Muamalat

Indonesia (BMI)

Dana Pihak Ketiga (DPK)

(X1)

Non Performing Financing (NPF)

(X2)

Pembiayaan Yang Disalurkan (PYD)

(Y)

Return On Assets

(ROA) (Z)

Metode Analisis: Analisis Jalur

Hasil Pengujian dan Pembahasan


(52)

40

yang lain.31 Penelitian ini akan membangun hipotesis dalam menguji hubungan bagaimana masing-masing variabel independen berpengaruh dengan variabel dependen.

Berdasarkan rumusan masalah pada penelitian ini, maka hipotesis yang akan diajukan adalah sebagai berikut:

H1: DPK dan NPF berpengaruh secara simultan terhadap Pembiayaan Yang

Diberikan Bank Umum Syariah di Indonesia periode 2010-2013

H2: DPK, NPF dan Pembiayaan Yang Diberikan berpengaruh secara simultan

terhadap rasio ROA Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2010-2013 H3: DPK berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pembiayaan Yang

Disalurkan Bank Umum Syariah di Indonesia periode 2010-2013

H4: DPK berpengaruh positif dan signifikan terhadap rasio ROA Bank Umum

Syariah di Indonesia periode 2010-2013

H5: NPF berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Pembiayaan Yang

Disalurkan Bank Umum Syariah di Indonesia periode 2010-2013

H6: NPF berpengaruh negatif dan signifikan terhadap rasio ROA Bank Umum

Syariah di Indonesia periode 2010-2013

31

Toto SyatoriNasehudindanNanangGozali, MetodePenelitianKuantitatif(Bandung: CV PustakaSetia, 2012), h.88.


(53)

41

H7: Pembiayaan Yang Disalurkan berpengaruh positif dan signifikan terhadap


(54)

42

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini menggunakan perusahaan Bank Umum Syariah (BUS) pada Bank Syariah Mandiri (BSM), Bank Muamalat Indonesia (BMI) dan BRI Syariah periode 2010-2013 melalui instrumen laporan keuangan secara kuartal. Data yang berkaitan dengan penelitian ini diperoleh dari laporan keuangan yang telah dipublikasikan oleh masing-masing bank di websitenya. Jenis data yang dikumpulkan

mencakup data laporan keuangan kuartal I – IV selama periode 2010, 2011, 2012,

dan 2013. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh Dana Pihak Ketiga

(DPK), Non Performance Financing (NPF), terhadap Pembiayaan yang disalurkan

(PYD) serta implikasinya pada Return On Assets (ROA) Bank Umum Syariah di

Indonesia.

B. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel

Dalam penelitian ini, yang menjadi populasi adalah Bank Umum Syariah yang terdapat di Indonesia pada tahun 2010-2013. Digunakannya Bank Umum Syariah sebagai sampel karena Bank Umum Syariah berdiri sendiri bukan merupakan unit kerja dari Bank Konvensional seperti Unit Usaha Syariah.Selain itu, Bank Umum Syariah telah dianggap sebagai bank yang murni menggunakan transaksi berprinsip syariah oleh Bank Indonesia.


(55)

43

Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik purposive sampling atau judgement sampling, salah satu teknik pengambilan sample non probabilistic yang dilakukan berdasarkan kriteria yang disesuaikan dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang representatif sesuai dengan kriteria berikut:

1. Bank Umum Syariah yang telah berdiri sendiri (bukan Unit Usaha Syariah) sejak tahun 2010 atau sebelumnya.

2. Merupakan bank syariah yang memiliki annual report dan laporan GCG tahun 2010-2013 yang dapat diakses dari website masing-masing bank.

3. Merupakan bank umum syariah di Indonesia yang masuk tiga besar pada kepemilikan asetnya.

Berdasarkan kriteria diatas, maka bank umum syariah yang akan menjadi objek penelitian penulis adalah Bank Muamalat Indonesia (BMI), Bank Syariah Mandiri (BSM) dan BRISyariah karena ketiga bank tersebut merupakan bank syariah yang memiliki aset terbesar di Indonesia.

C. Teknik Pengumpulan Data

Tehnik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini diperoleh melalui cara sebagai berikut:

1. Studi Lapangan (Field Research)

Yaitu pengumpulan data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan bank yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia atau Bank tersebut.


