BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode eksperimental murni dengan cara randomized controlled double-blind trial.
4.2 Populasi, Sampel, Besar Sampel Dan Teknik Pengambilan Sampel
4.2.1 Populasi penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pengunjung yang menderita rinosinusitis kronis berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan THT-KL yang datang berobat ke. lokasi penelitian.
4.2.2 Sampel penelitian
Sampel pada penelitian ini adalah pasien baru atau lama yang secara klinis didiagnosis rinosinusitis kronis yang datang berobat ke Poliklinik
THT-KL FK USU RSUP H. Adam Malik Medan di mulai pada bulan Maret 2009 sampai dengan Maret 2010 yang memenuhi kriteria
inklusi dan eksklusi.
Kriteria inklusi
Penderita lama atau baru yang datang ke Poliklinik THT-KL FK USU RSUP H. Adam Malik Medan yang secara klinis didiagnosis sebagai
rinosinusitis kronis antara lain : a Memenuhi kriteria mayor dan minor
b Usia 18 – 60 tahun.
Universitas Sumatera Utara
c Tidak sedang dalam pemakaian tetes hidung. d Bersedia ikut dalam penelitian ini.
Kriteria eklusi
a Sedang dalam pengobatan dengan antibiotika. b Sedang dalam pemakaian dengan steroid.
c Tidak bersedia ikut dalam penelitian ini.
4.2.3 Besar sampel
Besar sampel ditentukan berdasarkan rumus
n
1
= n
2
= 2 Z α + Zβ σ
2
µ
1
- µ
2
Z α =
Tingkat Kepercayaan 95 = 1,96
Z β =
Kekuatan Uji 80 = 0,84
σ =
Standar deviasi waktu transportasi mukosiliar penderita rinosinusitis kronis setelah bedah sinus endoskopi fungsional
dengan adjuvan terapi cuci hidung cairan isotonik NaCl 0,9 dibandingkan dengan cairan hipertonik NaCl 3 = 6,9.
µ
1
- µ
2
= Perbedaan waktu transportasi mukosiliar penderita
rinosinusitis kronis setelah bedah sinus endoskopi fungsional dengan adjuvan terapi cuci hidung cairan isotonik NaCl 0,9
dibandingkan dengan cairan hipertonik NaCl 3 = 6. Besar masing – masing sampel = 21 orang
Universitas Sumatera Utara
4.2.4 Teknik pengambilan sampel
Pengambilan sampel penelitian adalah secara non probability consecutive sampling yaitu setiap pasien yang memenuhi kriteria
penelitian dimasukkan kedalam penelitian sampai kurun waktu tertentu, sehingga jumlah pasien yang diperlukan terpenuhi
Sastroasmoro, 1995.
4.3 Variabel Penelitian
4.3.1 Variabel penelitian
Kasus baru atau lama yang datang ke Poliklinik THT-KL FK- USU RSUP H. Adam Malik Medan yang secara klinis didiagnosis sebagai
rinosinusitis kronis.
4.3.2 Definisi operasional penelitian 4.3.2.1 Rinosinusitis Kronis
Adalah peradangan pada salah satu atau lebih mukosa sinus paranasal, umumnya disertai atau dipicu oleh rinitis sehingga sering
disebut sebagai rinosinusitis. Konsensus tahun 2004 membagi rinosinusitis menjadi akut dengan batas sampai 4 minggu, sub akut
bila terjadi antara 4 minggu sampai 3 bulan atau 12 minggu dan kronik bila lebih dari 3 bulan atau 12 minggu. Rinosinusitis kronis adalah
peradangan mukosa hidung dan sinus paranasal yang menetap selama lebih 12 minggu atau 4 kali serangan akut berulang pertahun
yang masing-masing serangan lebih dari 10 hari. Diagnosis ditegakkan bila ditemukan 2 atau lebih gejala mayor atau
1 gejala mayor dan 2 gejala minor. Pemeriksaan fisik THT dengan
Universitas Sumatera Utara
menggunakan nasoendoskopi dan foto polos hidung dan sinus paranasal atau SPN.
Gejala Mayor :
Hidung
tersumbat
Sekret pada hidung sekret belakang hidung PND
Sakit kepala
Nyeri rasa tekan pada wajah
Kelainan penciuman hiposmia anosmia
Gejala Minor :
Demam,
halitosis
Pada anak ; batuk, iritabilitas
Sakit gigi
Sakit telinga nyeri tekan pada telinga rasa penuh pada telinga.
4.3.2.2 Bedah sinus endsokopi fungsional
Adalah suatu operasi dengan menggunakan endoskopi yang bertujuan untuk mengoreksi semua kelainan di komplek osttiometal
dengan prosedur baku bedah sinus endoskopi fungsional sesuai yang dilakukan oleh Kennedy, sebagai standar operasi BSEF di Indonesia
.
4.3.2.3 Transportasi mukosiliar
Transportasi mukosiliar adalah suatu sistem pembersihan yang terdiri atas dua komponen yang bekerja secara aktif dan simultan.
Dipengaruhi oleh gerakan silia yang menggerakkan komponen palut lendir kearah nasofaring dan didalam faring palut lendir ini akan ditelan
Universitas Sumatera Utara
atau pun dibatukkan. Kecepatan kerja pembersihan ini dapat diukur
dengan meletakkan partikel diatas mukosa seperti contohnya partikel sakarin.
4.3.2.4 Waktu transpor mukosiliar
Waktu transportasi mukosiliar adalah waktu yang dibutuhkan oleh partikel sakarin dari saat diletakkan pada ujung depan konka inferior
kira-kira 1 cm ke arah posterior dari batas anterior konka inferior sampai di nasofaring yang ditandai dengan sensari rasa manis.
