31
Hal ini sejalan dengan amanat dan tanggung jawab yang dibebankan kepada Badan Amil Zakat BAZ, yaitu:
33
a. Memperbaiki keadaan dan taraf perekonomian masyarakat dalam hal ini para
mustahik. b.
Menyediakan fasilitas yang akan menunjang upaya perbaikan penghasilan bagi umat.
c. Melakukan penataan administrasi umum, personalia dan keuangan zakat.
Selain itu, lembaga amil zakat punya tugas penting lain yaitu melakukan sosialisasi tentang zakat kepada masyarakat secara terus menerus dan
berkesinambungan, melalui berbagai forum dan media. Dengan sosialisasi yang baik dan optimal, diharapkan masyarakat muzakki akan semakin sadar untuk
membayar zakat melalui lembaga yang kuat, amanah dan terpercaya. Materi sosialisasi antara lain berkaitan dengan keajaiban zakat, hikmah dan fungsinya,
harta benda yang wajib dikeluarkan zakatnya, cara menghitung zakat yang mudah serta cara menyalurkannya. Sejalan dengan UU No. 17 tahun 2000
tentangperubahan ketiga UU No. 7 tahun 1983 tentang pajak penghasilan, maka kaitan dengan pajak ini perlu juga disosialisasikan kepada masyarakat.
34
Sekiranya dari dana zakat ini belum juga mencukupi untuk menanggulangi masalah-masalah sosial, maka atas orang-orang kaya harus dikenakan lagi
kewajiban ekstra selain zakat, seperti membayar pajak, sedekah, menyantuni
33
Departemen Agama, Fiqh Zakat, Jakarta: Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam dan Direktorat Pemberdayaan Zakat, Departemen Agama, 2008, h. 107.
34
Didin Hafidhudin, Zakat dalam Perekonomian modern, h. 132.
32
kaum kerabat, sehingga terwujud suatu kondisi masyarakat harmonis, bebas dari kemiskinan, kebodohan, dan berbagai tuna sosial lainnya.
35
C. Pengertian dan Dasar Hukum Pengelolaan
1. Pengertian Pengelolaan
Pengelolaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah suatu proses atau cara melakukan kegiatan tertentu dengan menggerakkan tenaga
orang lain atau proses yang membantu merumuskan kebijaksanaan dan tujuan organisasi, adapun kata pengelolaan berasal dari kata “kelola” yang berarti
mengendalikan atau menyelenggarakan. Pengelolaan dalam organisasi pengelola zakat adalah sejumlah rangkaian proses mulai dari pengumpulan
zakat pengaturan hingga pendistribusiannya tepat sasaran yaitu benar-benar sampai kepada orang-orang yang berhak menerimanya.
2. Dasar Hukum Pengelolaan
Ketentuan pengelolaan zakat sebagaimana termaktub dalam al-Qur’an surat At-taubah ayat 103
õ‹è{ ô⎯ÏΒ
öΝÏλÎ;≡uθøΒr Zπsy‰|¹
öΝèδãÎdγsÜè? ΝÍκÏj.t“è?uρ
pκÍ5 Èe≅|¹uρ
öΝÎγø‹n=tæ ¨βÎ
y7s?4θn=|¹ Ö⎯s3y™
öΝçλ°; 3
ªuρ ìì‹Ïϑy™
íΟŠÎ=tæ ∩⊇⊃⊂∪
Artinya: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk
mereka. Sesungguhnya do’a kamu itu menjadi ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha
Mengetahui
”.Q.S At-Taubah9: 103
35
Abdurrahman Qadir, Zakat dalam Dimensi Mahdhah dan Sosial, h. 216.
33
Hukum pendayagunaan atau pengelolaan zakat yaitu yang dilakukan oleh sebagian besar lembaga amil zakat yang dengan memodifikasi cara penyaluran
dari dana zakat, infak, dan shadaqah tersebut agar mempunyai dampak yang lebih besar seperti untuk program-program kesehatan gratis bagi kaum miskin,
beasiswa, pembangunan sarana pendidikan, bantuan usaha dan lain sebagainya. Untuk itu para ulama’ dahulu maupun sekarang, ada yang meluaskan arti
sabilillah, yaitu dengan menafsirkan kata tersebut tidak hanya khusus pada jihad dimedan peperangan dan yang berhubungan denganya, akan tetapi ditafsirkannya
juga pada semua hal yang mencakup kemaslahatan umat muslim, takarrub dan perbuatan-perbuatan baik, sesuai d engan penerapan asal dari kalimat tersebut.
Beberapa pendapat ulama’ tersebut antara lain: a.
Pendapat Imam Kasani dalam kitab al-Bada’i beliau menafsirkan sabilillah dengan semua amal perbuatan yang menunjukkan takarrub dan ketaatan
kepada Allah.
36
b. Ulama Mazhab Hanafi juga sepakat bahwa kefakiran dan kebutuhan
merupakan syarat utama setiap orang yang dianggap termasuk sabilillah apakah ia tentara, jamaah haji, pencari ilmu atau orang yang berjuang di jalan
kebajikan.
37
c. Imam Qaffal yang mengutip pendapat beberapa fuqaha mengatakan bahwa
mereka itu memperkenankan menyerahkan zakat kepada semua bentuk
36
Wahbah al-Zuhayli, Fiqh al-Islam wa Adillatuhu, Juz II Beirut: Dar al-Fikr, 1997, h. 876
37
Syam al-Din al- Sarakhshi, al-Mabsuth, Juz. III, Beirut: Dar al-Fikr, 1993, h. 10.
34
kebajikan, seperti mengurus mayat, mendirikan benteng, meramaikan masjid, karena sesungguhnya firmanNya “fi sabilillah” itu bersifat umum, meliputi
semuanya.
38
d. Imamiah Ja’farī dalam Mukhtasar an-Nāfi’salah satu buku mazhab Imam
Ja’far mengemukakan bahwa sabilillah itu artinya segala amal perbuatan yang mendekatkan diri kepada Allah atau untuk kemaslahatan bersama.
39
e. Rasyid Ridha pengarang Tafsir al-Mannār, menafsirkan ayat ini bahwa yang
benar arti sabilillah di sini adalah kemaslahatan umum kaum Muslimin, yang denganya tegak urusan agama dan pemerintahan, dan bukan untuk
kepentingan pribadi.
40
Di sisi lain, implementasi zakat dalam undang-undang RI.NO.23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat pada pasal 3 ditegaskan bahwa pengelolaan zakat
bertujuan.
41
a. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan dalam pengelolaan zakat
b. Meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat
dan penanggulangan kemiskinan. Selanjutnya, Imam Qurtubi menafsirkan amil sebagai pengelola zakat
dalam Qs.at-Taubah:60, merupakan orang-orang yang ditugaskan diutus oleh
38
Wahbah al-Zuhaili, Zakat Kajian Berbagai Mazhab, pengantar Jalaluddin Rahmat, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1995, h. 275
39
Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, Jakarta: Lentera Antar Nusa, 2002, h. 621.
40
Rasyid Ridha, Imam Muhammad, Tafsir al-Qur`an al-Hakim al-Syahir bi Tafsir al-Manar, juz. 10. Bierut: Dar al-Fikr, h. 506.
41
Pasal 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat http:sumsel.kemenag.go.idfiledokumenuu23zakat.pdf, Diakses tanggal 18 September 2014