(56)

44

Yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mempelajari dan memahami data atau bahan yang diperoleh dari berbagai literature, seperti: majalah, surat kabar, buku-buku cetak, artikel, mailing list, (website/ internet) yang berkaitan dengan pembahasan penelitian ini.

D. Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan adalah analisis jalur (path analyze) dengan menggunakan bantuan software pengolah data statistik, SPSS for Windows version 16.0.

Variabel terikat (dependen) yang dikaji dalam penelitian ini yaitu pembiayaan yang disalurkan (PYD) sebagai variabel Y dan profitabilitas yang diukur dengan rasio

return on assets (ROA) sebagai variabel Z. Sedangkan variabel bebas (independen) yang dikaji dalam penelitian ini adalah dana pihak ketiga (DPK) dan non performance financing (NPF).

1. Uji Statistik

a. Uji F (Analisis Pengaruh Secara Simultan)

Uji F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Untuk menguji hipotesis ini digunakan statistik F dengan kriteria pengambilan keputusan bahwa apabila


(57)

45

nilai signifikansi > 0,05 maka Ha ditolak, sedangkan apabila nilai signifikansi < 0,05 maka Ha diterima.1

b. Uji t (Analisis Pengaruh Secara Parsial)

Uji parsial digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Uji t-test ini pada dasarnya untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen.2 Kriteria pengmbilan keputusan dilakukan dengan tingkat signifikansi 5 %. Ha diterima jika tingkat signifikansi < 5% (kurang dari 0,05) dan Ha ditolak apabila tingkat signifikansi > 5 %.

c. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil menunjukkan bahwa kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu menunjukkan bahwa variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.

1

Singgih Santoso, Aplikasi SPSS pada Statistik Parametrik (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2012), h. 98.

2


(58)

46

Kelemahan mendasar dalam menggunakan koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan dalam model. Apabila satu variabel independen ditambah, R2akan meningkat tanpa mempedulikan apakah variabel tersebut berpengaruh secara siginifikan atau tidak terhadap variabel dependen. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan nilai adjusted R2untuk mengevaluasi model regresi. Nilai adjusted R2mampu naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan dalam model regresi. Seperti halnya koefisien determinasi (R2), nilai adjusted R2 juga berkisar antara nol dan satu. Apabila mendekati nilai 1 berarti semakin kuat kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependennya.3

d. Analisis Jalur (path analyze)

Analisis jalur adalah sebuah metode untuk mempelajari efek langsung (direct effect) maupun efek tidak langsung (indirect effect) dari variabel.4 Analisis jalur (path analyze) sebenarnya merupakan pengembangan korelasi yang diurai menjadi beberapa interpretasi akibat yang ditimbulkannya. Lebih lanjut, analisis jalur mempunyai kedekatan dengan regresi berganda. Dengan kata lain, regresi berganda merupakan bentuk khusus analisis jalur.

3

Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19, Edisi 5 (Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2011), h. 97.

4

Agus Widarjono, Analisis Statistika Multivariat Terapan (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2010), h. 264.


(59)

47

Analisis jalur ingin menguji persamaan regresi yang melibatkan beberapa variabel eksogen dan endogen sekaligus sehingga memungkinkan pengujian terhadap variabel mediating/intervening atau variabel antara. Di samping itu analisis jalur juga dapat mengukur hubungan langsung antar variabel dalam model. Hubungan langsung antara variabel eksogen terhadap variabel dapat dilihat pada koefisien beta. Hubungan tidak langsung adalah seberapa besar pengaruh eksogen terhadap variabel endogen melalui variabel intervening. Pengaruh total dapat diperoleh dengan menjumlahkan hubungan langsung dan hubungan tidak langsung.5

Analisis jalur digunakan apabila secara teori kita yakin berhadapan dengan masalah yang berhubungan sebab akibat. Tujuannya yaitu menerangkan akibat langsung dan tidak langsung seperangkat variabel, sebagai variabel penyebab terhadap variabel lainnya yang merupakan variabel akibat. Beberapa istilah dan definisi dalam analisis jalur adalah sebagai berikut:

1) Dalam analisis jalur hanya menggunakan lambang variabel, yaitu X. Untuk membedakan X yang satu dengan X lainnya yaitu dengan menggunakan indeks (subscript). Contoh: X1, X2, X3...Xk

5

Imam Ghozali, Model persamaan Struktural Konsep dan Aplikasi Dengan Program Amos 16.0 (Semarang, Badan Penerbit UNDIP, 2008), h. 93.


