Penguasaan Materi TINJAUAN PUSTAKA
Slameto 1991 :131 menyebutkan penguasaan materi merupakan hasil belajar dari ranah kognitif. Hasil belajar dari ranah kognitif memiliki hierarki atau
bertingkat-tingkat. Adapun tingkat-tingkat yang dimaksud adalah: 1 informasi area verbal; 2 informasi fakta dan pengetahuan verbal; 3 konsep
dan prinsip; dan 4 pemecahan masalah dan kreatifitas. Informasi nonverbal dikenal atau dipelajari dengan cara mendengarkan orang lain dan dengan jalan
membaca. Semuanya itu penting untuk memperoleh konsep-konsep. Selanjutnya konsep-konsep itu penting untuk membentuk prinsip-prinsip.
Kemudian prinsip-prinsip itu penting dalam memecahkan masalah atau dalam kreatifitas.
Menurut Nurhadi 2004 : 27, penguasaan materi tidak hanya penguasaan
fakta. Penguasaan materi juga berkenaan dengan sikap terhadap belajar dan sikap terhadap pandangan yang bertentangan. Penguasaan materi harus
membantu siswa untuk menghubungkan pengetahuan teknik terhadap nilai- nilai pribadi. Hal ini juga memungkinkan siswa membuat keputusan
berdasarkan pemikiran yang mendalam dan melakukan diskusi bersama orang lain yang berbeda pandangan.
Keberhasilan siswa dalam belajar menurut Kulsum 2007: 24 dipengaruhi
oleh beberapa faktor dari aktivitas belajar siswa itu sendiri, aktivitas yang tinggi dapat meningkatkan daya serap siswa terhadap pelajaran yang
diterimanya. Keberhasilan proses belajar mengajar diukur dari hasil yang diperoleh siswa dalam pembelajaran, sehingga dapat dikatakan bahwa
aktivitas belajar siswa dengan peguasaan materi siswa saling berkaitan dan
terdapat korelasi yang positif, yaitu semakin tinggi aktiitas siswa maka semakin tinggi pula penguasaan materi belajar siswa.
Penguasaan materi pelajaran oleh siswa dapat diukur dengan mengadakan
evaluasi. Menurut Thoha 2001 : 1 evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan
instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan. Instrumen atau alat ukur yang bisa digunakan dalam evaluasi
adalah tes. Sedangkan tes menurut Arikunto 2003:53 merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dengan
cara dan aturan aturan yang sudah ditentukan. Menurut Daryanto 1999 : 11-35 tujuan utama melakukan evaluasi dalam
proses belajar-mengajar adalah untuk mendapatkan informasi yang akurat mengenai tingkat pencapaian tujuan isntruksional oleh siswa sehingga dapat
diupayakan tindak lanjutnya. Salah satu instrumen atau alat ukur yang biasa digunakan dalam evaluasi adalah tes. Tes adalah serentetan pertanyaan atau
latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu
atau kelompok.
Daryanto 1999 :195-196 juga berpendapat bahwa tes untuk mengukur berapa banyak atau berapa persen tujuan pembelajaran dicapai setelah satu
kali mengajar atau satu kali pertemuan adalah postest atau tes akhir. Disebut tes akhir karena sebelum memulai pelajaran guru mengadakan tes awal atau
pretest. Kegunaan tes ini ialah terutama untuk dijadikan bahan pertimbangan
dalam memperbaiki rencana pembelajaran. Dalam hal ini, hasil tes tersebut dijadikan umpan balik dalam meningkatkan mutu pembelajaran.
Bloom dalam Purwanto, 2008: 43 membagi tingkat kemampuan atau tipe
hasil belajar yang termasuk aspek kognitif menjadi enam, yaitu pengetahuan hafalan, pemahaman, atau komprehensi, penerapan aplikasi, analisis, sintesis
dan evaluasi. Dalam mengetahui efektif atau tidaknya suatu media maka harus dilakukan
evaluasi, keefektivitasan pelaksanaan proses instruksional diukur dari dua aspek, yaitu bukti-bukti empiris mengenai hasil belajar siswa yang dihasilkan
oleh sistem instruksional, dan bukti-bukti yang menunjukan berapa banyak kontribuasi media atau media program terhadap keberhasilan atau keefektivan
proses instruksional Arsyad, 2003: 173.