Bedah Sinus Endoskopi Fungsional BSEF

dapat merangsang peningkatan dari frekuensi gerak silia dan hal ini kemungkinan juga dipengaruhi oleh adanya pengaturan dari Adenosin Tri-Phosphat ATP oleh axon-axon silia. Efek antibakterial topikal dari hipertonik salin dikenal baik dapat memperbaiki luka dan mencuci luka yang terbuka. Shoseyov D, 2005

2.12 Bedah Sinus Endoskopi Fungsional BSEF

Bedah sinus endoskopi fungsional BSEF merupakan tehnik terbaik untuk penatalaksanaan rinosinusitis kronik sampai dengan saat ini. BSEF lebih konservatif dengan morbiditas yang rendah apabila dibandingkan dengan tehnik operasi yang lain, Kennedy DW,2006. Tehnik bedah ini pertama kali diperkenalkan oleh Messerklinger dan dipopulerkan oleh Stamberger di Eropa dan Kennedy di Amerika dengan sebutan functional endoscopik sinus surgery FESS. Tehnik operasi ini dilakukan secara bertahap, mulai dari yang paling ringan yaitu infundibulektomi sampai etmoidektomi total Ahmed, 2003; Kennedy DW, 2006. Konsep dari teknik BSEF adalah didasari pada perubahan yang reversibel pada fungsi mukosiliar dan patologi mukosa dengan cara memperbaiki patologi penyakit sinusitis kronis di daerah komplek osteomeatal KOM dan untuk memulihkan fisiologi dari ventilasi serta drainase sinus paranasal di daerah KOM ke jalan alamiah, karena meskipun kelainan di KOM sangat minimal dapat mengganggu ventilasi sinus dan mucociliary clearance Busquets JM,2006 ; Katsuhisa I.1996 ; Kennedy DW,2006 Setelah penelitian Messerklinger pada tahun 1950-1960 an telah banyak peneliti lain yang mengkaji ulang serta berusaha membuktikan kevaliditasan teori beliau baik secara simptomatik, radiologi, dan mengevaluasi secara patologi pada Universitas Sumatera Utara sebelum dan sesudah operasi dan salah satunya adalah Katsuhisa . Menurut beliau konsep dari teknik BSEF adalah didasari pada perubahan yang reversibel pada fungsi mukosiliar dan patologi mukosa hidung dengan cara memperbaiki patologi penyakit sinusitis kronis di daerah KOM, memperbaiki mukosa sinus yang telah rusak dengan cara membuka ostium sinus sealamiah mungkin dan bersamaan itu juga memulihkan fisiologi dari ventilasi dan drainase sinus paranasal sehingga daya pembersihan mukosiliar meningkat. Katsuhisa I. 1996 : Bassiouny. 2003 : Wilma T.2007 Universitas Sumatera Utara

BAB 3 KERANGKA KONSEP

Gangguan transportasi mukosiliar Regenerasi silia Drainase dan ventilasi lancar BSEF + Adjuvan Terapi Cairan Isotonik NaCl 0,9 atau Cairan Hipertonik NaCl 3 Obstruksi ostium sinus Rinosinusitis Kronis

Dokumen yang terkait

Efektifitas Penggunaan Catatan Pantau Cairan Terhadap Keseimbangan Cairan pada Anak dengan Diare di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2012

0 51 76

Perbandingan ketepatan antara pemeriksaan sitologi sputum induksi NaCl 3% dengan sitologi sputum post-bronkoskopi secara fiksasi Saccomanno dalam membantu penegakan diagnosis kanker paru.

6 85 101

Perbandingan Waktu Transportasi Mukosiliar Hidung Pada Penderita Rinosinusitis Kronis Sebelum Dan Sesudah Dilakukan Bedah Sinus Endoskopi Fungsional

1 30 110

Perbedaan Waktu Transportasi Mukosiliar Hidung Pada Penderita Rinosinusitis Maksila Kronis Dengan Kavum Nasi Normal

0 46 78

Gambaran Pemberian Cairan Intravena untuk Tindakan Resusitasi Cairan pada Kasus Trauma Akibat Kecelakaan Lalu Lintas di IGD RSUP H.Adam Malik pada Bulan Oktober 2014

2 60 60

Pengaruh Cuci Hidung dengan NaCl 0,9% Terhadap Peningkatan Rata-rata Kadar pH Cairan Hidung pada Pedagang Kaki Lima di Kawasan Kampus Universitas Sumatera Utara

1 18 64

Pengaruh Cuci Hidung dengan NaCl 0,9% Terhadap Peningkatan Rata-rata Kadar pH Cairan Hidung pada Pedagang Kaki Lima di Kawasan Kampus Universitas Sumatera Utara

0 0 14

Pengaruh Cuci Hidung dengan NaCl 0,9% Terhadap Peningkatan Rata-rata Kadar pH Cairan Hidung pada Pedagang Kaki Lima di Kawasan Kampus Universitas Sumatera Utara

0 0 2

Perbedaan transpor mukosiliar pada pemberian larutan garam hipertonik dan isotonik penderita rinosinusitis kronis

0 0 8

Pengaruh cuci hidung dengan NaCl 0,9 terhadap peningkatan rata-rata kadar pH cairan hidung

0 0 6