(60)

48

2) Membedakan duajenis variabel, yaitu variabel yang menjadi pengaruh (exogenous variable) dan variabel yang dipengaruhi (endogenous variable).

3) Lambang hubungan langsung dari eksogen ke endogen adalah panah bermata satu, yang bersifat arah hubungan yang tidak berbalik (satu arah).

4) Diagram jalur merupakan diagram atau gambar yang mensyaratkan hubungan terstruktur antar variabel.

Dilihat dari paradigma penelitian maka dapat diperoleh substruktur linier sebagai berikut:

Substruktur I:

Gambar 3.1

Hubungan Kausal X1, X2, Terhadap Y

X1

X2

Y


(61)

49

Bila dirumuskan kedalam persamaan matematis akan didapat model sebagai berikut:

Y = ρYX1 + ρYX2 + e1 Keterangan:

Y = Pembiayaan Yang Disalurkan (PYD) X1 = Dana Pihak Ketiga (DPK)

X2 = Non Performance Financing (NPF) e1 = Residual Error

Substruktur II:

Gambar 3.2

Hubungan Kausal X1, X2, dan YTerhadap Z

Z = ρZX1 + ρZX2 + PZY + ɛ 2 X1

X2

Z Y

e1


(62)

50

Y = ρYX1 + ρYX2 + PYZ + e 2

Keterangan:

Z = Return On Assets (ROA)

Y = Pembiayaan Yang Disalurkan (PYD) X1 = Dana Pihak Ketiga (DPK)

X2 = Non Performance Financing (NPF) ɛ 2 = Residual Error

E. Operasional Variabel Penelitian

Operasionalisasi variabel penelitian merupakan spesifikasi kegiatan peneliti dalam mengukur suatu variabel.Spesifikasi tersebut menunjukkan pada dimensi-dimensi dan indikator-indikator dari variabel penelitian yang diperoleh melalui pengamatan dan penelitian terdahulu. Adapun variabel dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel Endogen

a. Return On Assets (ROA) (Z)

ROA merupakan ukuran kemampuan perusahaan atau bank menghasilkan laba bersih atas seluruh aset.


(63)

51

Gambar 3.3

Rumus Return On Assets (ROA)

x 100 %

b. Pembiayaan Yang Disalurkan (PYD) (Y)

Bank sebagai lembaga intermediasi keuangan (financial intermediary institution) selain melakukan kegiatan penghimpunan dana dari masyarakat, ia juga akan menyalurkan dana tersebut ke masyarakat dalam bentuk kredit atau pembiayaan. Istilah kredit banyak dipakai dalam sistem perbankan konvensional yang berbasis pada bunga (interest based). Sedangkan dalam hukum perbankan syariah lebih dikenal dengan istilah pembiayaan (financing) yang berbasis pada keuntungan riil yang dikehendaki (margin) ataupun bagi hasil (profit sharing).6

Dalam perbankan syariah biasanya bank menyediakan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang nyata (asset), baik yang didasarkan pada konsep jual beli, sewa-menyewa, ataupun bagi hasil. Dengan demikian transaksi-transaksi yang terjadi di perbankan syariah adalah transaksi yang bebas dari riba atau bunga karena selalu terdapat

6

Abdul Ghofur Anshori, Perbankan Syariah di Indonesia (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2007), h. 98.


(1)

