62
BAB IV ANALISIS PENGARUH PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23
TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT PADA LAZIS PP MUHAMMADIYAH
A.
Analisis Sistem Pengelolaan Zakat Menurut UU No. 23 Tahun 2011
Selama ini pengelolaan zakat berdasarkan undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 dinilai sudah tidak sesuai dengan perkembangan kebutuhan hukum
dalam masyarakat serta banyak pihak yang merasakan masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam menjawab permaslahan perzakatan di tanah air. Oleh
karena di dalam Undang-Undang Pengelolaan Zakat yang baru perlu adanya pengelolaan zakat yang lebih terintegrasi atau terorganisir dan terarah dengan
mengedepankan perencanaan, pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan. Maka dikeluarkanlah Undang-Undang Pengelolan Zakat yang baru yaitu Undang-
Undang No. 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat yang disahkan oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono pada Tanggal 25 November 2011.
Seperti yang telah dibahas dalam Landasan teori di BAB II, Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2011 terdapat penambahan pasal-pasal dari UU Zakat
No. 23 Tahun 2011 yang belum diatur dalam UU no. 381999, perbedaan tersebut adalah :
62
62
Trie Anis Rosyidah, “Implementasi Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 Terhadap Legalitas Pengelolaan Zakat Oleh Lembaga Amil Zakat”
, Jurnal, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya.hal 7.
63
h. Terdapat penambahan ayat, penjabaran definisi yang terkait dengan
pengelolaan zakat. i.
Pasal 5 ayat 1, untuk melaksanakan pengelolaan zakat, pemerintah
membentuk BAZNAS. j.
Pasal 7 ayat 1, dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 6, BAZNAS menyelenggarakan fungsi: 4
perencanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat; 5
pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian,dan pendayagunaan zakat; 6
pengendalian pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat; dan pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan pengelolaan zakat.
k. Pasal 17, untuk membantu BAZNAS dalam pelaksanaan pengumpulan,
pendistribusian, dan pendayagunaan zakat, masyarakat dapat membentuk LAZ.
l.
Pasal 18, penjelasan mengenai ayat 1yaitupembentukan LAZ wajib mendapat izin Menteri atau pejabat yang ditunjuk oleh Menteri dan ayat 2, izin
sebagaimana dimaksud pada ayat 1 hanya diberikan apabila memenuhi persyaratan paling sedikit bila:
i terdaftar sebagai organisasi kemasyarakatan Islam yang mengelola bidang
pendidikan, dakwah, dan sosial; j
berbentuk lembaga berbadan hukum; k
mendapat rekomendasi dari BAZNAS; l
memiliki pengawas syariat;
64
m memiliki kemampuan teknis, administratif dan keuangan untuk
melaksanakan kegiatannya; n
bersifat nirlaba; o
memiliki program untuk mendayagunakan zakat bagi kesejahteraan umat; dan
p bersedia diaudit syariah dan diaudit keuangan secara berkala.
m. Pasal 38, setiap orang dilarang dengan sengaja bertindak selaku amil zakat
melakukan pengumpulan, pendistribusian, atau pendayagunaan zakat tanpa izin pejabat yang berwenang.
n. Pasal 41, setiap orang yang dengan sengaja dan melawan hukum melanggar
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 satu tahun danatau pidana denda paling banyak
Rp50.000.000,00 lima puluh juta rupiah. Selanjutnya ada empat hal pokok yang dilakukan dalam sistem Lembaga
Amil Zakat pada umumnya, yaitu Pengumpulan, Pendistribusian, Pendayagunaan, dan Pelaporan. Dalam Undang- Undang No. 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan
Zakat hal tersebut dijelaskan dalam BAB III yang terdiri dari beberapa pasal-pasal sebagai berikut :
63
63
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan zakat