aliran darah mukosa. Pembengkakan mukosa juga dapat menyempitkan ostium dan menurunkan fungsi pembersihan mukosiliar. Ballenger JJ, 1994 ; Busquets JM,
2006 ; Wilma T, 2007
Sakakura, 1997, menerangkan bahwa patofisiologi dari rinosinusitis kronik
berawal dari adanya suatu inflamasi dan infeksi yang menyebabkan dilepasnya mediator diantaranya vasoaktif amin, proteases, arachidonic acid metabolit, imun
kompleks, lipopolisakarida dan lain-lain. Hal- hal tersebut menyebabkan terjadinya kerusakan dari mukosa hidung dan akhirnya menyebabkan disfungsi mukosiliar.
Adanya disfungsi mukosiliar menyebabkan terjadinya stagnasi mukus. Akibatnya bakteri akan semakin mudah untuk berkolonisasi dan proses inflamasi akan kembali
terjadi. Katsuhisa K, 2001 ; Sakakura, 1997
2.10 Gejala Klinis Dan Diagnosa
Rinosinusitis didiagnosis apabila dijumpai 2 gejala mayor atau 1 gejala mayor dan 2 gejala minor. Jika hanya 1 gejala mayor atau 2 atau lebih gejala minor yang
dijumpai, maka diperkirakan sebagai persangkaan rinosinusitis yang harus termasuk sebagai diagnosis banding. Busquets JM ,2000 ; Draft , 1995 ; Stankiewicz, 2001
Gejala Mayor :
Obstruksi
hidung
Sekret pada hidung sekret belakang hidung
Sakit kepala
Nyeri rasa tekan pada wajah
Kelainan penciuman hiposmia anosmia
Universitas Sumatera Utara
Gejala Minor :
Demam,
halitosis
Pada anak ; batuk, iritabilitas
Sakit gigi
Sakit telinga nyeri tekan pada telingarasa penuh pada telinga
2.11 Cairan Salin
Cairan Salin sebagai adjuvan terapi pada sinusitis dapat mencegah sekresi krusta pada rongga hidung, khususnya di KOM. Hal ini difasilitasi oleh gerak
mekanik silia dalam mendorong gumpalan mukus yang dibersihkan dengan cairan salin. Secara teoritis cairan hipertonik salin kemungkinan dapat mengurangi edema
mukosa secara difusi berdasarkan kandungan osmolaritasnya. Hal ini dapat meningkatkan daya pembersihan mukosiliar dan secara sekunder dapat
memperbaiki patensi dari ostium sinus. Penelitian dari Mayers et al, menunjukkan
bahwa terjadi peningkatan sebesar 12 kali dalam peningkatan pembersihan mukosiliar yang dibuktikan dengan mukosa dari trakea binatang yang dicuci dengan
cairan yang sama dengan cairan buffer hipertonik salin. Talbot AR, 1997 ; Raymond GS,2005, Shoseyov D, 2005
Bagaimana cara hipertonik salin dapat memperbaiki Sinusitis Kronis SK masih belum dimengerti. Perubahan morfologi dari mukosa respirasi pada SK
menunjukkan adanya disorientasi siliar, hilangnya sel-sel silia dan peningkatan jumlah sel non silia, metaplasia, ekstrasi dari sel-sel epitel dan silia-silia yang
pendek yang kesemua hal tersebut mengindikasikan sebagai suatu siliogenesis. Hiperosmolaritas dari cairan terhadap jalan napas dapat meningkatkan jumlah
pengeluaran Ca
2+
dari dalam sel intraseluler dan peningkatan Ca
2+
ini mungkin
Universitas Sumatera Utara
dapat merangsang peningkatan dari frekuensi gerak silia dan hal ini kemungkinan
juga dipengaruhi oleh adanya pengaturan dari Adenosin Tri-Phosphat ATP
oleh axon-axon silia. Efek antibakterial topikal dari hipertonik salin dikenal baik dapat
memperbaiki luka dan mencuci luka yang terbuka. Shoseyov D, 2005
2.12 Bedah Sinus Endoskopi Fungsional BSEF