Lampiran 1: Data Panel yang diperolehdari Annual Report danLaporan GCG

Bank UmumSyariah di Indonesia periode 2010-2013

WAKTU BANK DPK NPF PYD ROA

Triwulan I 2010

BSM

20.795.571 0,66% 17.504.088 2,04% Triwulan I 2010

BRIS

3.015.398 1,92% 3.183.534 1,12% Triwulan I 2010

BMI

12.020.256 5,83% 11.387.267 1,48% Triwulan II 2010

BSM

23.091.575 0,88% 19.703.961 2,00% Triwulan II 2010

BRIS

3.674.356 1,97% 4.136.231 0,97% Triwulan II 2010

BMI

12.355.224 3,93% 12.534.416 1,07% Triwulan III 2010

BSM

24.564.246 1,45% 21.265.592 2,30% Triwulan III 2010

BRIS

4.861.164 2,06% 4.825.152 0,24% Triwulan III 2010

BMI

13.856.508 3,36% 13.514.836 0,81% Triwulan IV 2010

BSM

28.140.965 1,29% 23.791.257 2,21% Triwulan IV 2010

BRIS

5.762.952 2,14% 5.415.705 0,35% Triwulan IV 2010

BMI

18.574.217 3,51% 15.633.725 1,36% Triwulan I 2011

BSM

31.877.266 1,12% 26.949.562 2,22% Triwulan I 2011

BRIS

5.960.427 1,70% 5.752.302 0,23% Triwulan I 2011

BMI

18.579.188 3,99% 17.743.256 1,38% Triwulan II 2011

BSM

33.549.058 1,14% 29.906.441 2,12% Triwulan II 2011

BRIS

6.577.958 2,77% 6.085.800 0,20% Triwulan II 2011

BMI

20.732.978 3,57% 18.177.208 1,74% Triwulan III 2011

BSM

37.823.467 1,26% 34.230.721 2,03% Triwulan III 2011

BRIS

8.370.114 2,27% 7.940.487 0,40% Triwulan III 2011 BMI 22.493.490 3,71% 20.773.581 1,55%


(2)

Triwulan IV 2011

BSM

42.133.653 0,95% 36.478.594 1,95% Triwulan IV 2011

BRIS

9.906.412 2,12% 9.163.769 0,20% Triwulan IV 2011

BMI

29.126.650 1,78% 22.432.952 1,52% Triwulan I 2012

BSM

42.371.223 0,86% 37.235.190 2,17% Triwulan I 2012

BRIS

8.899.482 2,40% 9.055.266 0,17% Triwulan I 2012

BMI

27.511.865 1,97% 23.206.627 1,51% Triwulan II 2012

BSM

42.727.170 1,41% 39.165.716 2,25% Triwulan II 2012

BRIS

9.410.923 2,15% 9.668.339 1,21% Triwulan II 2012

BMI

28.229.124 1,94% 25.746.302 1,61% Triwulan III 2012

BSM

43.918.084 1,55% 41.736.217 2,22% Triwulan III 2012

BRIS

10.153.407 1,89% 10.157.459 1,34% Triwulan III 2012

BMI

30.793.835 1,61% 27.884.997 1,62% Triwulan IV 2012

BSM

46.687.969 1,14% 44.391.493 2,25% Triwulan IV 2012

BRIS

11.948.899 1,84% 11.394.033 1,19% Triwulan IV 2012

BMI

39.422.307 1,81% 32.843.988 1,54% Triwulan I 2013

BSM

47.619.185 1,55% 46.053.412 2,56% Triwulan I 2013

BRIS

13.064.182 2,01% 11.969.477 1,71% Triwulan I 2013

BMI

40.056.618 1,76% 35.265.600 1,72% Triwulan II 2013

BSM

50.529.792 1,10% 48.139.082 1,79% Triwulan II 2013

BRIS

13.832.170 1,94% 13.459.933 1,41% Triwulan II 2013

BMI

41.002.489 1,86% 38.089.107 1,66% Triwulan III 2013

BSM

53.649.161 1,59% 49.474.020 1,51% Triwulan III 2013

BRIS


(3)

Triwulan III 2013

BMI

43.531.102 1,86% 39.713.994 1,69% Triwulan IV 2013

BSM

55.767.955 2,29% 50.178.894 1,53% Triwulan IV 2013

BRIS

14.349.712 3,26% 14.152.851 1,15% Triwulan IV 2013

BMI

45.022.858 0,78% 41.779.112 1,37%

Lampiran 2: Hasil Uji F (Simultan) substruktur I

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1

Regression 9235756495473

326,000 2

4617878247736

663,000 2660,364 ,000

b

Residual 7811131919958

0,160 45

1735807093324 ,003

Total 9313867814672

906,000 47

a. Dependent Variable: PYD b. Predictors: (Constant), NPF, DPK

Lampiran 3: Hasil Uji t (Parsial) substruktur I

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) -579708,553 653075,007 -,888 ,379

DPK ,909 ,013 1,004 67,579 ,000

NPF 28842862,650 19733158,652 ,022 1,462 ,151


(4)