4.3.2.5 Tes sakarin
Pemeriksaan waktu transportasi mukosiliar dengan menggunakan partikel sakarin.
Cara pemeriksaan :
Uji sakarin dilakukan dengan memposisikan subjek dalam keadaan
duduk.
Sebelum pemeriksaan dilakukan, subjek diminta untuk kumur-kumur dengan air putih terlebih dahulu dan istirahat dalam ruang
pemeriksaan ± 15 menit.
Subjek duduk pada kursi dengan punggung tegak dan kepala menunduk lebih kurang 10 derajat.
Dibuat partikel sakarin dengan ukuran ± 2 mm.
Spekulum hidung dipasang pada salah satu rongga hidung,
kemudian bubuk sakarin diambil dengan sendok serumen telinga.
Universitas Sumatera Utara
Letakkan bubuk sakarin pada ujung depan konka inferior ±1 cm ke
arah posterior dari batas anterior konka inferior.
Posisi kepala difleksikan sekitar 10 derajat lalu subjek bernafas melalui hidung dengan mulut tertutup.
Selanjutnya subjek diminta untuk menelan ludah setiap setengah
sampai satu menit.
Dengan menggunakan jam pengukur stop watch ditentukan lamanya waktu antara saat bubuk sakarin diletakkan di mukosa
hidung sampai merasakan sensasi manis pertama kali di tenggorokan.
Bila dalam 60 menit subjek tidak merasakan sensasi manis maka
pengujian dihentikan kemudian sakarin diletakkan pada lidah subjek untuk menyingkirkan gangguan pengecapan.
4.3.2.6 Rinitis alergi
Reaksi hipersensitivitas dengan mukosa hidung sebagai organ sasaran utama, ditandai dengan trias gejala hidung beringus atau
berlendir, bersin-bersin dan hidung tersumbat. Bisa disertai dengan rasa gatal atau rasa nyeri pada hidung.
4.3.2.7 Septum deviasi
Adalah septum yang bengkok membentuk huruf C atau S atau kelainan yang lain dapat berupa spina atau krista.
Universitas Sumatera Utara
4.3.2.8 Variasi anatomi
Pembesaran bula etmoid adalah bula etmoid yang mengalami pneumatisasi, sehingga ukurannya menjadi lebih besar dan mengisi
hampir seluruh bagian meatus medius. Konka paradoksika adalah lengkung konka media yang terbalik kearah lateral, sehingga menutupi
KOM.
4.3.2.9 Umur
Dihitung dalam tahun dan menurut ulang tahun terakhir. Perhitungan berdasarkan kalender tahun Masehi.
4.3.2.10 Jenis kelamin
Yaitu Laki- laki atau Perempuan
4.4 Instrumen Penelitian
Alat yang dipakai dalam penelitian ini adalah :
Catatan medik penderita dan status penelitian
Formulir persetujuan ikut penelitian
Alat-alat pemeriksaan THT rutin
Nasoendoskopi
Rontgen foto Sinus Para Nasal
Stopwatch dan sendok serumen telinga
Universitas Sumatera Utara
4.5 Bahan Penelitian
Cairan Isotonis Normal salin 0,9
Cairan Hipertonis Hipertonik Salin 3
Untuk uji digunakan bubuk sakarin laktis
4.6 Cara Kerja
Penderita rinosinusitis kronis yang sudah dilakukan bedah sinus
endoskopik fungsional, setelah tampon dibuka satu kelompok dicuci dengan adjuvan terapi cuci hidung cairan isotonik NaCl 0,9
dibandingkan dengan kelompok lain yang dicuci dengan adjuvan terapi cuci hidung cairan hipertonik NaCl 3.
Sukarelawan diperintahkan untuk mencuci hidung dengan cairan tersebut
3 x 1 hari selama 4 minggu, selanjutnya dilakukan uji sakarin.
Universitas Sumatera Utara
4.7 Kerangka Kerja
PENDERITA BARU DAN LAMA POPULASI
ANAMNESIS PEMERIKSAAN FISIK
PEMERIKSAAN THT NASOENDOSKOPI
FOTO POLOS SPN CT SCAN
RINOSINUSITIS KRONIS POST BSEF DENGAN ADJUVAN TERAPI CUCI
HIDUNG CAIRAN ISOTONIS NaCL 0,9 RINOSINUSITIS KRONIS POST BSEF
DENGAN ADJUVAN TERAPI CUCI HIDUNG CAIRAN HIPERTONIS NaCL3
BSEF
UJI SAKARIN
4.8
A
nalisa Data
Semua data yang terkumpul diolah dan disusun dalam bentuk tabel. Data yang diperoleh dianalisis secara statistic dengan bantuan program window
SPSS Statistical Program for Social Science versi 15. Uji statistik dengan menggunakan T-independent.
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 ANALISIS HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Sub Bagian Rinologi Departement Ilmu Kesehatan THT-KL FK-USU RSUP.H.Adam Malik Medan selama periode di mulai pada bulan
Maret 2009 sampai dengan Maret 2009, dikumpulkan sempel penelitian yang memenuhi kriteria inklusi.
Didapatkan kasus rinosinusitis kronis sebanyak 42 orang yang dilakukan tindakan berupa operasi bedah sinus endoskopi fungsional. Kemudian setelah
dilakukan bedah sinus endoskopi fungsional, 21 orang diantaranya dilakukan pencucian hidung dengan cairan isotonik NaCl 0,9 dan 21 lainnya dilakukan
pencucian hidung dengan cairan hipertonik NaCl 3.
Tabel 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
NaCl 0.9 NaCl 3
n n
Laki-laki 11 52.4
9 42.9
Perempuan 10 47.6
12 57.1
Universitas Sumatera Utara