Lampiran 4: Hasil Uji Koefisien Determinasi Substruktur I

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the Estimate

1 ,996a ,992 ,991 1317500,320

a. Predictors: (Constant), NPF, DPK b. Dependent Variable: PYD

Lampiran 5: Hasil Analisis Korelasi Substruktur I

Correlations

DPK NPF

DPK

Pearson Correlation 1 -,395**

Sig. (2-tailed) ,005

N 48 48

NPF

Pearson Correlation -,395** 1

Sig. (2-tailed) ,005

N 48 48

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Lampiran 6: Hasil Uji F (Simultan) Substruktur II

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1

Regression ,001 3 ,000 25,413 ,000b

Residual ,001 44 ,000

Total ,001 47

a. Dependent Variable: ROA

b. Predictors: (Constant), PYD, NPF, DPK


(5)

Lampiran 7: Hasil Uji t (Parsial) Substruktur II

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) ,010 ,002 6,098 ,000

DPK 9,768E-010 ,000 2,816 2,802 ,008

NPF -,036 ,052 -,071 -,694 ,491

PYD -7,997E-010 ,000 -2,088 -2,096 ,042

a. Dependent Variable: ROA

Lampiran 8: Hasil Uji Koefisien Determinasi Substruktur II

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the Estimate

1 ,796a ,634 ,609 ,00337

a. Predictors: (Constant), PYD, NPF, DPK b. Dependent Variable: ROA


(6)

Lampiran 9: Hasil Analisis Korelasi Substruktur II

Correlations

DPK NPF PYD ROA

DPK

Pearson Correlation 1 -,395** ,996** ,766**

Sig. (2-tailed) ,005 ,000 ,000

N 48 48 48 48

NPF

Pearson Correlation -,395** 1 -,375** -,400**

Sig. (2-tailed) ,005 ,009 ,005

N 48 48 48 48

PYD

Pearson Correlation ,996** -,375** 1 ,743**

Sig. (2-tailed) ,000 ,009 ,000

N 48 48 48 48

ROA

Pearson Correlation ,766** -,400** ,743** 1

Sig. (2-tailed) ,000 ,005 ,000

N 48 48 48 48


Dokumen yang terkait

Analisi pengaruh dana pihak ketiga (DPK) dan non performing financing (NPF) terhadap pembiayaan yang disalurkan serta imlekasinya pada return on assets (ROA) di Bank Muamalat Indonesia

2 38 96

ANALISIS PENGARUH MODAL, NON PERFORMING FINANCING (NPF), DAN INFLASI TERHADAP PEMBIAYAAN YANG DISALURKAN SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP RETURN ON ASSETS (ROA) PADA PERBANKAN SYARIAH

2 7 156

Analisis pengaruh inflasi srtifikat bank Indonesia Syariah (SBIS), non performing financing (NPF) dan dana pihak ketiga (DPK) terhadap pembiayaan murabahah pada bank Syariah di Indonesia (periode januari 2007--maret 2011)

6 43 157

Pengaruh DPK dan NPF terhadap pembiayaan yang disalurkan (PYD) serta implikasinya pada Roa: studi pada 3 bank umum syariah di Indonesia periode 2010-2013

1 16 114

Pengaruh capital adequacy ratio (car), non performing financing (npf), danan pohak ketiga (dpk), sertifikat bank umum syariah (sbis) terhadap penyaluran pembiayaan bank umum syariah periode 2009-2015

0 8 116

Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas, Inflasi dan DPK terhadap NPF Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah di Indonesia Periode 2013-2015

1 6 101

ANALISIS PENGARUH DPK, CAR, NPF DAN ROA TERHADAP PEMBIAYAAN DI PT BANK MUAMALAT Analisis Pengaruh DPK, CAR, NPF Dan ROA Terhadap Pembiayaan Di PT Bank Muamalat Indonesia TBK. Periode 2007-2013.

0 2 15

PENGARUH NPF DAN DPK TERHADAP PEMBIAYAAN BANK SYARIAH MANDIRI INDONESIA : LAPORAN KEUANGAN PT. BANK SYARIAH MANDIRI INDONESIA PERIODE 2009-2015.

0 0 90

ANALISIS PENGARUH FDR, BOPO, NPF DAN DPK TERHADAP PROFITABILITAS BANK UMUM SYARIAH (Pada Bank Umum Syariah di Indonesia Tahun 2011-2013) - Perbanas Institutional Repository

0 0 18

ANALISIS PENGARUH NPF, CAR, FDR, DPK, DAN ROA TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA

4 27 17